Ringkasan Khotbah - Part 2


Tips: untuk mempermudah pencarian gunakan "Ctrl+F"
 lalu masukkan nomor ringkasan khotbah, misalnya "#22"
atau bisa juga judul yang terdapat di Daftar Isi
untuk memperbesar / memperkecil tulisan, "Ctrl+" / "Ctrl-"
untuk melihat ayat-ayat Alkitab, bisa menggunakan web:



Daftar Isi

#60 - 19/09/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus: Pasal 2 (#6)" - Pdt. Aiter, M.Div.

#61 - 26/09/2010 - "Teologi Komunikasi" - Pdt. Ivan Kristiono, M.Div.

#62 – 3/10/2010 – “…” - Pdt. Aiter, M.Div

#63 - 10/10/2010 - HUT-1 MRII & Peneguhan Pengurus - "Tujuh Pelayan Terpilih" - Pdt. Aiter, M.Div.

# 64 …

#65 - 31/10/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus #17: Yunus 2(#8)" - Pdt. Aiter, M.Div.

#66 - 7/11/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus: Yunus 3" - Pdt. Aiter, M.Div.

#67 - 14/11/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus: Yunus 3" - Pdt. Aiter, M.Div.

#68 - 21/11/2010 - "Ketika Badai Menerpa" - Pdt. Lim Kok Han

#69 - 28/11/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus #19: Yunus 3 (#3)" - Pdt. Aiter, M.Div.

#70 - 5/12/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus #20: Yunus 3 (#4)" - Pdt. Aiter, M.Div.

#71 - 12/12/2010 - "Eksposisi Kitab Yunus #21: Yunus 3 (#5)" - Pdt. Aiter, M.Div

#72 …

#73 - 26/12/2010 - "Rencanaku Dalam KehendakNya" - Pdt. Aiter, M.Div




#60 - 19/09/2010
"Eksposisi Kitab Yunus: Pasal 2 (#6)"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 2:1-2
Kita sudah mempelajari beberapa poin mengenai Tuhan yang sejati. Poin pertama, Tuhan yang sejati adalah Tuhan Pencipta yang berbeda dengan Tuhan yang dicipta. Poin kedua, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang hidup, sehingga dapat berkata “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman”. Poin ketiga, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang transenden (jauh) sekaligus imanen (dekat).  Tuhan yang transenden lalu inkarnasi ke dalam dunia dan menjadi Tuhan yang beserta dengan manusia (Immanuel). Poin keempat, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang adil sekaligus kasih. Di dalam murka Allah terdapat cinta kasih dan di dalam cinta kasih-Nya terdapat hukuman. Poin kelima, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang mendengar dan Tuhan yang menjawab. Poin keenam, yang sejati adalah Tuhan yang suci. Poin ketujuh, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang mengawali segala sesuatu dan Tuhan yang mengakhiri segala sesuatu (Alpha dan Omega). Poin ke delapan (terakhir), Tuhan yang sejati adalah tritunggal.

Di dalam pergumulan hidup, manusia sering mengalami kesulitan.  Ada orang-orang tertentu di dalam Kitab Suci yang menemukan rahasia di dalam diri Allah, lalu ia memuji serta memberi nama kepada Tuhan. Dalam penyembahan ilah palsu, manusia yang memberi nama dan sejarah kepada ilah dan bukan dewa yang memberitahu kepada manusia. Manusia menciptakan dewa baru, mengkombinasikannya sehingga menghasilkan banyak sekali nama dewa. Di dalam Kekristenan, Alkitab mencatat bahwa ada manusia yang terus bergumul di dalam kehendak Tuhan, menemukan prinsip penting, lalu memberi nama kepada Tuhannya. Pemberian nama manusia kepada Tuhan dengan pemberian nama dengan ilah memiliki perbedaan. Tidak ada relasi timbal balik ketika manusia memberi nama kepada ilah ciptaan, karena ilah yang mati tidak dapat berkomunikasi dengan manusia yang hidup. Ketika Tuhan yang hidup berkomunikasi dengan manusia yang hidup terjadilah satu jalinan hubungan sehingga manusia semakin dikuatkan dalam mengatasi kesulitan hidupnya. Melalui pergumulan dengan Tuhan tersebut, manusia perlahan-lahan mengerti bahwa ada hal penting dalam diri Allah. Lalu manusia meresponinya dengan memberi nama kepada Allah yang dia percaya.

Dalam Kitab Suci terdapat nama-nama yang diberikan manusia untuk Allah. Misal: Hagar memberikan nama ke Tuhan yang menampakkan diri di tengah kesusahannya melarikan diri. Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?" (Kejadian 16:13). Dari ayat tersebut kita dapat melihat bahwa Hagar mengakui Allah yang disembah Abraham yaitu Allah YHWH yang membawa Abraham keluar dari Ur-Kasdim. Iman Abraham turun kepada Hagar padahal Hagar adalah orang Mesir yang tidak mengenal Tuhan. Melalui kesulitan yang dialami Hagar, Hagar memberi nama kepada Tuhan, “Engkaulah El-Roi.” Saya percaya Hagar diselamatkan tetapi terkadang orang sering sentiment dan langsung menilai bahwa orang yang dari jalur Ismael adalah orang yang tidak diselamatkan. Padahal nama Ismael adalah pemberian dari Tuhan, memiliki arti “Tuhan mendengar” serta Tuhan pernah berfirman “Aku akan memberkati keturunan dari Ismael”.

Kemudian Tuhan memberi nama untuk manusia dapat mengenal diri-Nya. Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela (Kejadian 17:1). Tuhan memperkenalkan diriNya, “Akulah El-Shaddai”. Maka manusia memberi nama ke Tuhan (dilihat dari sisi manusia) serta Tuhan juga memberikan nama-Nya kepada manusia (dilihat dari sisi Tuhan) sehingga manusia dapat mengenal Tuhan dan terjadi relasi timbal balik. Abraham juga memberi nama kepada Tuhan yang dia kenal “Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal.” (Kejadian 21:33). Abraham menyebut Allah itu adalah El-Olam, yang artinya: Allah yang kekal. Di dalam Kitab Suci, orang yang mengenal Tuhan sedikit demi sedikit mencetuskan sebutan nama untuk Tuhan. Cetusan nama tersebut mengandung arti nama yang sangat indah. Sampai hari ini, Kekristenan semakin bertumbuh dan sebutan untuk Tuhan juga semakin banyak. Contoh: Tuhan gembalaku, Tuhan sobatku, Tuhan Mahakuasa, dsb. Saya percaya bahwa masih banyak penyebutan lagi tetapi terkadang orang Kristen tidak mau mencari tahu.

Abraham menamai Tuhan lagi yaitu Jehovah Jireh, yang artinya: TUHAN menyediakan. “Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan” (Kej 22:14). Lalu Tuhan memberi nama tentang diriNya Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (Keluaran 3:14). Kemudian Musa memberi nama kepada Tuhan, Jehovah Nisi Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: "Tuhanlah panji-panjiku!"(Keluaran 17:15). Orang-orang tertentu di dalam Kitab Suci dapat memberikan nama kepada Tuhan karena ada relasi yang hidup antara Tuhan yang hidup dengan manusia yang hidup. Namun dalam penemuan nama tersebut, ada istilah yang tidak mungkin manusia dapat ketahui kecuali Tuhan yang menyatakan. Misal: AKU adalah AKU. Pernyataan ini merupakan kalimat yang sangat penting di dalam PL. Di dalam PB, Yesus memberitahu, “Aku adalah Terang Dunia, Aku adalah roti hidup, Aku adalah gembala yang baik, Aku adalah pokok anggur yang benar, dst.” Jadi, Tuhan yang hidup adalah Tuhan yang menyatakan siapa dirinya. Meski Yohanes sangat dekat dengan Yesus tetapi ia tidak mungin dapat mengemukakan bahwa Yesus adalah roti hidup. Tuhan memberi kesempatan kepada manusia untuk bergumul mencari tahu tentang diri Allah, tetapi masih ada pemahaman tertentu yang tidak dapat diselami manusia dan hanya Tuhan yang dapat menyatakannya kepada manusia.

Semakin manusia mengenal Tuhan yang sejati, semakin manusia menyadari bahwa dirinya belum mengenal Tuhan sepenuhnya. Ini adalah paradoks dan merupakan poin penting mengenai Tuhan yang sejati. Orang yang sedang berpacaran atau suami istri, ketika mereka semakin mengenal dapat menjadi bosan. Jika saudara mengenal lama orang atau teman biasanya topik pembicaraan akan semakin habis. Di dalam perkenalan ada orang yang kenal satu minggu sudah merasa bosan. Di awal perkenalan masih terkagum-kagum sampai lama-lama tidak ada hal baru lagi maka dapat merasa bosan. Namun ada orang tertentu yang semakin lama ia semakin kenal dengan seseorang, ia semakin mendapat hal baru dan semakin mengenal lagi (meski tahu keterbatasan orang itu). Saat manusia dengan manusia saling mengenal, akan ada satu titik bosannya karena setiap manusia ada keterbatasannya. Namun ketika seseorang semakin mengenal Tuhan, maka ia semakin menyadari bahwa dirinya tidak kenal Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan  terlalu dalam untuk diselami. Semakin manusia masuk ke kedalaman satu wilayah, semakin ia sadar bahwa masih ada wilayah yang jauh lebih dalam. Orang yang tidak pernah ke laut akan menganggap bahwa laut kecil dan tidak luas. Namun ketika ia masuk ke dalam laut, ia baru sadar laut ternyata sangat luas dan dalam. Jika ada nelayan mengatakan bahwa dirinya mengerti lautan, lalu ia dibawa ke laut bebas (samudra), ia akan mengakui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Yang nelayan itu tahu hanyalah satu wilayah kecil atau selat tempat dia berada. Gambaran ini juga sama kepada manusia yang berusaha mendalami mengenai Tuhan. Semakin dalam manusia mempelajari Tuhan maka seharusnya manusia semakin sadar bahwa Tuhan sangat luar biasa dan semakin merasa bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Semua ilah yang dibuat oleh manusia dapat dipelajari riwayat dan kehidupannya, lalu setelah itu selesai. Tidak ada perkembangan yang baru dalam diri ilah ciptaan karena ilah itu adalah produk pikiran manusia masa lampau dan karena ilah itu tidak dapat berfirman (berkata-kata). Manusia mengenal ilah berdasarkan spekulasi manusia lain yang sama-sama terbatas. Maka ketika seseorang membaca kehebatan satu ilah, awalnya ia bersemangat tetapi kemudian merasa bosan serta hati semakin kering.

Dalam mengerti satu ayat Alkitab, ada pengupasan yang sangat mendalam dan ada yang mengupas biasa. Semakin seseorang mempelajari Alkitab, maka orang itu akan semakin menyadari bahwa Alkitab tidak ada dasar/pembatasnya karena terlalu dalam. Maka bersyukurlah setiap orang yang memasuki kedalaman Firman Tuhan yang sangat limpah. Seharusnya tidak ada kata bosan untuk mempelajari ALkitab. Jika ada orang yang semakin merasa bosan membaca Alkitab maka orang itu belum mengenal Alkitab. Semakin orang mengenal firman yang hidup seharusnya orang itu semakin dihidupkan. Seperti batere handphone yang sudah mau habis, lalu dicolok ke sumber listrik, maka dia akan semakin hidup. Bukankah seharusnya demikian? Namun, jika ada orang yang semakin baca Alkitab semakin merasa lemas atau mengantuk, maka yang salah bukan Alkitabnya tetapi orangnya. Berarti ada kesulitan iman di dalam diri orang itu yang harus dibereskan. Dari dulu sampai sekarang saya tidak pernah tidur saat mendengar kotbah meski sangat mengantuk. Saya berpikir jika mungkin besok saya mati, saya tidak akan dapat mendengar kotbah lagi. Maka saya konsentrasi mendengar kotbah, otak jalan dan capek tubuhpun tidak diingat lagi. Namun ada orang yang ketika mendengar informasi seminar mengenai Allah orang itu tidak semangat, tetapi saat mendengar hal lain, ia langsung semangat. Berita mengenai Tuhan seharusnya dapat membakar hati orang itu dan membuatnya semakin berkobar. Meski tubuh lemah, tetapi jiwa terus menggebu. Isi Alkitab merupakan bagian kecil mengenai diri Allah yang sangat besar. Pengetahuan manusia akan ilah yang mati sangat terbatas, tetapi pengetahuan akan Tuhan yang hidup tidak akan pernah habis untuk diselami (meski manusia sudah bertemu Tuhan di surga). Puji Tuhan kita mempunyai Allah yang hidup. Amin?

Kunci untuk mengenal Allah yang sejati adalah melalui Kristus. Di dalam Kristus terkandung kunci untuk mengenal Allah. “Sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus. Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kolose 2:1-3). Bagi kita, Paulus sudah sangat dalam mengerti Tuhan, tetapi ia masih berkata “Aku kenal masih samar-samar.” Maka saudara jangan puas dengan mengenal Tuhan hanya sebatas permukaan. Saudara seharusnya berusaha mengenal Tuhan sampai sedalam-dalamnya. Orang yang sedang jatuh cinta tidak akan puas jika mengenal pujaannya hanya sebatas nama atau keluarga. Ia akan mencari tahu sedalam-dalamnya mengenai hidup pujaannya. Jika manusia dengan manusia saja ada niat untuk saling mengenal lebih dalam, seharusnya terlebih hubungan manusia dengan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan dapat dilakukan dengan mengikuti pembinaan, PA atau membaca buku. Orang Kristen yang tidak sungguh-sunguh mengenal Tuhan, ia akan tidak tahan uji ketika menghadapi penganiayaan. Jika saudara perhatikan, orang di luar kekristenan sangat giat ketika mempelajari Kitab Sucinya. Saya kadang melewati daerah perkampungan lalu melihat anak kecil yang kepalanya ditutup sedang duduk mempelajari bahasa asli alkitab mereka lalu menyanyikannya ayat demi ayat. Hal itu dilakukannya setiap minggu di jam tertentu. Saya salut melihat ”PA intensif” seperti itu. Berbeda dengan orang Kristen, untuk membuka bagian Alkitab saja masih banyak yang bingung. Orang Kristen jaman sekarang terlalu jauh tertinggal beratus-ratus tahun tetapi tetap tidak mau belajar. Ketika satu pertanyaan terjawab, di satu sisi dia puas, tetapi di sisi yang lain dia telah jauh ketinggalan karena jawaban atas pertanyaan itu sudah dijawab ratusan tahun yang lalu. Sekarang, saudara yang bingung dengan satu ayat tinggal pakai Hp Blackberry dan searchingCommentary on Genesis chapter 4” (misalnya). Saudara dapat lihat pertanyaan saudara dijawab semua. Saya heran ada orang Kristen yang masih tanya, “Siapakah istri Kain?”. Dunia sudah hampir kiamat tetapi dia masih tanya istri kain. Inilah orang Kristen, terus bertanya padahal semua itu sudah dijawab di dalam sejarah. Kadang saya melihat di internet perdebatan orang yang melawan kekristenan tidak ada habisnya padahal jawaban itu sudah dijawab tapi orang tidak mau baca. Akhirnya waktu terbuang untuk perdebatan yang tidak perlu. Maka mulai dari sekarang saudara harus meluangkan waktu menyelidiki Alkitab sedalam-dalamnya. Amin? Saya heran jika di gereja banyak Alkitab yang ketinggalan. Barang yang paling banyak tertinggal dalam gereja adalah Alkitab. Seharusnya ketika Alkitab ketinggalan, ia merasa sangat kehilangan dan mencarinya karena di dalam Alkitab itu ada karya tangannya. Namun orang Kristen sekarang ketika kehilangan Alkitab, ia tidak panik karena menganggap Alkitab itu dapat dibeli di toko buku. Ketika orang muslim beribadah, mereka memakai baju dan topi khusus. Jaman dulu orang masih menenteng Alkitab jika pergi ke gereja, tetapi sekarang sudah tidak kelihatan identitasnya. Mengapa? Karena ia sudah tidak menghargai iman yang dimiliki. Tidak ada lagi kebanggaan memakai kalung atau anting salib karena atribut itu dapat membuatnya bersalah jika ketahuan berbuat dosa. Orang yang lama sekolah teologiapun, pada akhirnya merasa bahwa apa yang dia sudah pelajari masih terlalu dangkal. Ketika masuk ke dalam ladang pelayanan, Tuhan memprosesnya lebih dalam lagi dan akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tidak tahu apa-apa serta perlu belajar lebih dalam lagi. Inilah keindahan di dalam Kekristenan. Semakin belajar, semakin merasa tidak tahu dan ingin terus menggali lagi.

Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang maha hadir (Omnipresence). Secara teori orang Kristen mengakui bahwa Tuhan ada di mana-mana. Tema Tuhan mahahadir merupakan tema yang menarik dan terkadang ditafsirkan salah oleh agama tertentu. Mereka menganggap bahwa Tuhan hadir di ciptaan (pohon, batu, ular, dsb). Ini adalah konsep politheismenya orang India (panteisme). Maka mereka tidak membunuh binatang karena menganggap bahwa Tuhan hadir di binatang. Ini efek samping dari tema Tuhan maha hadir. Tema Tuhan maha hadir sedang tidak berbicara mengenai hal yang terlihat secara fisik. Jika saya tanya “Apakah Tuhan hadir di masjid atau di kelenteng atau di bangsa kafir atau di neraka?”. Jika jawabannya adalah tidak, maka wilayah kekuasaan Tuhan semakin hari akan semakin sempit karena kuil, mesjid bertambah banyak. Seandainya Tuhan tidak ada di neraka, maka setan-setan di neraka tidak akan terkendali. Semua polisi yang menjaga di Nusa kambangan memang berada di penjara, tetapi mereka tidak dikurung di dalam sel. Semua yang mengawasi harus berada di dalam penjara, tetapi bukan berarti dia harus ikut dikurung di dalam sel. Tuhan ada di neraka bukan dalam rangka menerima hukuman, tetapi Tuhan mengawasi segala sesuatu karena semua yang telah melanggar hukum tetap harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan.

Orang yang memelihara dewa memiliki konsep bahwa dewanya hanya mampu menguasai teritori kawasan tertentu. Dewa palsu memiliki wilayah teritori tetapi Tuhan yang sejati adalah Tuhan atas seluruh wilayah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Lalu saya tanya lagi, “Tuhan ada di ruang ini?”  Jika ya, maka apakah saudara yang belajar Firman Tuhan masih berani malas-malas? Saya tanya,” Ketika saudara pacaran, apakah Tuhan ada di samping saudara?” Banyak orang yang sudah tahu Tuhan hadir dimana-mana tetapi masih pacaran dalam tempat gelap. Jika dia menyadari bahwa Tuhan ada, pasti pacarannya adalah pacaran yang suci. Seharusnya semua orang menyadari bahwa ada kamera CCTV yang selalu menyorot saudara. Ketika saudara mau melamar kerja, lalu ada kamera yang menyorot tingkah saudara maka saudara akan menjaga diri dan tidak sembarangan. Saat saudara merasa diawasi maka saudara akan bertindak baik-baik. Banyak orang yang sudah tahu konsep Tuhan hadir dimana-mana, tapi mengapa dosa semakin hari semakin banyak? Jawabannya karena manusia hanya tahu bahwa Tuhan mengawasi tetapi manusia tidak menyadari bahwa Tuhan mengawasi secara real. Orang yang berpacaran tidak suci, ketika lampu bioskop semakin gelap maka mereka akan semakin senang. Semakin mereka pacaran akan semakin berdosa. Ada orang Kristen yang semakin melayani semakin berdosa, padahal ia tahu bahwa Tuhan maha hadir. Seharusnya orang yang sudah mengerti bahwa Tuhan maha hadir akan membuat dia tidak berani berbuat dosa lagi. Amin?  Saudara mulai hari ini setelah pulang ingat, ”Tuhan maha hadir. Kalau begitu saya tidak boleh melakukan dosa lagi dan harus hidup anggun di hadapan Tuhan.” Jika konsep ini dimengerti setiap orang Kristen, saya percaya kekristenan akan sangat bertumbuh. Jika konsep ini hanya dimengerti secara teori saja maka ketika saudara pulang, saudara akan tetap berdosa lagi. Yunus mengetahui bahwa Allah maha hadir tetapi tidak menghidupinya,dan akhirnya susah sendiri.

Minggu depan kita akan melanjutkan doa Yunus yang menyalahkan Tuhan. Ia menganggap bahwa semua kejadian yang dialaminya sampai ia ada di dalam perut ikan adalah karena kesalahan Tuhan. Di satu sisi ia mengetahui bahwa Tuhan menjawab, tetapi di sisi lain ia menuduh Tuhan sebagai sumber bencananya. Yunus adalah seorang nabi, ia tahu Tuhan tetapi ia tetap berdosa di hadapan Tuhan. Demikian juga banyak orang Kristen, sudah tahu Tuhan tetapi masih berdosa di hadapan Tuhan. Mari kita berdoa.


(Ringkasan Khotbah ini SUDAH diperiksa oleh pengkhotbah)


#61 - 26/09/2010
"Teologi Komunikasi"
Pdt. Ivan Kristiono, M.Div.


Hari ini saya ingin menyorot satu topik yang temanya adalah Teologi Komunikasi. Kita akan membahas mengenai komunikasi dari perspektif Alkitab. Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, yaitu communis. Satu kata yang terdengar kurang menyenangkan bagi kita selaku rakyat Indonesia yang pernah mengalami trauma di masa lalu. Namun bukan ideologi komunis yang mau kita bahas. Communist berarti saling berbagi/membagi menjadikan milik bersama. Oleh karena itu ideologi komunisme menganggap kepemilikan satu barang sebagai milik bersama. Ketika saya memiliki suatu pengalaman / ide lalu saya membaginya ke orang lain, maka pengalaman / ide itu bukan lagi menjadi milik saya. Pengalaman atau ide itu telah menjadi milik bersama sehingga orang yang dibagi dapat bercerita persis seperti cerita di awal, dan bahkan orang itu dapat mengembangkan ide saya. Maka komunikasi adalah hal yang indah, karena dapat membagikan ide, kisah, suka dan duka menjadi milik bersama. Manusia berkomunikasi tidak hanya secara verbal tapi juga dengan non-verbal (bahasa tubuh). Misal: ketika bermain sepak bola, kedipan mata dari teman berarti tanda untuk mengoper bola ke orang itu. Ketika seseorang menyampaikan bahasa tubuhnya itu, ia sedang berkomunikasi menyampaikan sesuatu. Setiap gerakan dapat diartikan menjadi seperti: Awas, selamat tinggal, oke, halo. Salah satu seni dari Yunani yang menonjolkan kehebatan ekspresi manusia dalam berbicara yaitu pantomim. Tanpa mengeluarkan kata-kata, orang pantomim dapat berbicara banyak, seperti: Mr. Bean. Gerak tubuhnya dapat diterima secara universal dan tidak perlu penerjemah bahasa. Semua orang di berbagai penjuru dunia dapat mengerti pesan yang disampaikan olehnya. Karakternya yang usil, egois dan mau menang sendiri dapat disampaikan tanpa bicara. Penyampaian pesan juga dapat dilihat dari cara berpakaian seseorang. Namun dari semua tools komunikasi yang ada, saya akan membahas secara khusus mengenai perkataan. Ini adalah satu alat komunikasi yang sering manusia pakai untuk membagikan pikiran dan idenya.

 Alkitab telah menyatakan bagaimana seharusnya manusia berkata-kata. Ada empat poin besar yang akan kita bahas. Poin pertama, perkataan manusia adalah suatu pedang bermata dua. Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan (Amsal 11:9). Pedang sisi yang pertama, yaitu perkataan manusia dapat membinasakan / membunuh sesamanya. Kitab Yakobus banyak menggarap sisi pedang ini di perikop dosa karena lidah. Yakobus mengatakan bahwa lidah adalah satu bagian dari manusia yang sangat sulit dijinakkan. Yakobus bahkan mengatakan bahwa jikalau manusia dapat menguasai perkataan, maka dia adalah manusia sempurna. Yakobus menyadari bahwa sangat sulit untuk menjinakkan lidah jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Itulah sebabnya Yakobus meminta agar kita memohon agar Tuhan berintervensi menguduskan hidup kita termasuk lidah. Lidah ibarat nyala api yang kecil tetapi dapat menghanguskan satu hutan. Sejarah membuktikan bahwa lidah dapat membunuh sesama manusia. Berapa banyak orang Yahudi yang dibunuh ketika Hitler mengatakan “bunuh!”? Sebagai pemimpin Jerman pada saat itu, Hitler memberi cap bahwa orang Yahudi adalah pengkhianat dan parasit yang pantas dibunuh (propaganda). Hitler menyebarkan kebohongan dan mengakibatkan pembunuhan massal hanya dengan perkataannya. Dari perkataan satu manusia, diperkirakan 7 juta orang Yahudi mati dibunuh. Tidak hanya itu, ideologi Hitler telah memprovokasi negara lain sehingga memunculkan fasisme baru dan memicu perang dunia kedua yang menewaskan ± 40 juta manusia.

Perkataan manusia sangat indah sebelum manusia jatuh dalam dosa. Ketika Adam bertemu Hawa ia berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”. Kalimatnya puitis, romantis dan membangkitkan sukacita. Namun setelah dia jatuh dalam dosa ia berkata, ”Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku. Dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan”. Perkataan berubah fungsi menjadi senjata. Mungkin kita tidak membunuh orang secara fisik, tetapi kita suka membunuh karakter orang dengan perkataan kita. Kita sering menilai jika ada orang yang jahat kepada saya maka orang itu tidak baik. Jika ada orang yang baik kepada saya maka sebesar apapun kesalahannya, saya akan mengampuni. Seringkali kita menggunakan kata-kata sebagai senjata menyakiti orang lain misalnya dengan membuat gosip. Ada orang yang menjadi homoseks karena sejak kecil ia dipanggil banci oleh teman-temannya. Sekilas anak itu seperti tidak masalah saat dipanggil demikian, tetapi ternyata di dalam hatinya ia sangat kesal dan mengutuk temannya.

Pedang sisi kedua, perkataan manusia dapat menggembalakan banyak orang kepada kehidupan. Alkitab tidak hanya menunjukkan sisi negatif dari perkataan tetapi juga sisi positifnya. Bibir orang benar menggembalakan banyak orang” (Amsal 10:21a). Orang Kristen diikat oleh satu komitmen kepada Tuhan yaitu sebagai penatalayanan dalam dunia ini. Orang Kristen dituntut menggunakan kata-kata menggembalakan orang lain dan membawa mereka kepada kehidupan. Amsal 10:19, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran” Di dalam perkataan pasti ada kesalahan, tetapi biarlah kita ada satu was-was ketika berkata-kata. Saudara, mari kita berkomitmen tidak menggunakan perkataan sebagai senjata. Mari kita berkomitmen menggunakan perkataan untuk menggembalakan dan membawa orang kepada sejahtera Tuhan di bumi ini.

Tujuan komunikasi pada umumnya adalah sebagai wujud ekspresi diri atau sarana menyampaikan kehendak seseorang. Alkitab membahas lebih dalam mengenai tujuan perkataan. Ini adalah poin kita yang kedua, yaitu tujuan dari perkataan. Poin pertama dari tujuan perkataan adalah agar manusia memuji dan memuliakan Tuhan. Tuhan menginginkan manusia berkata-kata agar dapat menyatakan kekaguman kepada Tuhan atau bersyukur. A.W.Tozer, seorang penulis klasik mengatakan, “Manusia sudah kehilangan satu seni, yang namanya seni menyembah” Manusia hanya mau meminta dan sudah kehilangan hati untuk menyembah Tuhan. A.W Tower adalah seorang hamba Tuhan yang sangat mengasihi Tuhan, ia rindu senantiasa untuk menyembah Tuhan. Ia menggunakan kata-katanya untuk bersyukur, memuji Tuhan, dan memuliakan nama Tuhan. Pujian sejati berbeda dengan pujian gombal. Pujian gombal adalah pujian tanpa substansi karena tidak ada satu pengenalan. Semakin saudara mengenal detail hidup seseorang, maka pujiannya akan semakin akurat, berbobot dan berisi. Demikian pula dengan manusia dihadapan Tuhan. Semakin manusia akrab kepada Tuhan maka rasa puji dan syukur kita semakin melimpah pula. Seperti pujian Daud dalam Mzm. 121, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunun; darimanakah akan datang pertolonganku?” Ketika Daud gelisah, ia berkata, “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Penjagaku tidak pernah terlelap dan tidak pernah tertidur. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam”. Sungguh indah ketika manusia dapat mengelurakan kalimat worship, “Dari Dia, oleh Dia, kepada Dia, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” Manusia diciptakan untuk dapat memuji serta memuliakan nama Tuhan. Poin kedua dari tujuan perkataan adalah membawa shalom bagi sesama. Saat ada saudara yang lemah, perkataan saudara dapat menguatkan dan menghibur mereka yang sedih. Penghiburan yang mengandung perkataan berisi dan bukan kata-kata kosong. Poin ketiga, perkataan bertujuan untuk menjelaskan realita atau ciptaan. Ketika satu binatang ditunjuk oleh Adam, ia sedang berusaha menjelaskan realita dengan simbol (kata-kata). Adam menata simbol-simbol sehingga terbentuk huruf, misal: Bebek. Kata bebek menunjuk kepada satu binatang yang mewakili sifat bebek. Manusia menata simbol-simbol untuk mendekatkan manusia kepada realita. Tahun 1920 ada satu pernyataan dalam iklan rokok, “Merokok baik untuk diet”. Setelah itu rokok menjadi laris di kalangan wanita. Iklan itu telah menutup satu realita dengan membuat realita palsu. Saudara harus hati-hati terhadap terhadap dongeng yang menjauhkan anak-anak dari realitas. Saudara juga perlu berhati-hati ketika memakai satu figure untuk kepentingan pribadi. Orang dalam figure itu belum tentu sesuai dengan kebenaran yang dikatakan dan berdampak merusak image orang itu kelak.

Perkataan yang baik seharusnya membawa seseorang semakin dekat dengan realita, bukan menjauhkan seseorang dari realita. Ada tiga alternatif dari satu statement sebelum seseorang menerima perkataan itu sebagai kebenaran. Pertama, kata itu memang menunjuk kepada kebenaran. Kedua, kata itu mengindikasikan ada sesuatu yang terjadi pada kebenaran. Ketiga, kata itu memanipulasi kebenaran (tidak benar). Pilihan kedua dapat menghindarkan seseorang dari salah komunikasi. Celakalah orang yang membawa orang lain menjadi tidak mengerti realita atau mengkeruhkan realita. Misal: memberi cap kepada orang lain bahwa dia jahat. Orang yang tidak tahu akan memiliki apriori bahwa orang ini jahat (padahal sesungguhnya  tidak demikian).

Amsal mengatakan bahwa orang bijak dapat mengetahui isi hati orang lain. Pada dasarnya setiap orang mampu peka dan menilai orang lain tetapi ada orang-orang yang cepat membaca orang lain. Kemampuan demikian adalah gabungan antara melihat, pengalaman dan logika. Ada orang yang hanya dengan melihat foto dapat langsung membaca orang. Mungkin sekilas kita salut tetapi sebenarnya dia sedang menyelewengkan anugrah Tuhan. Membaca orang tidak boleh untuk kesenangan diri atau menunjukkan superioritas diri. Satu prinsip yang penting di dalam komunikasi adalah kesetaraan. Pembicaraan tidak akan nyambung ketika ada salah satu pihak yang merasa lebih tinggi dari pihak lain. Agustinus mengatakan bahwa salah satu kuncinya adalah konkordia, the oneness of heart. Kesatuan hati adalah faktor yang penting dalam diskusi atau ketika berbicara dengan yang lain. Maka, kita telah melihat tiga tujuan komunikasi yaitu lebih dekat dengan Allah, membawa shalom kepada sesama, serta untuk mengurus ciptaan.

Poin ketiga adalah sumber perkataan. Amsal 16:23a, “Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi” Dalam buku war with words, poin ini dibahas dengan cukup panjang lebar. Baik atau buruknya suatu perkataan berasal dari hati. Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang keluar dari mulut berasal dari hati, maka perkataan itu cermin jiwa. Perkataan yang kotor dihasilkan dari hati yang kotor. Seseorang yang sedang merasa cemas, marah atau senang akan tampak dari perkataannya. Kita memiliki satu tugas untuk dapat mengerti hal itu dan menunjukkan semangat inkarnasi. Yesus menjadi manusia untuk mengangkat manusia ke surga. Demikian juga dengan kita,  kita seharusnya turut mengerti kesulitan, pikiran dan perasaan orang lain lalu mengangkatnya naik. Jangan hanya berhenti dengan mengerti kesulitan orang saja dan tidak mengajaknya bangkit atau bahkan ikut terpuruk. Untuk dapat memberi teguran dan masukan yang baik ke orang lain, kita harus mengerti perasaan orang lain dahulu. Ini merupakan prinsip konseling. Orang yang bicara mengenai sesuatu yang indah, hatinya indah. Orang yang perkataannya bijaksana, hatinya mengejar bijaksana. Orang yang hidupnya yang suka tawuran dan hidupnya sembarangan tidak mungkin dapat mempertanyakan, “To be or not to be, that is the question” lalu membahas filsafat keberadaan manusia (ontology).

Maka untuk memperbaiki mulut, kita harus mulai memperbaiki hati. Perkataan penuh kasih bukan program psikologi. Kita harus minta anugrah Tuhan agar buah roh bekerja dan tercermin dalam hidup kita. Mari kita mulai refleksi dan minta agar Tuhan mengubah hati kita. Orang yang hatinya dikuasai oleh berhala maka perkataan yang keluar adalah perkataan berhala yang kalimatnya menyakiti orang lain. Orang itu tahu mengenai perkataan yang benar, tetapi karena ada berhala maka bicaranya jadi lain. Mengapa? Karena manusia tidak mau repot. Manusia sering lupa bahwa Yesus perlu waktu 33 setengah tahun di dunia untuk dapat menggenapkan misiNya. Tak hanya itu, Yesus juga sangat sabar membimbing murid-Nya yang sulit mengerti ajaranNya.  Namun, manusia tidak suka dengan proses, tidak mau repot dan hanya mau yang instant. Manusia merasa bahwa caranya lebih hebat dari cara Yesus. Ketika manusia bicara A, manusia ingin A terjadi saat itu juga. Dengan berhala “tidak mau repot” ini maka manusia merasa lebih mampu melakukan segala halnya dengan cara sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Saudara mari kita sadari bahwa  setiap orang butuh waktu untuk bertumbuh. Roma 14:1, “Terimalah orang yang lemah imannya, tanpa mempercakapkan pendapatnya”. Ini bukan berarti satu kompromi, tetapi penerimaan terhadap diri orang lain. Kita harus menyadari bahwa manusia itu berproses seperti anak-anak yang sedang belajar. Proses pertumbuhan setiap orang berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Biarlah kita boleh sabar dalam membimbing mereka hingga menjadi sempurna. Mungkin dalam proses itu kita akan menghadapi hal yang tidak enak dan membuat kita harus “makan hati”. Makan hati sudah seharusnya menjadi hobi orang Kristen setiap hari karena itu memang panggilan kita. Bukan hal yang enak ketika kita menyediakan kesempatan orang untuk berproses. Mengapa? karena kita harus mengikis bagian dari hidup kita yang kita anggap berharga, seperti waktu, tenaga, dll. Misal: ketika saya memiliki waktu yang sedikit mempersiapkan bahan kotbah, ada seorang anak yang minta waktu untuk konseling. Awalnya saya mengira bahwa ini adalah satu hambatan tetapi akhirnya saya sadar ini adalah bagian dari panggilan saya. Saudara mulai dari sekarang, biarlah kita berkomitmen untuk tidak menggunakan kata-kata sebagai senjata menyakiti orang lain meski kita harus makan hati.

Kita masuk pada poin keempat, yaitu koreksi terhadap satu teori komunikasi yang sudah lazim dipelajari yaitu teori decoder encoder (teori peluru). Decoder adalah pemberi pesan dan encoder adalah penerima pesan. Encoder à decoder = encoding, Decoder à encoder = feedback. Maka komunikasi adalah proses memberikan pesan dan memberikan umpan balik. Dalam satu komunikasi pasti ada pesan atau feedbacknya baik dengan perkataan atau gerak tubuh. Tahun 60an teori ini dipakai untuk menjelaskan seberapa besar peran TV dalam mengubah perilaku anak. Teori sosiologi ini dikembangkan khususnya setelah perang dunia II karena saat itu mulai muncul iklan komersial. Dosen komunikasi visual saya pernah berkata, ”Kalian designer grafis, urusan kalian bukan ergonomic, urusan kalian bukan tata ruang, urusan kalian adalah alam bawah sadar manusia. Bagaimana membuat orang dari tidak mau beli jadi mau beli, bagaimana membuat dari benci menjadi suka, atau sebaliknya. Itu urusan kalian”. Maka tidak heran jika opini masyarakat terbentuk karena peran media. Media dapat dipakai untuk memprovokasi masyarakat dan menggoalkan satu kebijakan. Sadar atau tidak sadar kita sedang disetir oleh media sehingga opini kita tidak lagi ada yang netral. Meski teori ini dapat dipakai, tetapi teori ini banyak kelemahan dan tidak lengkap.

 Dalam teori ini ada yang disebut noice (hambatan). Poin pertama dari kelemahan teori ini adalah tidak ada tempat Tuhan dalam teori ini. Teori ini hanya memaparkan encoding, decoding dan noice. Teori ini tidak dapat menjelaskan intervensi Tuhan dalam satu komunikasi. Misalnya: Ada seorang encim bertanya kepada Abraham Kuyper “Sudah lahir baru atau belum?” ,kemudian Abraham Kuyper bertobat. Teori encoding decoding tidak dapat menjelaskan kasus ini. Mengapa? karena ada sesuatu yang bekerja melampaui apa yang dikatakan manusia. Di tahun 80-an, ada satu mbok-mbok tukang bayam di Temanggung yang sudah percaya. Dia sering menemui pak Carik dan berteriak, “Pak Carik, Pak Carik! Jadi pengikutnya Tuhan Yesus ya, nanti Pak Carik dijadikan kayak Petrus, jadi penjala manusia!” Setiap hari mbok ini berkata demikian. Pak Cariknya penasaran dan akhirnya bertobat menerima Yesus. Kisah ini tidak dapat dijelaskan oleh teori peluru karena ada peran Tuhan di dalam komunikasi. Hal ini yang menyebabkan penginjilan menjadi mungkin. Ada kuasa yang bekerja melampaui kata-kata yang terlalu misterius dan terlalu indah untuk dijelaskan.  Oleh karena itu, meskipun kita terbatas tetapi kalimat kita dapat menghidupkan orang lain jika dipakai oleh Roh Kudus. Kemarin saya bertemu seseorang di katekisasi pusat, orang itu bercerita mengenai pertobatannya. Ia bertobat karena mendengar kotbah saya 12 tahun yang lalu. Ia tergerak bukan pada saat mendengar bagian kotbah yang penting. Tidak pernah saya menonjolkan kalimat yang di dengar itu tetapi kalimat itu masuk dan menggelisahkan dia. Kalimat itu bukan poin kotbah, hanya bagian dari ilustrasi dan keluar begitu saja. Kadang saya suka bingung, berkotbah A tetapi jadinya B, bahkan hasilnya lebih indah dari yang dibicarakan. Mengapa? Karena orang Kristen percaya bahwa dalam komunikasi tidak hanya bicara mengenai encoder dan decoder, tetapi ada kuasa Tuhan yang bekerja dalam sebuah percakapan.

Poin kedua dari teori ini yaitu teori ini melemahkan peran serta dari pendengar. Seolah-olah pendengar itu pasif yang hanya dapat diberikan teori-teori saja. Saudara, sadarilah bahwa suatu percakapan dapat membawa kita ke dalam suatu petualangan. Pada dasarnya manusia malas bertualang, maka kita seringkali malas menginjili karena percakapan penginjilan dianggap petualangan yang menakutkan. Di dalam percakapan, saudara harus siap menerima kejutan dari lawan bicara karena terkadang Tuhan yang menyiapkan kejutan itu. Kejutan itu dapat membawa berkat atau mungkin memukul arogansi kita, dsb. Seorang pemikir mengatakan bahwa pembicaraan adalah sebuah petualangan. Jika kita mau sama-sama rendah hati mendengar dan mau saling berbagi maka kita tidak perlu takut masuk dalam satu petualangan. Terserah orang mau bercerita dan membawa ke arah mana serta memiliki pendapat apapun, tetapi biarlah kita belajar untuk mendengar.

Kelemahan yang ketiga dari teori ini yaitu teori ini dapat digunakan untuk memanipulasi orang lain. Respon teori ini dapat dipelari dan ditebak sehingga dapat digunakan untuk memanipulasi orang lain. Sekarang ini banyak orang yang mempelajari ilmu komunikasi hanya untuk kepentingan pribadi. Ilmu itu dipelajari bukan untuk nama Tuhan tetapi agar orang percaya kepada dirinya lalu melakukan bisnis. Ilmu itu telah dikembangkan untuk menundukkan orang lain, membangun karisma yang ujungnya untuk memperkaya diri. Bukan berarti kita tidak boleh menundukkan orang lain, tetapi menundukkan untuk apa itu yang menjadi masalah. Sekarang ini banyak sekolah kepribadian yang menghasilkan sekelompok orang yang suka menipu, bukan berarti kita tidak boleh sekolah kepribadian. Belajar table manner agar dapat saling respek, terlihat anggun dan indah itu merupakan hal yang baik, tetapi jika digunakan untuk manipulasi itulah masalahnya. Agustinus mengatakan bahwa adalah hal yang boleh ketika orang belajar bicara (retorik) untuk menyampaikan Firman Tuhan. Namun adalah hal yang berbahaya jika retorik itu digunakan untuk menghasut orang lain. Mari kita merenungkan, apakah tujuan dari perkataan kita? Untuk senjata, manipulasi atau untuk menghidupkan, menguatkan dan membawa manusia kepada shalom? Mari kita berdoa.


(ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah-Timur/Sonny)


#62 – 3/10/2010
“…”
Pdt. Aiter, M.Div


Yunus 2:3
Beberapa minggu lalu kita sudah membahas mengenai ciri Allah yang sejati. Hari ini kita akan membahas Yunus 2:3. “Telah Kau lemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku” Telah Kau lemparkan aku ke tempat yang dalam. Bagi saya kalimat ini merupakan kalimat yang sangat kurang ajar. Mengapa? Karena jika saudara telusuri, dari Yunus 1:1 sampai Yunus di dalam perut ikan, tidak ada satu indikasi bahwa Tuhan yang melemparkan Yunus ke dalam lautan. Tuhan hanya memerintahkan Yunus untuk pergi ke kota Niniwe. Tuhan mengutus Yunus untuk pergi ke suatu daratan, suatu kota yang besar dan bukan ke lautan yang besar. Yunus melarikan diri dan menaiki kapal karena kedegilan hatinya sendiri. Tuhan tidak pernah menyuruh Yunus untuk naik kapal. Atau Yunus tidak pernah bergumul, “Tuhan, saya lebih baik berjalan kaki (lewat jalur darat) atau naik kapal (lewat jalur laut)?” Alkitab tidak mencatat bahwa Yunus pernah berdoa meminta kehendak Tuhan untuk naik kapal. Yunus tidak mau berdoa dan mau menjauhkan diri dari hadapan Tuhan. Maka penyebab penderitaan Yunus sampai ke dalam perut ikan sebenarnya adalah karena ulahnya sendiri.

Hari ini kita akan membicarakan mengenai empat poin penting penyebab kesusahan yang dialami seseorang. Poin pertama, kesusahan  dapat timbul akibat ulah diri sendiri. Seorang perokok berat yang  dari muda sudah merokok lalu bertobat, maka yang dibersihkan adalah dosanya dan bukan paru-parunya. Setelah dosa dibersihkan, paru-paru tetap seperti biasa yang mungkin sudah berlubang karena konsumsi rokok yang terlalu banyak. Mungkin saja paru-parunya dibersihkan jika Tuhan memberi mujizat. Maka ini yang dimaksud kesusahan yang diakibatkan karena ulah sendiri. Banyak orang yang awalnya melakukan kesalahan kecil akhirnya berlanjut ke kasus lain yang lebih parah. Di dalam dunia, banyak sekali orang yang salah melangkah lalu mengalami banyak kerugian. Misal: ketika saudara pergi dan mengendarai mobil, seharusnya saudara berjalan lurus tetapi saudara ke kiri. Untuk memutarnya harus melewati jalan panjang yang macet dan setelah belokpun juga macet. Manusia sering melakukan kesalahan yang awalnya kecil kemudian lambat laun resiko yang ditanggung menjadi besar. Pernah ada mahasiswa yang jari kelingkingnya hilang separuh karena tidak sengaja tergencet pintu. Saudara bisa membayangkan betapa bahayanya hidup manusia yang sudah dari kecil salah langkah dan salah langkah. Setelah manusia salah melangkah seringkali manusia merasa dirinya tidak bersalah lalu menyalahkan pihak lain. Manusia mulai mencari- cari penyebab kesalahannya dan tidak merasa dirinya yang salah. Ada orang yang hidupnya sudah dijaga oleh Tuhan tetapi tetap menyeleweng dan melakukan kesalahan. Akhirnya satu kesalahan itu membuat masa depannya berantakan. Ada orang berkata, “Pak, semua yang kualami ini karena kesalahan ketika saya melangkah di awal.” Saya tanya, “Kenapa Bapak bisa salah melangkah?”, ia menjawab, “Itulah yang menjadi masalah. Saya tidak bisa mengulang seluruh hidupku. Saya pernah satu kali salah melangkah dan sekarang seluruh hidup susah sekali dan hanya dapat melewati seluruh kesusahan dengan pertolongan Tuhan.” Saya pernah bertemu seorang tunanetra dan saya menanyakan alasan matanya tidak dapat melihat. Ia menjawab bahwa itu semua kesalahan dirinya. Ketika matanya gatal, ia mengolesinya dengan minyak tanah. Pikirnya minyak tanah tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk dioles, ternyata membuatnya semakin rabun dan buta. Kesusahan seperti itu ditanggungnya seumur hidup karena ulah sendiri di masa lalu. Maka sekarang saudara, pergunakanlah dengan baik kesempatan yang ada dan jangan salah melangkah dengan selalu minta pimpinan Tuhan.  

Poin kedua, kesusahan dapat muncul karena ulah orang lain. Penyebab kesusahan seperti ini sangat banyak terjadi. Misal: banyak anak kecil yang diperkosa oleh ayah atau kakek, penjahat mengalami trauma dan tidak tahu sudah besarnya mau menjadi apa. Saya pernah menonton satu investigasi terhadap pelacur yang masih SMP. Yang mewawancara pura-pura menyamar menjadi lelaki hidung belang. Ketika ditanya alasan siswi-siswi melakukan pekerjaan itu, mereka menjawab karena pernah diperlakukan tidak senonoh oleh pasangannya. Awalnya mereka sakit hati tetapi lama-lama pasrah dan meneruskan hidup yang sudah kepalang tanggung kotor. Ada seorang ibu yang terus menangis karena menyesali perbuatannya. Ketika sang ibu pergi sebentar meninggalkan anaknya untuk membeli sayur, ia mendapati anaknya sudah meninggal. Ibu ini terus merasa bersalah dan menyesali perbuatannya karena ia pikir bahwa anak itu sampai meninggal karena kesalahannya. Ibu itu terus merasa bahwa ia ikut andil atas kematian anaknya. Terlalu banyak orang yang seperti ini di dalam dunia. Orang yang dikecewakan dan dirugikan oleh orang lain sangat banyak. Ada orang yang buta dan tunanetra seumur hidup karena salah orang lain. Waktu kecil bermain pistol-pistolan lalu orang lain salah tembak, kena matanya dan akhirnya menjadi buta seumur hidup. Tidak heran jika para ibu selalu was-was terhadap anaknya. Namun was-was yang berlebihan juga tidak baik selain dapat menimbulkan penyakit psikologis, hidup menjadi tidak tenang. Masih banyak sekali contoh tindakan orang yang mencelakakan orang lain. Dua poin ini banyak sekali terjadi, jika bukan karena akibat salah sendiri, akibat kesalahan orang lain. Dan faktanya orang jarang yang mau mengakui kesalahannya sendiri.

Poin ketiga, tidak mengakui kesalahan sendiri atau kesalahan orang lain tetapi menunjuk bahwa Tuhan yang salah. Ketika seseorang mengalami kesusahan maka pada akhirnya orang itu akan cenderung menyalahkan Tuhan. Semakin suatu kesalahan direnungkan, maka akan semakin membuat kesimpulan dan filsafat sendiri yang berakhir dengan menyalahkan Tuhan. “Mengapa saya melakukan hal yang salah itu? Ini semua karena Tuhan yang menciptakan saya kurang pintar.”, atau “Mengapa Tuhan mengijinkan saya kenal sama dia, sehingga malapetaka ini terjadi?” Semua kesalahan saat ditelusuri awalnya adalah salah manusia tetapi lama-lama menjadi salahnya Tuhan. Tidak ada orang yang rela disalahkan sehingga manusia lebih suka mencari kambing hitam (objek kesalahan). Lalu orang yang menjadi kambing hitampun juga tidak terima disalahkan, maka yang paling aman adalah dengan menyalahkan Tuhan. Ketika Tuhan disalahkan, Tuhan tidak dapat langsung bersuara maka manusia merasa bahwa paling aman menyalahkan Tuhan. Manusia merasa nyaman ketika melimpahkan kesalahan ke seseorang atau suatu objek yang tidak dapat bersuara. Anak kecil yang kesal karena disalahkan kakak-kakaknya dapat melimpahkan kekesalannya kepada boneka. Namun, setelah besar ia tidak memakai boneka lagi sebagai objek pelampiasan kesalahan tetapi Tuhan. Semua tuduhan, makian, kritik manusia dilontarkan kepada Tuhan, maka saudara dapat bayangkan betapa stresnya jika saudara menjadi Tuhan. Ketika disalahkan, manusia dapat memilih untuk mendengar atau tidak. Namun Tuhan Maha mendengar dan Ia tidak pernah menutup telinganya mendengar isi hati manusia. Tuhan tetap diam ketika manusia mengumpatnya. Tuhan memakai Roh Kudus untuk mengingatkan manusia bahwa dirinya salah dan akhirnya bertobat. Tuhan tidak langsung berbicara tetapi Tuhan memakai suara dari manusia yang taat kepada Tuhan untuk menyuarakan isi hati Tuhan. Maka gereja dan mimbar berperan sangat penting untuk menegur dan membawa manusia kembali kepada Tuhan.

Saudara perhatikan dalam Yunus 2:3, dikatakan bahwa “Telah Kau lempar aku.” Bukankah seharusnya Yunus menyalahkan orang kapal karena mereka telah melemparkan dirinya ke laut? Dan jika ditelusuri lagi, dari awal orang di kapal tidak memiliki niat untuk melempar Yunus. Usulan agar Yunus dilempar ke laut adalah dari Yunus sendiri. Tuhan dan orang di kapal tidak pernah mengusulkan agar Yunus dilempar ke laut. Biasanya sebelum seseorang menyalahkan Tuhan, ia menyalahkan orang lain terlebih dahulu tetapi Yunus tidak. Yunus tidak menyalahkan orang dahulu seperti orang kapal atau orang pelabuhan maupun orang di kampung halamannya, tetapi Yunus langsung menyalahkan Tuhan. Maka sikap Yunus ini sangat kurang ajar. Ia mengatakan Telah Kau lemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan” Yunus merasa bahwa Tuhan melemparkan ia sampai ke tempat yang sangat dalam yaitu ke pusat lautan. Padahal jika diperhatikan dari awal, tidak ada kaitan Yunus berada di dalam laut dengan Tuhan yang melemparnya. Tuhan justru mengirim ikan dan menolong Yunus sehingga ia masih hidup dan dapat berdoa.

Dalam eksposisi Yunus pasal satu sebelumnya, sesungguhnya Yunus lebih memilih mati daripada harus pergi ke Niniwe. Yunus tidak mau Niniwe bertobat dan ia sangat membenci Niniwe. Yunus menolak panggilan Tuhan dan lebih memilih melarikan diri. Yunus memilih pergi sejauh mungkin yaitu ke Tarsis dan menggunakan kapal laut. Setelah Yunus dikapal, ia tidur lalu terjadi gelombang. Nahkoda membangunkan Yunus agar Yunus memanggil Allahnya. Kemudian dilakukan undian dan Yunus terpilih sebagai tersangka penyebab semua malapetaka itu. Yunus memberikan solusi agar dirinya dilempar ke laut. "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." Jika saudara perhatikan, apakah ide Yunus tersebut merupakan solusi yang tepat? Solusi itu bukan solusi yang tepat. Mengapa? Jika Yunus tahu bahwa dirinya sedang di hukum Tuhan atas pelariannya, seharusnya Yunus memilih berbalik ke Niniwe untuk menggenapkan kehendak Tuhan di awal. Atau seharusnya Yunus menyarankan agar kapalnya berbalik menuju darat dan pergi ke Niniwe. Namun perbuatan Yunus seakan sedang memperalat orang di kapal yang tidak tahu apa-apa untuk menggenapkan misi pribadinya. Yunus lebih memilih mati di laut daripada Niniwe bertobat. Ini adalah pikiran dan tindakan nabi yang tidak baik. Yunus lebih rela mati daripada harus membuat Niniwe bertobat. Yunus menduga bahwa Tuhan tidak akan mengejarnya lagi setelah ia dicampakkan ke laut. Namun Tuhan mengirim ikan besar untuk menolongnya. Yunus seharusnya bersyukur dan berdoa, ” Karena kesalahanku yang minta dilemparkan sehingga aku hampir mati di lautan. Tapi Tuhan sangat baik dan mau menolongku.” Seharusnya Yunus menyadari bahwa ia mendapat penyelamatan yang sangat istimewa. Saudara sampai kapanpun tidak akan dapat memerintahkan ikan besar memakan saudara lalu mengeluarkannya hidup-hidup. Jika bukan Tuhan yang menyuruh, pertolongan dari ikan tidak akan datang.

Yunus tidak menyalahkan orang di kapal yang melempar dirinya ataupun menyadari kesalahan diri, tetapi Yunus langsung menyalahkan Tuhan. Jadi, Yunus memiliki konsep bahwa Tuhannya baik atau jahat? Menurut Yunus Tuhannya adalah Tuhan yang baik sekaligus jahat. Tuhan adalah Tuhan yang baik ketika Tuhan menolong Israel dan Tuhan dianggap jahat jika Tuhan menyelamatkan Niniwe. Maka Tuhan yang dimengerti oleh Yunus adalah Tuhan yang sedang dikendalikan oleh keegoisan pribadinya. Jika Tuhan menolong semua yang berhubungan dengan dirinya (bangsanya), maka Tuhan dianggap baik, tetapi jika Tuhan menolong bangsa lain maka Tuhan tidak baik. Banyak orang yang berdoa sangat ngotot untuk keperluan pribadinya, tetapi untuk urusan orang lain tidak pernah didoakan. Saat anak sendiri sakit flu, didoakan sungguh-sungguh, tetapi anak tetangga yang sakit keras tidak didoakan. Ketika Tuhan menyembuhkan anak orang lain terkadang timbul rasa iri dan bertanya ke Tuhan “Mengapa saya yang sudah doa lama anak saya tidak disembuhkan, tetapi tetangga yang baru percaya doanya langsung dijawab?” Jika saudara melihat KKR kesembuhan ilahi maka saudara dapat mengamati pemandangan yang cukup lucu. Ketika banyak orang yang maju untuk disembuhkan dan yang sembuh adalah orang lain maka orang disekitarnya berekspresi aneh-aneh. Ada yang ekspresinya kebingungan karena pendetanya tidak lewat di depannya, ada yang celingak-celinguk bingung “koq orang lain sembuh saya tidak”. Jarang ada orang yang turut senang ketika orang lain disembuhkan dan jarang yang memberikan selamat. Bukankah seharusnya orang disekitarnya turut bersukacita atas kesembuhan orang itu? Manusia menganggap bahwa Tuhan baik jika Tuhan menolong dia dan sebaliknya. Ini adalah konsep Yunus dan konsep orang Kristen pada umumnya.

Ketika kerusuhan Mei pernah ada kesaksian, “Puji Tuhan! Tuhan itu betul-betul hidup, waktu terjadi kerusuhan itu komplek kami diserbu, semua pintu masuk sudah diserbu, dan puji Tuhan hanya rumah saya yang tidak diserbu. Dan saya lihat kiri kanan habis dibakar, rumah saya tidak.” Ia tidak sadar bahwa ia sedang bersyukur atas kebakaran yang terjadi di rumah orang lain. Pujian ini memiliki arti, “Puji Tuhan rumah orang kebakar, tetapi rumah saya tidak?” Ketika tetangganya mendengar kesaksian ini, maka tetangganya akan berpikir  bahwa orang itu sukacita di atas penderitaan orang lain. Orang yang bersaksi demikian ketika menghibur tetangganya, maka tetangganya tidak akan percaya. Orang yang bersaksi demikian seolah-olah memiliki iman yang besar sehingga Tuhan menjaganya dari malapetaka, dan ia terus dipanggil bersaksi di gereja lain. Orang Kristen yang bersaksi demikian sedang menjadi batu sandungan dan menutup kemungkinan untuk mengabarkan Injil kepada orang komplek. Maka saudara harus berhati-hati terhadap kesaksian seperti itu dan jangan ikut-ikut mengaminkan kesaksiannya.  Jarang ada orang yang merasa senang jika orang lain lebih diberkati Tuhan. Misal: ketika saudara ke dokter dan sedang mengantri panjang lalu di belakang saudara ada pasien yang sakit parah, apakah saudara mau memberikan antrian saudara kepada orang itu lalu saudara pergi ke belakang? Atau saudara tetap di posisi saudara dan memaki bagian yang depan? Semua orang ingin dilayani lebih dahulu lalu melupakan orang lain. Konsep demikian juga dimiliki oleh Yunus. Yunus hanya ingin jika Tuhan mencurahkan anugrah-Nya bagi Israel.

Minggu depan kita akan melanjutkan ke poin yang keempat, yaitu bahwa semua yang terjadi memiliki satu maksud yaitu pekerjaan Tuhan akan dinyatakan. Dalam Kitab Suci terdapat poin penting bahwa segala sesuatu yang terjadi ada rencana Tuhan yang akan digenapi. Poin keempat ini adalah poin yang Alkitab ajarkan agar manusia jangan hanya melihat segala sesuatu dari segi diri atau orang lain saja. Cara pandang demikian hanya akan membuat kita menjadi orang yang self centered dan humanis. Memang manusia dapat salah, tetapi dibalik itu ada satu didikan Tuhan agar manusia tidak sombong. Manusia memang dapat melakukan kesalahan dan dapat jatuh tetapi manusia harus ingat untuk bangun lagi. Tuhan terkadang menghukum orang yang merasa dirinya mampu dan yang merasa tidak perlu Tuhan. Terkadang Tuhan mengijinkan orang itu jatuh dan salah prediksi. Tuhan baru menjawab doanya setelah ia pasrah dan tidak lagi mengandalkan diri sendiri. Ketika orang berkata, ”Aku bisa, aku bisa” maka Tuhan akan  menegur orang itu. Minggu depan kita akan melihat poin yang keempat. Mari kita berdoa. 


(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah)


#63 - 10/10/2010
HUT-1 MRII & Peneguhan Pengurus
"Tujuh Pelayan Terpilih"
Pdt. Aiter, M.Div.


Kis. 6
Pasal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam kitab Kisah Para Rasul. Di dalam Kis. 6:5 terdapat nama-nama baru yang sebelumnya tidak pernah muncul. “Lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolas.” Ayat ini menyatakan bahwa di seluruh jemaat Tuhan, masih ada banyak orang yang memiliki potensi tetapi tidak dikembangkan untuk Tuhan. Mengapa? Karena banyak orang Kristen yang berpotensi tetapi menggunakan potensinya hanya untuk mencari uang. Pada jaman Kisah Para Rasul, jemaat mula-mula mengalami kesulitan dalam melayani Tuhan. Akibat kesulitan itu mulailah satu demi satu tergerak untuk melayani. Mereka yang telah tergerak untuk melayani dan akhirnya mereka dicalonkan untuk menjadi pengurus. Yang menarik dalam bagian ini adalah ketika mereka dipilih, tidak ada seorangpun yang protes dan menolak untuk dicalonkan. Ini berarti dalam diri mereka ada satu kerelaan untuk dicalonkan sebagai pelayan. Sebelum mereka dicalonkan pastilah mereka telah memiliki kesibukan tersendiri dalam usaha dan keluarga, tetapi mereka tetap rela dicalonkan. Ini artinya telah terjadi satu perubahan konsep pada diri orang yang percaya dan mengikut Tuhan. Ada orang yang hanya puas melayani di satu bidang tertentu karena bidang itu sesuai dengan keinginan pribadinya. Namun ada juga orang-orang tertentu yang memiliki kepekaan rohani yang selalu menuntut diri untuk lebih giat lagi melayani Tuhan. Mereka menyadari bahwa pekerjaan Tuhan terlalu besar dan membutuhkan orang-orang yang berpotensi.

Ketika pekerjaan Tuhan membutuhkan orang yang berpotensi, siapakah yang mau mencalonkan diri untuk ikut melayani Tuhan? Ketika ditantang untuk melayani Tuhan, banyak yang beralasan bahwa dirinya sibuk. Saya pernah menawarkan seseorang berpotensi untuk melayani, tetapi ia menolak dan fokus ingin menjadi pramugari. Lalu saya menceritakan kepadanya pengalaman saudara saya yang pramugari. Ia menderita sakit paru-paru akibat tekanan udara pesawat saat menjadi pramugari. Dan saya katakan  kepadanya bahwa saya adalah staff pertama di Institute Reformed. Sebelumnya saya hanya jemaat dan mendengar bahwa institute akan segera dibuka (tahun 1996). Saat itu warta gereja sangat tidak enak dipandang. Lalu terpikir pertanyaan kepada diri saya, “Mengapa bukan kamu saja yang menjadi staff?” Awalnya saya menolak dan membiarkan orang lain saja yang diutus. Lalu setelah saya menjadi staff di Institute Reformed saya mendekati orang yang membuat warta, yang saat itu adalah bapak Widjoyo. Saya mengarahkan bagaimana pembuatannya supaya lebih baik, serta mengusulkan agar printernya diganti. Dengan susah payah, wartapun berubah menjadi lebih baik.  Sebelum masuk menjadi staff, saya sudah bekerja lima kali ganti perusahaan. Tahun 90-an gaji saya sudah tinggi, tetapi bekerja sebagai staff di Institute hanya digaji sedikit. Selama bekerja, sering sebelum habis bulan, gaji sudah habis. Saat itu saya bekerja sambil kuliah di STRIJ. Jikalau semua orang hanya mementingkan gaji yang besar dan tidak bersedia terlibat dalam pekerjaan Tuhan, maka gereja hanya menunggu waktu kehancuran.

Tujuh orang yang terpilih sebagai pelayan, diakui jemaat sebagai orang yang baik. Mereka yang terpilih telah dianggap baik bagi masyarakat sekitar, penuh Roh dan hikmat. Saat itu jumlah jemaat semakin banyak, demikian pula dengan permasalahan yang timbul. Saat itu jemaat tidak hanya membutuhkan orang yang siap melayani, tetapi juga pelayan yang dapat membantu masalah janda-janda yang terabaikan. Kis. 6:3, “Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu.” Saya bertanya-tanya, ”Mengapakah untuk urusan janda saja dipilih syarat yang sangat ketat?” Menurut logika, mengurus janda bukanlah hal yang sulit sehingga butuh orang yang intelektual. Menurut cara dunia, orang yang kaya dilayani orang yang berkualfikasi. Sedangkan untuk orang miskin dilayani orang yang bodoh. Alkitab menegaskan bahwa urusan janda bukanlah masalah materi dan perut, melainkan urusan rohani. Maka dipilihlah orang yang memiliki kualifikasi rohani terbaik dalam hal doktrin, pengetahuan, iman dan kuasa. Ini berarti gereja tidak mengabaikan orang yang hina.

Ketika saya mengamati tujuh nama yang terpilih, setiap nama merupakan nama baru yang pertama kali muncul di dalam Kitab Suci. Nama ini muncul karena setiap dari mereka rela melayani Tuhan. Di dalam daftar nama ini, tidak ditemukan nama adik dari Tuhan Yesus. Setelah Yesus memilih kedua belas rasul, para rasul dan orang sekitar mengetahui bahwa Yesus memiliki adik. Empat orang adik laki-laki Yesus adalah Yakobus, Yudas, Yusuf (atau Yoses), dan Simon. Tidak seorangpun dari keempat orang ini yang terpilih menjadi pelayan. Ini menandakan bahwa tidak ada nepotisme di dalam pemilihan pelayan. Seluruh adik Yesus tidak ada yang masuk nominasi sebagai orang yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat. Mengapa? Karena mereka masih dalam proses pertumbuhan iman dan belum mencapai taraf kedewasaan iman.

Satu nama lagi yang seharusnya masuk dalam daftar nama tetapi ternyata tidak masuk, yaitu Barnabas. Kis. 4:36, ”Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan” Awalnya Barnabas bernama Yusuf, tetapi karena karakternya yang suka menghibur maka namanya diganti menjadi Barnabas. Para janda adalah sosok yang perlu dihibur, tetapi mengapa Barnabas tetap tidak dicalonkan?  Dalam Kis. 11:24 dikatakan bahwa Barnabas adalah orang yang baik, penuh Roh Kudus dan iman. Maka sesungguhnya Barnabas memenuhi syarat dan layak untuk dipilih. Dari ketujuh nama yang terpilih, hanya ada dua nama yang ceritanya masih berlanjut dalam perjalanan Kitab Para Rasul. Mereka adalah  Stefanus dan Filipus. Prestasi mereka dicatat di dalam Alkitab dan sisa kelima nama yang lain tidak dicatat prestasinya. Barnabas yang tidak terpilih juga dicatat memiliki prestasi, bahkan dicatat ”Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku.” Akhirnya mereka dipakai menjadi tim pelayan dan berkeliling untuk KKR. Maka sebenarnya lima orang terpilih sisanya tidak layak dipilih karena tidak memiliki signifikansi. Saya percaya bahwa Tuhan mengijinkan hal tersebut terjadi agar orang yang tidak terpilih jangan marah meskipun ia merasa lebih berpotensi dari yang lain.

Bayangkan, jika saudara menjadi Barnabas. Saudara sangat dekat dengan para rasul sehingga diberi nama julukan “anak penghiburan”. Lalu ketika ada pemilihan ternyata nama saudara tidak dimasukkan. Bagaimana perasaan saudara? Orang yang merasa layak dipilih tetapi tidak dipilih, biasanya akan mendekati jemaat yang tidak senang dengan hasil pemilihan dan berusaha merebut hati mereka. Lalu membuat satu partai atau kelompok baru serta mengangkat diri sebagai ketuanya. Pengacau dalam satu komunitas biasanya adalah orang yang tidak terpilih. Saya pernah melihat berita di TV, ada seorang yang memecahkan kaca mobil karena kecewa tidak terpilih menjadi walikota. Perbuatan tersebut justru menunjukkan bahwa ia memang tidak layak untuk dipilih. Sama seperti seseorang yang memutuskan ingin bunuh diri karena diputus oleh pacarnya. Jika ada pikiran ingin bunuh diri maka ada sesuatu yang tidak beres pada diri orang itu. Dari keputusan itu justru menunjukkan bahwa ia memang tidak pantas dipilih menjadi kekasih. Mengapa? Karena jika dirinya belum berubah lalu menikah, maka ketika menghadapi masalah berat, ia akan memilih solusi yang sama yaitu bunuh diri. Setelah Barnabas tidak terpilih, ia tidak menciptakan satu partai baru. Ia tidak pernah marah, kecewa ataupun benci. Justru Barnabas menunjukkan prestasi yang baik. Ia melayani bersama seorang rasul besar yaitu Paulus. Barnabas dan para pelayan yang terpilih sama-sama mengerjakan bagian pelayanannya.

Dari tujuh orang yang terpilih, dua orang dicatat memiliki prestasi yang besar, yaitu Stefanus dan Filipus. Sisa lima nama lainnya tidak dicatat prestasinya. Ketujuh pelayan yang terpilih, ada yang prestasinya dicatat dan ada yang tidak memiliki prestasi Sama halnya dengan kedua belas murid Tuhan Yesus. Dari antara 12 murid, ada yang menulis Kitab dan ada pula yang sama sekali tidak menulis kitab. Di antara 12 murid yang tercatat, ada yang ucapannya dicatat dan ada yang tidak. Yesus memiliki empat orang adik laki-laki, dua orang menulis Kitab Suci (Yakobus dan Yudas), sementara yang lain tidak memiliki prestasi. Gereja memiliki pengurus yang namanya dicatat sebagai pengurus. Ada pengurus yang aktif dan ada juga pengurus yang diam-diam karena tidak mengetahui harus mengerjakan apa.

Tujuan tujuh pelayan dipilih saat itu adalah untuk mengurus para janda. Namun jika diperhatikan secara berkesinambungan dalam Kis pasal 6,7,dan 8, maka akan didapati bahwa para janda akhirnya tidak terlayani. Setelah Stefanus terbunuh, di Yerusalem terjadi penganiayaan besar terhadap pengikut Yesus. Semua rasul tetap tinggal di Yerusalem, sedangkan para murid yang lain pergi menyebar. Ini berarti tidak ada lagi yang sempat membesuk para janda karena para janda pasti juga akan ikut lari dan tersebar. Berarti mereka dipilih untuk melayani janda namun faktanya mereka tidak melayani janda. Kalau begitu apakah mereka menganggur dan sama sekali tidak mengerjakan apa-apa? Tidak. Banyak orang yang ketika terpilih sebagai pengurus untuk mengerjakan A, ia hanya mengurusi masalah A serta tidak peduli dengan urusan lain. Demikian pula dengan B yang tidak mengurusi masalah lain selain jobdesknya. Akhirnya di dalam kepengurusan terjadi “partai kecil”. Setiap partai mempunyai downline, hirarki, ruang meeting, serta pembicaraan masing-masing. Sekilas tampak baik karena semua jobdesk jadi berjalan mulus tetapi sebenarnya terjadi perpecahan di dalam. Apakah setelah para janda tersebar, maka tugas dari para pelayan yang terpilih sudah selesai? Jawabannya tidak. Memang mereka memiliki pekerjaan yang fokus yaitu mengurus para janda. Namun, masih ada tugas lain yang tidak masuk dalam job description mereka yaitu penginjilan. Banyak orang yang konsepnya salah dengan berpikir bahwa penginjilan hanya tugas di Departemen Penginjilan, penggembalaan hanya memfollow-up jemaat, pembinaan hanya berurusan dengan buku. Akhirnya mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan lupa pada fokus utama yang tidak tercantum dalam job-desk. Tujuh orang telah dipilih dan tidak ada job description untuk penginjilan. Namun jika diperhatikan, terdapat dua orang yaitu Stefanus dan Filipus yang mengerjakan tugas penginjilan. Mereka mati bukan atas nama majelis yang terpilih tetapi mati sebagai seorang penginjil. Stefanus adalah seorang martyr pertama pada jaman Pentakosta atau pada waktu gereja sudah berdiri. Dia adalah seorang majelis yang terpilih tetapi mati sebagai seorang penginjil.

Dari ketujuh pelayan yang terpilih ini, tidak pernah tercatat ada pergantian pengurus. Tidak lama setelah pengangkatan pengurus, Stefanus mati dan para janda sudah tersebar. Namun, bukan berarti bahwa enam orang terpilih yang tersisa menjadi menganggur. Filipus tetap meneruskan bagiannya yaitu pergi ke tanah Samaria untuk memberitakan Injil. Pengurus seperti inilah yang diharapkan. Saya memiliki rencana untuk membawa para pengurus pergi ke pedalaman. Disana mereka akan diuji melalui kesusahan hidup (makan, tidur dan mandi yang serba sulit). Dengan ujian itu, mereka akan melihat cara Tuhan bekerja dalam diri orang pedalaman sekaligus menguji kecintaan saudara kepada orang yang susah.

Jika semua pelayan telah pergi, lalu bagaimana nasib janda yang membutuhkan pertolongan? Satu prinsip Alkitab yang indah yaitu Tuhan akan mengarahkan bagian orang lain kepada objek yang benar. Saat para pengurus yang terpilih tidak ada, Tuhan membangkitkan orang lain yang cocok untuk melayani mereka. Alangkah sayangnya jika potensi Stefanus yang besar hanya digunakan untuk berdiskusi dengan para janda. Orang seperti Stefanus seharusnya diskusi dengan ahli Taurat. Alangkah sayangnya jika Filipus yang lincah akhirnya hanya fokus mengetok pintu mencari janda-janda. Bandingkan dengan Kis 8:4-5 “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.” Filipus berani pergi menginjili sendiri tanpa dukungan dana atau dukungan team. Maka orang yang berpotensi demikian, tidak Tuhan ijinkan sisa hidupnya dipakai untuk mengurusi para janda. Untuk mengurusi para janda, Tuhan telah mempersiapkan satu orang yang tidak pernah dicalonkan sebagai kandidat. Orang ini sangat ahli dalam melayani para janda. Ia adalah Dorkas. Maka dalam cerita ini sesungguhnya ada dua orang yang sangat berpotensi yang seharusnya masuk menjadi majelis, tetapi keduanya tidak pernah masuk. Mereka adalah Barnabas dan Dorkas.

Kis 9:36,37,39, “36Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.... 39Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.” Setelah tujuh majelis terpilih, terjadi penganiayaan dan mereka tersebar. Selanjutnya, kisah lima orang terpilih tidak dijelaskan dalam Alkitab, dua orang menangani pemberitaan Injil dan  Dorkas dipakai Tuhan untuk menangani para janda. Meskipun Barnabas dan Dorkas tidak terpilih, mereka tidak complain atau mengumpulkan massa untuk protes. Mereka berdua menjalankan bagian yang Tuhan percayakan untuk mereka kerjakan. Jikalau hari ini saudara merasa bahwa saudaralah yang paling cocok menjadi majelis, cocok menjadi pengurus, tetapi saudara tidak terpilih, mungkin saudara seperti Barnabas yang sedang Tuhan uji. Kalau saudara masih belum terpilih, mungkin saudara seperti Dorkas yang menjalankan bagiannya diam-diam dan tidak protes. Saya percaya bahwa Dorkas adalah orang yang tenang dan melankolis. Mengapa? karena orang yang tidak tenang tidak mungkin dapat menjahit baju dengan baik. Di dalam Kis 9:39 dikatakan “semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.” Pada jaman itu, untuk menjahit satu baju dibutuhkan waktu yang sangat lama. Bahan kain, jarum serta benang juga harganya sangat mahal. Dorkas membuat baju untuk banyak orang, maka pasti ia sangat lelah. Dorkas melayani dengan sungguh-sungguh dan tidak banyak bicara. Ada orang yang baru sedikit melayani sudah ribut sekali. Dorkas melayani diam-diam dan jasanya baru kelihatan setelah ia telah meninggal. Dorkas adalah orang yang lebih mengutamakan orang lain daripada mementingkan hidupnya sendiri. Ia terus menolong orang sehingga melupakan kesehatan diri sendiri, sakit dan akhirnya meninggal. Ia tidak terlalu dikenal banyak orang. Mengapa? Sebab ketika dia sakit, Alkitab tidak mencatat ada orang yang menolongnya. Di dalam jaman itu, semua orang menjual harta miliknya dan tidak ada yang berkata, ”Ini milikku. sebab segala milikku adalah milikmu.” Kalau ada seorang yang sakit parah dan Dorkas adalah orang yang terkenal, maka pastilah mereka akan membawa Dorkas ke tabib yang terbaik. Namun, Alkitab tidak mencatat ada orang yang membawa Dorkas untuk berobat. Ini berarti Dorkas adalah orang yang sederhana, diam-diam, hidupnya tidak berliku-liku serta tidak suka bergunjing. Ketika ia sakit, ia menahan sendiri sampai akhirnya meninggal dunia. Ketika ia meninggal,  semua orang yang pernah dilayani mengingat jasa-jasanya. Ketika masih hidup, jasa seseorang masih dapat dimanipulasi karena merasa bangga dengan pujian. Lalu ia dapat berbuat baik lagi agar semakin dipuji dan diingat jasanya. Berbeda dengan orang yang sudah meninggal. Ketika orang mengingat jasanya, ia tidak dapat mendengar atau berekspresi senang. Seseorang yang terus berbuat baik meskipun dilupakan orang, maka pada waktu mati orang akan datang dan membongkar segala kebaikan kita. Ketika orang menyatakan kebaikan orang yang sudah meninggal, perkataan itu adalah sungguh-sungguh jujur. Para janda yang pernah dilayani Dorkas sungguh-sungguh memuji dan pasti merasa sangat kehilangan Dorkas.

Dorkas menjadi berkat bagi sesama janda melalui sesuatu yang ia miliki. Tidak mungkin ia berkenalan dengan para janda tanpa saling bicara. Orang yang baik seperti Dorkas pasti di dalam hatinya muncul kalimat-kalimat yang menghibur orang, bahkan pasti ada kalimat penginjilan yang keluar. Meskipun ketika ia mati, ia dikenal bukan sebagai penginjil tetapi sebagai seorang dermawan. Jiwa orang yang cinta Tuhan, yang mau berbagian di dalam menolong orang yang susah pasti ada kalimat yang menghibur sekaligus kalimat yang membawa orang untuk kembali kepada Allah yang sejati. Saya percaya Dorkas pasti juga mengabarkan Injil. Ketika Dorkas meninggal, ia dikenang oleh banyak janda-janda yang telah menerima segala perbuatan baiknya. Kalau Dorkas hanya buat baju, maka para janda mungkin hanya menghargai bajunya saja. Maka intinya bukan pada bajunya, melainkan adanya kontak batin antara Dorkas dengan para janda sehingga ketika memakai baju buatan Dorkas, maka mereka sadar bahwa baju tersebut adalah hasil pengorbanan Dorkas. Kalimat yang disampaikan Dorkas saat membuat baju pasti selalu dikenang bagi janda yang mendengarnya. 

Gereja yang diberkati adalah gereja yang mengabarkan Injil yang sejati. Pak Tong pernah berkata, “Mengapa GRII diberkati? Karena GRII mengabarkan Injil!” Kalimat itu saya konfirmasi sungguh-sungguh benar. Saya mengamati cabang-cabang gereja GRII yang sungguh-sungguh memberitakan Injil diberkati secara luar biasa. Waktu pertama kali cabang gereja GRII mendapatkan tanah yang paling luas adalah cabang Batam. Dulu saya melayani disana dan sekarang saya melihat GRII batam sangat diberkati Tuhan. Demikian pula dengan MRII Kebon Jeruk. Baru-baru ini saya diajak untuk melihat satu tempat yang sangat luas untuk GRII. Pak Tong pernah membuat rencana untuk membangun kubu Reformed yang di dalam satu komplek itu ada sekolah, universitas, mandat budaya, dll. Dan ini luasnya melebihi komplek Reformed di Kemayoran. Tempatnya sangat besar dan strategis yaitu di wilayah Jakarta barat. Mayoritas jemaat Reformed ada di wilayah barat. Jika nanti ada kubu reformed di wilayah barat, maka wilayah barat pasti akan mendapat banyak berkat.  Tuhan mengijinkan kita mulai dari nol, sesuatu yang kecil yaitu dari PRII dahulu. Kita bersyukur hari ini Tuhan sudah satu tahun memimpin kita. Kita tidak tahu kapan akan memiliki tanah pribadi. Kita masih menyewa tempat ibadah ini entah sampai kapan. Nanti bertahap kita akan membuka semacam kuliah awam di tempat ini. Saat ini sudah ada PA, Persekutuan Doa, pembinaan, pelatihan pengkotbah awam. Kita bersyukur untuk hal ini. Nanti kita akan memperkenalkan pengurus baru. Yang belum terpilih jadilah seperti Barnabas ataupun Dorkas. Yang sudah terpilih, jalankan tugas utamanya. Jangan hanya duduk di belakang meja menjalankan job desknya. Sebab tugas kita yang paling utama adalah memberitakan Injil keselamatan.


(Ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah-Timur/Sonny/Victor)


#65 - 31/10/2010
"Eksposisi Kitab Yunus #17: Yunus 2(#8)"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 2.
Yunus pasal dua ini merupakan doa yang sangat panjang dari Yunus. Kotbah seseorang jika ditranskrip atau dituliskan, lalu dianalisa, maka akan diketahui doktrin yang dimilikinya. Sama halnya dengan doa seseorang yang direkam dan ditranskrip. Setelah dianalisa, maka akan terlihat doktrin yang secara tidak sadar yang diungkapkannya dalam kalimat doa. Saya teringat pernah menerima rekaman doa seorang anak kecil yang berumur sekitar enam tahun, tetapi doanya seperti orang dewasa. Isi doanya kira-kira begini, ”Kami berterimakasih kepadamu ya Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan yang luar biasa. Kami claim janji-Mu, ya Tuhan kami minta kaya ya Tuhan.” Saya merinding saat mendengarnya. Anak seperti ini jika sudah besar tidak tahu akan menjadi apa. Konsep doa yang demikian kacau mungkin akibat dari didikan Sekolah Minggu atau dari pendetanya. Mengenai doa Yunus, Tuhan mengijinkan doa itu tercatat di dalam Kitab Suci sehingga kita dapat mengerti kerohanian Yunus. Orang yang terlihat rohani, seringkali doa-doanya tidak rohani.

Saya pernah memimpin kebaktian perkabungan atas seorang ibu yang meninggal akibat bunuh diri. Saya cukup kesulitan mencari tema kotbah dan ayat Alkitab yang pas untuk kasusnya. Sebab tidak mungkin di dalam khotbah saya berkata, “Ikutilah teladannya.” Akhirnya saya mengkhotbahkan tema yang umum, yaitu tentang makna hidup dan kematian. Setelah selesai kotbah, keluarganya bersaksi bahwa di hari-hari terakhir sebelum meninggal, ibunya di kamar terus berdoa,  membaca kitab Mazmur dan terus menangis. Lalu beberapa hari kemudian ia loncat dari apartemennya. Jika seseorang sampai meninggalkan segala sesuatu hanya untuk berdoa, baca Alkitab dan terus menangis, maka mungkin orang ini sedang dalam bahaya besar. Orang tersebut perlu segera di konseling. Bukan berarti jika demikian kita tidak perlu membaca Alkitab dan berdoa. Ketika seseorang di dalam kurun waktu yang panjang nonstop berdoa, baca Alkitab dan menangis, pasti ada sesuatu yang terjadi dalam diri orang itu. Bisa jadi karena memang ada unsur pertobatan. Namun jika sampai berakhir dengan bunuh diri, maka motivasi berdoa dan membaca Alkitab secara nonstop seperti yang telah dilakukannya adalah keinginan untuk melarikan diri dari kesulitan dan realita hidup. Ketika Alkitab sudah tidak lagi bisa lagi memberi jalan keluar, maka ia memilih jalan bunuh diri.

Ketika Yunus berdoa jangan kita mengira ia sudah pasti memiliki kerohanian yang baik. Dalam Yun. 2:2,3 dikatakan, ”Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan.” Mengapakah Yunus harus menunggu saat susah baru berdoa kepada Tuhan? Mengapa ia tidak berseru sebelum naik kapal atau saat di atas kapal? Ini satu hal yang tidak beres dalam diri Yunus. “Dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kau dengarkan suaraku.” Saat Yunus berada di tengah-tengah dunia orang mati, dirinya ingin didengarkan Tuhan. Namun ia tidak peka mendengar jeritan Niniwe yang sedang menuju dunia orang mati. Yunus hanya ingin suaranya didengar oleh Tuhan tetapi ia tidak mau mendengar suara Tuhan ataupun suara orang Niniwe yang sedang menuju ke maut. “Telah Kau lemparkan aku ke tempat yang dalam.” Tuhan tidak pernah melemparkan Yunus ke laut. Yang melempar Yunus adalah orang-orang di kapal dan itupun karena kemauan dan perintah dari Yunus. Setelah Yunus mengusulkan dirinya dilempar ke laut, mereka tidak langsung menuruti usul Yunus. Mereka terus mendayung dan membuang semua barang yang tidak perlu. Setelah tidak ada jalan keluar, akhirnya Yunus dilempar ke dalam lautan. Maka sebenarnya bukan Tuhan yang melempar Yunus, tetapi orang kapal atas usul Yunus. Maka kalimat doa tersebut adalah salah dan hanya menyatakan bahwa Yunus menyalahkan Tuhan.

Yun. 2:4 ”Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?” Tuhan tidak pernah mengusir Yunus. Tuhan justru menerima Yunus dengan memanggil Yunus menjadi hamba-Nya. Tetapi Yunus justru melarikan diri dari hadapan Tuhan. Doa ini tidak ada unsur pertobatan atau pengakuan dosa. Seharusnya ia mengaku bahwa dirinya penyebab semua masalah yang terjadi. Bahkan di ayat selanjutnya Yunus justru membanggakan diri. Yun. 2:8-9 adalah kalimat yang jahat keluar dari mulut Yunus. Ayat 8, “Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia.” Atau dengan kata lain, “Kalau yang lain menyembah berhala, aku tidak menyembah berhala, aku menyembah Tuhan.” Ucapan Yunus ini berbeda dengan fakta yang terjadi. Yunus memang tidak pernah berpegang pada berhala kesia-siaan, dan ia memiliki Tuhan. Ia menganggap dirinya berbeda dengan bangsa Niniwe. Ia merasa jauh lebih rohani dari pada bangsa Niniwe. Namun pada kenyataannya Yunus telah melarikan diri dari hadapan Tuhan. Tetapi di dalam doanya dia malah mengkritik bangsa yang lain, yaitu Niniwe. Yunus yang sedang melarikan diri masih merasa tidak melarikan diri, dan masih menyalahkan orang lain yang meninggalkan Tuhan dengan menyembah berhala. Dari dalam doanya  kita dapat melihat  bahwa ia menyimpan suatu kebencian dan ia belum bertobat.

Selanjutnya Yunus juga membanggakan diri dengan berkata, “Tapi aku dengan ucapan syukur, aku persembahkan korban kepadaMu” (Yun. 2:9). Atau dengan kata lain, “Kalau aku berbeda dengan orang lain. Aku akan mempersembahkan korban kepada Tuhan, orang-orang Niniwe mempersembahkan korban kepada berhala.” Di dalam pembahasan kitab Deuterokanonika yang pernah saya singgung di dalam PA Jumat, ada satu kitab yang terus membanggakan dirinya sendiri. Penulis kitab ini terus berbicara tentang ke-aku-annya. Kitab Tobit dimulai dengan cerita mengenai si Tobit. Kalimatnya banyak memakai kata “aku”. Lukas Di dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ada menuliskan tentang “aku” (dirinya Lukas). Tapi itu hanya di awal cerita (Luk. 1:3; Kis. 1:1) dan sangat singkat. Selanjutnya ia tidak lagi membahas tentang “aku”-nya Lukas. Tapi dalam kitab Tobit, kata “aku” untuk Tobit banyak sekali. Dan sewaktu bicara mengenai “aku”, yang disampaikan adalah semua hal yang baik saja dan menonjolkan si “aku”.

Perhatikan apa yang dicatat di dalam Yun. 2:8-9.Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan dia. Tetapi aku dengan ucapan syukur, akan kupersembahkan korban kepadamu. Apa yang kunazarkan akan kubayar” Yunus mengira dengan memberikan persembahan maka seluruhnya akan beres. Mari kita bandingkan dengan doa Daud di dalam Mazmur 51. Doa pengakuan ini sangat rohani. Daud mengerti konsep ibadah yang Tuhan inginkan. Perhatikan Maz 51:3,5,6. Dalam ayat tersebut kita melihat Daud tidak menyalahkan orang lain, tetapi menyalahkan dirinya sendiri.

Perhatikan Maz. 51:16-18. Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa Daud mengetahui korban yang paling Tuhan sukai. Yang paling Tuhan sukai bukanlah korban sembelihan atau korban bakaran. “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (ayat 19).

Sebaliknya Yunus dengan doanya menjelekkan orang yang menyembah berhala dan yang meninggalkan Tuhan. Ia sendiri tidak menganggap dirinya telah meninggalkan Tuhan. Lalu ia mengatakan akan mempersembahkan korban kepada Tuhan. “Yang kunazarkan akan kubayar.” Ia mengira dengan memberikan persembahan maka semuanya akan beres. Apa yang Yunus nazarkan kita tidak pernah tahu. Tetapi seolah-olah dia sudah menyogok Tuhan dengan korban sembelihan, dan dia berkata, “Aku akan kembali kepada nazarku itu, dan aku akan kerjakan.”

Setelah Yunus berdoa dalam ayat 10 dikatakan, “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu.” Tuhan tidak jawab Yunus. Ini sindiran besar kepada Yunus. Biasanya Tuhan bicara kepada nabi, dan nabi bicara kepada Tuhan. Namun kali ini, ketika nabi bicara kepada Tuhan, Tuhan menjawab kepada ikan. Tuhan mestinya menjawab kepada Yunus, sebab Yunus adalah nabinya Tuhan. Ketika Yunus berdoa, dia berdoa dengan konsep yang salah. Tetapi Tuhan punya kehendak-Nya sendiri. Kehendak Tuhan terjadi bukan karena doa Yunus tetapi karena Tuhan yang menentukan. Maka atas penentuan Tuhan maka ikan itu datang menelan Yunus dan atas penentuan Tuhan juga maka ikan itu muntahkan Yunus. Jadi di sini tidak ada kaitan antara doa Yunus dengan jawaban dari Tuhan. Doa tidak merubah Tuhan. Jangan kita menyangka bahwa setelah Yunus berdoa maka Tuhan berlembut hati, lalu mengeluarkan Yunus. Kalau sudah waktunya Tuhan, maka  pasti Tuhan akan mengeluarkan Yunus.

Ketika Yunus berdoa kepada Tuhan, Tuhan berfirman kepada ikan. Kelihatan sepertinya ikan lebih rohani dari pada Yunus. Sewaktu nabi Yunus menerima firman dari Tuhan, ia malah melarikan diri. Sebaliknya ketika Ikan menerima firman dari Tuhan, ikan itu taatnya luar biasa. Kadang-kadang menjinakkan binatang lebih gampang daripada menjinakkan manusia. Ada film tentang binatang anjing yang sangat mengharukan. Judulnya Hachiko. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang anjing yang sangat mencintai tuannya.  Orang Barat sangat mencintai anjing karena mereka kecewa dengan manusia. Anak yang dibesarkan dari kecil terkadang suka memberontak dan tidak setia. Anjing atau kucing yang dipelihara dari kecil, setelah besar mereka akan setia sampai mati. Maka tidak heran jika melihat orang Barat yang sudah lanjut umur menghabiskan waktu untuk mengurus binatang atau kebunnya.

Banyak orang lebih senang diutus Tuhan masuk ke perkotaan daripada ke perdesaan. Saudara yang hidup di Jakarta (kota yang besar) hidupnya nyaman dan tidak sulit untuk mendengar Firman Tuhan. Saudara tidak pernah merasakan kesulitan mendapatkan Firman Tuhan seperti orang yang berada di kampung atau pedalaman. Maka siapa lagi yang memiliki beban melayani mereka? Ada orang yang mengkritik saya dan memberi saran supaya saya menggabungkan semua orang ke dalam satu sesi KKR saja, sehingga tidak perlu repot untuk membaginya menjadi puluhan sesi. Mereka tidak tahu bahwa kondisi alamnya sangat tidak memungkinkan. Secara fenomena, ketika seseorang sendirian berkotbah massal kepada ribuan murid terlihat lebih bagus. Namun jika ditinjau secara esensi, sangatlah sedikit murid yang sunguh-sungguh mendengar kotbah dan masuk ke dalam hatinya. Untuk menertibkan lima anak untuk duduk tenang saja sulit, apalagi jika ribuan anak dikumpulkan dalam satu waktu dan satu tempat. Jika seluruh anak SD dikumpul menjadi satu, maka yang mendengar kotbah hanya beberapa persen saja. Oleh karena itu kami langsung mengunjungi sekolah-sekolah. Di sana mereka tidak dapat lari, dan  suara kita dapat menjangkau semuanya. Di tempat itu mereka tidak dapat bermain-main karena akan langsung kelihatan. Memasuki sekolah satu per satu memang sangat melelahkan tetapi hati lebih bersukacita karena kotbah didengar sungguh-sungguh. Bagi orang yang tinggal diperkotaan tidak sulit untuk datang berkumpul di satu tempat. Namun, berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Untuk menjemput mereka yang tinggal di wilayah pegunungan adalah hal yang tidak mungkin. Jika memakai cara harus dikumpulkan di satu tempat maka anak-anak yang tinggal di tempat yang sulit dijangkau mungkin sampai selama-lamanya tidak akan pernah dilayani. Saya lebih memilih memakai cara menyebar, supaya mereka yang tinggal di pelosok dan desa terpencil dapat dilayani. Sehingga kebangunan rohani tidak hanya terjadi di kota tetapi juga di desa-desa. Penduduk kota lebih mudah untuk dimenangkan karena fasilitas dan transpotnya telah tersedia. Fasilitas di pedesaan sangat minim sehingga jarang ada orang yang mau masuk. Daerah di Indonesia yang kerusakan fasilitasnya paling parah adalah di daerah pedalaman. Maka jangan heran jika kehidupan di desa sangat liar. Di pedalaman sulit ditemui gereja yang ajarannya betul-betul sehat. Mereka yang hidup dipedalaman cukup menyedihkan, kurus-kurus, ingusan, jorok dan sangat bau. Dalam hati saya, “Jika tidak dilayani sekarang maka kelak kalian nanti mau menjadi apa?” Bertahun-tahun ke depan mereka akan tumbuh menjadi besar dan mungkin menjadi preman atau pengacau di desa. Jika mereka pergi ke kota maka akan menjadi preman kota. Maka Injil harus masuk  tiba ke mereka yang ada di pelosok daerah. Karena hanya Injil yang bisa merubah mereka.

Berbeda dengan Yunus, dia malah menolak untuk pergi ke kota yang besar. Yunus tidak ingin pergi ke Niniwe (kota yang besar) karena bagi Yunus, Niniwe adalah daerah yang rawan dan musuh Israel. Niniwe terkenal sadis dan banyak pembunuh. Saya pernah masuk ke daerah yang rawan dan berpikir “Jika team saya pergi kesana lalu terjadi sesuatu, bagaimana?” Kami dihadapkan dengan keputusan untuk terus maju atau berbalik arah. Jika kami tidak maju maka untuk selama-lamanya daerah itu akan dianggap rawan. Jika kami maju maka ada kemungkinan daerah itu akan menjadi tidak rawan. Mengapa? Karena jika Injil sudah tiba di satu daerah maka berpuluh-puluh tahun kemudian akan menjadi tidak rawan. Anak kecil yang sudah mendengar kotbah lalu menerima Tuhan dan bersedia menjadi hamba Tuhan maka akan ada harapan bagi masa depan mereka. Anak yang mendengar kotbah akan bertumbuh, dan berpuluh-puluh tahun kemudian akan menjadi anak muda yang baik, dan daerah itu tidak lagi rawan. Penjahat di daerah tersebut akan mati satu persatu dan diganti dengan generasi dari yang pernah mendengar Firman Tuhan sehingga akhirnya daerah itu tidak rawan lagi.

Saat KKR umum di GKS (Gereja Kristen Sumba), saya mengatakan bahwa Sumba ada harapan. Tinggal menunggu puluhan tahun kemudian akan terdengar bahwa Sumba adalah daerah yang aman. Jika Injil tidak diberitakan maka orang jahat akan tetap jahat. Injil harus tiba kepada mereka. Oleh karena itu perlu orang yang berani dan tetap taat untuk masuk ke daerah yang dikenal rawan.

Banyak yang berpikir bahwa KKR Sumba yang berlangsung selama 13 hari melayani 530 sesi KKR adalah hal yang tidak mungkin dan tidak logis. Dalam waktu 13 hari kami telah melayani 141.209 jiwa. Ini berarti setiap hari rata-rata melayani > 10.000 orang. Bagaimana mungkin, padahal medan yang di hadapi sangat sulit dan banyak daerah rawan kejahatan. Banyak daerah yang jalanannya sangat hancur. Sempat terpikir oleh kami untuk tidak maju tetapi akhirnya tetap diterobos. Sebelum saya mengutus seseorang untuk melalui daerah itu, saya memantau dahulu medan yang akan dilewati. Jika jalanan itu agak sulit dilewati maka saya menugaskan laki-laki yang masuk ke sana dengan ojek. Akhirnya seluruh sesi dapat berjalan dengan baik dan di dalam 13 hari semua dapat dilayani.

Kami melayani Sumba dengan “keroyok”  ramai-ramai. Sedangkan Niniwe bangsa yang besar, Tuhan memakai satu orang untuk menanganinya. Sebetulnya Tuhan tidak membutuhkan banyak orang di dalam pelayanan Tuhan. Tuhan bisa memakai sedikit orang untuk menggenapkan rencana Tuhan yang besar. Tuhan memakai 12 rasul untuk memberi makan kepada 5000 laki-laki (tidak termasuk perempuan). Secara matematika, pelayanan kepada banyak orang itu tidak mungkin dapat memakai 12 orang, tetapi Tuhan memakainya. Niniwe adalah daerah yang sangat besar. Untuk KKR di sana secara logika butuh banyak panitia: transportasi, pemerhati, doa, publikasi, perlengkapan, dsb. Namun Tuhan hanya memakai satu orang untuk menaklukkan satu Niniwe. Daerah Sumba yang sangat besar kami TRIP-A ada 25 orang dan TRIP-B juga sekitar 25 orang. Tantangan berikutnya adalah Kalimantan Timur (Kaltim). Saya sudah membeli peta Kaltim dan cukup pusing melihat daerahnya. Rencananya, saya akan menggarap Tarakan, Nunukan, Tana Tidung, Berau, Bulungan dan Malinau. Pdt. Lim Kok Han akan menggarap daerah Samarinda, Balikpapan, dan sekitarnya. Nanti pelan-pelan wilayah Kaltim akan dijangkau semua. Kaltim terlalu besar maka mungkin tahun ini tidak terlalu maksimal digarap. Setelah tahu pemetaan di sana maka di tahun depan kita akan menjangkau lebih besar lagi.

Baru-baru ini Tarakan sedang ada perang antar suku. Setiap kali kami akan menuju ke suatu tempat KKR maka biasanya tempat itu sedang bertikai. Saat akan KKR ke Makale (Tana Toraja), di sana sedang terjadi pilkada yang hasilnya diprotes warga, lalu ribut dan memakan korban. Satu orang yang ikut tim menanyakan apakah kita akan terus lanjut atau mundur karena daerah Makale sedang rawan? Saya mengatakan tetap lanjut dan ternyata setibanya di sana daerah itu aman saja. Saat saya survey ke Sumba, di tengah jalan terjadi peperangan antar suku. Mereka sama-sama memakai golok dan ada polisi yang menjaga. Kami lewat pelan-pelan dan saya tidak memberitahu team agar mereka datang dengan damai sejahtera. Saat bertemu Bupati, ia sedang ada janji ke perbatasan yang sedang bertikai untuk menyelesaikan pertikaian di sana. Bupati sangat senang ketika ia tahu kami akan KKR ke Sumba. Kami akhirnya dapat tembus ke wilayah perbatasan yang terkenal ribut itu. Lalu ketika kami survey ke Tarakan, satu minggu kemudian diberitakan di TV bahwa Tarakan sedang perang suku. Padahal saya sedang mengatur team yang akan berangkat bulan November ini. Ketika ada perang, justru Injil harus dikabarkan karena kalau Injil sudah tersebar akan ada damai sejahtera di sana.

Yunus menolak ketika Tuhan mempercayakan satu kota kepadanya. Memang sangat tidak mudah tetapi itu adalah mandat dari Tuhan. Jika Tuhan mempercayakan kepada saudara suatu pekerjaan besar, terimalah. Jika tidak, Tuhan akan mengalihkannya kepada orang lain dan saudara menyesalpun tidak berguna. Ada orang yang masih ingin ikut KKR Sumba, lalu saya berkata, “Maaf sudah selesai, lain kali yah”. Saudara mau membayar berapapun tidak ada gunanya lagi. Ketika kesempatan sudah hilang, mau ikutpun sudah tidak ada lagi.

Waktu kami masuk ke pedalaman Sumba, kami tidak tahu akan disambut seperti apa. Kami harus siap tidur di rumah panggung terbuka yang tidak ada pintunya sehingga binatang nyamuk, ular, dsb bisa masuk. Kasur yang ada pun kadang tidak bersih, lembab dan kurang enak. Terkadang jika sampai di satu daerah yang airnya sulit, maka kami tidak mandi seharian. Setelah pindah ke tempat yang banyak air, kami langsung mandi dan sangat bersyukur ada air. Tuhan memimpin kami dari yang tidak ada air sampai mendapatkan air, sukacita yang dirasakan menjadi berlipat. Saudara yang selama ini merasakan kemudahan mendapat air, maka sulit mengerti sukacita itu. Puji Tuhan, ketika tidak ada air dalam KKR itu, tidak ada anggota yang sakit perut dan buang air besar. Saya salut dengan penduduk yang hidup di sana, mereka dapat bertahan hidup meskipun sulit air. Ada satu orang yang saya ajak ikut KKR Sumba. Ini kali pertama dia ikut. Dia akan berkata kepada anaknya, ”Dari Januari  papa sudah banyak keluar negeri (London, Amerika, dsb). Namun, dari seluruh perjalanan papa yang paling berkesan adalah saat di KKR Sumba.” Ia berpesan bahwa seharusnya seluruh majelis di GRII harus ikut KKR regional. Mendengar itu, saya aminkan kalimatnya. Orang yang sudah pulang KKR, jiwanya menjadi lain. Tidak jarang ada yang berterima kasih karena merasa sudah dilatih ke tempat seperti itu. Minggu depan kita masuk Yunus pasal 3 melihat bagaimana Yunus yang tidak beres tapi diutus berkhotbah di Niniwe.


(ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah - Timur/Dany/Sonny/Victor)


#66 - 7/11/2010
"Eksposisi Kitab Yunus: Yunus 3"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 3:1-4.
Banyak orang Kristen yang masih mempercayai mitos bahwa “untuk menjadi seorang pelayan Tuhan haruslah orang yang sudah beres kerohaniannya dan sudah layak di hadapan Tuhan. Sebelum seseorang melayani Tuhan maka ia perlu membereskan dirinya dahulu.” Kalimat tersebut pada dasarnya adalah baik, benar dan tidak salah. Namun yang menjadi pertanyaan, “Kita harus menunggu sampai berapa lama sampai seseorang dapat disebut layak?” Mungkin kita perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk menunggu seseorang sampai ia dapat disebut sebagai orang yang layak. Bahkan sampai matipun kita tidak dapat disebut sebagai orang yang sudah layak di mata Tuhan. Jika menunggu sampai diri layak barulah seseorang melayani Tuhan, maka banyak orang yang tidak dapat dipakai oleh Tuhan. Mengapa demikian? Karena faktanya jauh lebih banyak orang yang tidak beres dari pada orang yang beres. Di dalam kitab Yunus, kita melihat cara kerja Tuhan yang ajaib. Tuhan justru memakai orang yang tidak beres untuk menggenapi tujuan-Nya. Jika orang Kristen masih memakai konsep yang salah tadi maka akan muncul banyak standar ideal. Misal: Untuk melayani Tuhan seseorang wajib mengikuti 80 sks, harus mengerti minimal seluruh PL atau seluruh PB, harus membaca Alkitab sampai selesai. Kita bisa saja menerapkan standar ideal ini. Namun tidak mudah menemukan orang yang memenuhi standar tersebut.

Menurut pandangan umum, untuk mempertobatkan satu suku bangsa yang besar seharusnya Tuhan memakai orang yang paling dekat dengan Tuhan atau orang yang paling mengerti Kitab Suci dan yang tidak kompromi. Namun Alkitab mencatat bahwa Yunus yang tidak beres justru dipanggil langsung oleh Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya. Ini adalah suatu misteri pemanggilan Tuhan. Di dalam kitab Perjanjian Baru kita dapat melihat bagaimana Yesus memanggil para murid lalu mengutus mereka pergi berdua-dua, walaupun konsep mereka masih belum beres. Tuhan mengetahui bahwa mereka masih memiliki konsep yang salah. Namun Tuhan tetap mempercayakan suatu pelayanan kepada mereka dan mengutus mereka.

Selain kepada 12 murid, Yesus juga mengutus 70 murid yang lain pergi berdua-dua untuk melayani dan kemudian dididik kembali. Namun sampai akhir pelayanan Yesus di dunia, murid-murid tetap tidak percaya Tuhan Yesus. Petrus yang pernah diutus untuk melayani kemudian berkata bahwa dia tidak pernah mengenal Yesus. Dalam perjalanan menuju Emaus dua orang dari 70 murid Yesus menyatakan kekecewaannya karena Yesus tersalib. Mereka akhirnya dicerahkan  oleh penampakkan Yesus. Setelah dicerahkan, mereka kembali ke Yerusalem dan bersaksi kepada para rasul. Walaupun kedua belas rasul maupun 70 murid masih belum beres namun Yesus tetap mengutus mereka berdua-dua. Beginilah cara Tuhan memproses murid-Nya di ladang misi.

Untuk menunggu seseorang sampai ia sempurna tidak ada jangka waktu yang pasti. Terkadang menunggu sampai matipun orang itu masih juga belum sempurna. Oleh karena itu ketika Tuhan ingin membentuk seseorang, maka Tuhan memakai orang tersebut di dalam ladang misi Tuhan. Pembentukkan Tuhan berbeda-beda terhadap setiap orang. Namun konsep ini jangan dibalik, tidak berarti kita boleh menjalani hidup yang tidak beres agar Tuhan memakai kita.

Tidak ada seorang pun yang beres sejak awalnya. Tuhan mengetahui hidup orang yang hendak dipakai-Nya tetapi Tuhan tetap mempercayakan pelayanan kepada orang itu. Tadi pagi di pusat ada dibagikan foto para calon diaken. Apakah semua orang di dalam foto tersebut sudah beres? Jemaat tentunya memilih orang yang dianggap lebih beres di antara pilihan yang ada. Namun jika di check lagi, dari pilihan yang “terbaik” itu, masih tetap ada calon yang belum beres. Akhirnya jika benar-benar dipilih dengan seksama, semua calon tidak ada yang benar-benar beres. Semua kecenderungan ini juga berlaku di gereja lain. Namun, fakta ini tidak berarti bahwa gereja mengijinkan ketidakberesan.

Awalnya semua manusia tidak beres, tetapi perlahan-lahan dapat berubah menjadi beres melalui pembentukan Tuhan. Kedua belas rasul awalnya tidak beres, lalu setelah mengalami pembentukkan Tuhan, akhirnya mereka semua berubah (kecuali Yudas). Kitab Para Rasul mencatat bahwa mereka pergi mengabarkan Injil sampai rela mati. Itulah proses pelayanan, yang awalnya kurang sempurna lalu disempurnakan oleh Tuhan. Dosa ditinggalkan, hidup semakin dekat dengan Tuhan, semakin giat belajar, dan semakin dipakai oleh Tuhan.

Namun berbeda dengan kasus Yunus. Awalnya Yunus tidak beres. Lalu ia dipakai oleh Tuhan. Setelah dipakai ia tetap tidak beres. Maka saudara jangan ikut teladan Yunus. Amin? Awalnya Yunus dipanggil oleh Tuhan tetapi dia melarikan diri. Tuhan menyuruh ikan menelan Yunus. Di dalam perut ikan, Yunus berdoa lalu dimuntahkan keluar. Dari pengalaman tersebut, seharusnya Tuhan tidak perlu memanggil Yunus lagi. Orang yang bebal dan jahat seperti itu seharusnya sampai akhir hidupnya tidak perlu dipanggil lagi. Namun Alkitab mengatakan bahwa Tuhan masih memanggil Yunus untuk kedua kalinya. “Berfirmanlah Tuhan kepada Yunus untuk kedua kalinya.” Ini berarti Tuhan masih memberi kesempatan. Jika saudara menolak pelayanan dengan dalih ingin membereskan hidup, jangan saudara pikir bahwa akan ada kesempatan kedua diberikan kepada sudara. Sesungguhnya Yunus adalah orang yang berbahagia karena meskipun dia telah menyakiti hati Tuhan, Tuhan masih datang berfirman kepadanya.

Saat Tuhan berfirman kepada Yunus, justru firman Tuhan bukan menjawab doa Yunus. Minggu lalu kita telah membahas bahwa doa Yunus yang panjang itu konsepnya salah. Akhir Yunus pasal dua ditutup dengan firman dari Tuhan kepada ikan. (Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu memuntahkan Yunus ke darat (Yun. 2:10). Bukankah seharusnya Tuhan menjawab doa hamba-Nya? Tuhan tidak berfirman kepada nabi yang sedang berdoa tetapi justru berfirman kepada ikan. Nabi telah berdoa tetapi tidak dapat firman, ikan tidak berdoa tetapi mendapat firman.

Firman Tuhan yang kedua kepada Yunus adalah sama seperti yang pertama, yaitu untuk pergi ke Niniwe. Jika Tuhan sampai mengulang satu firman yang sama hingga dua kali, maka berarti firman itu sangat penting. Ada satu hal mendesak yang terjadi sehingga Yunus harus cepat pergi. Tuhan melihat bahwa Niniwe sedang menuju pada satu kebinasaan. Yunus dipanggil Tuhan supaya bergegas ke Niniwe tetapi Yunus menolaknya. Isi firman Tuhan yang pertama yang disampaikan kepada Yunus adalah sama dengan isi firman Tuhan yang kedua. Ini berarti, Tuhan tidak bicara panjang lebar dan Yunus seharusnya ingat akan firman Tuhan yang pertama. Yun. 3:2, ”Sampaikan kepadanya seruan yang Ku firmankan kepadamu.” Ini berarti Tuhan pernah menitipkan seruan untuk Yunus sampaikan ke Niniwe. Yun. 1:2, ”Berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada Ku.” Dari ayat tersebut tampak bahwa berita yang harus disampaikan oleh Yunus adalah mengenai kejahatan Niniwe yang sudah sampai ke Tuhan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut, seruan Tuhan bukan hanya mengenai hal itu. Seruan bahwa dosa seseorang sudah diketahui Tuhan bukanlah seruan yang cukup spesial bagi telinga orang berdosa. Seruan demikian tidak terlalu mendorong orang bertobat karena semua orang berdosa juga mengetahui bahwa dosanya diketahui Tuhan. Kalau Tuhan sampai harus mengulangi seruan-Nya, maka pasti seruan itu adalah seruan khusus. Isi seruan Tuhan tersebut menyebutkan suatu jumlah hari atau sisa waktu Niniwe akan dihancurkan. Jumlah hari yang tidak dicatat dalam Yunus pasal satu ini sangat penting. Seruan Tuhan yang disampaikan oleh Yunus di Niniwe terdapat dalam Yunus pasal 3. Di Niniwe, Yunus berkotbah bahwa 40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan. Di pasal sebelumnya tidak ada dicatat mengenai 40 hari. Tetapi mengapa di kitab Yunus pasal 3 jumlah hari tersebut justru disebutkan? Ini berarti sebelumnya Tuhan sudah menyingkapkan kepada Yunus mengenai sisa hari Niniwe akan ditunggangbalikkan. Di dalam pelarian Yunus terkandung suatu motivasi bahwa Yunus ingin melewatkan waktu yang sudah Tuhan singkapkan. Ketika berada di Niniwe Yunus memiliki kalkulasi waktu tersendiri sehingga di dalam khotbahnya ia berkata bahwa 40 hari ke depan Niniwe akan ditunggangbaliklkan. Itulah sebabnya Yunus memilih tempat pelarian yang jauh sekali, yaitu Tarsis. Di jaman Yunus, tidak ada jadwal keberangkatan kapal yang pasti, sehingga untuk menunggu kedatangan kapal bisa memakan waktu hingga satu bulan. Yunus melarikan diri dari panggilan tugasnya untuk menyerukan berita inti kepada Niniwe.  Berita inti kepada Niniwe bukan hanya seruan mengenai kejahatan Niniwe yang sudah terdengar oleh Tuhan. Berita inti untuk Niniwe adalah berita bahwa penghakiman Tuhan akan segera tiba, bahwa Niniwe akan segera ditunggangbalikkan Tuhan. Sebelumnya Yunus telah mencoba mengakali Tuhan dengan lari ke tempat yang jauh. Namun Tuhan memakai ”kapal” tercepat di dunia yaitu ikan. Ikan memiliki kecepatan berenang yang luar biasa. Ikan hiu yang sudah berumur puluhan tahun jika dihitung total pergerakkannya maka sama dengan jarak tempuh mengelilingi dunia. Sebaik apapun suatu teknologi seringkali tidak dapat menandingi hewan ciptaan Tuhan. Manusia melihat ikan, meniru cara kerjanya lalu menciptakan kapal selam. Tetapi kapal selam itu dapat karam.

Yunus telah membuang banyak waktu sehingga saat tiba di Niniwe ia berseru bahwa waktu Tuhan 40 hari lagi. Jikalau begitu, bukankah masih ada waktu 40 hari lagi? mengapa Tuhan seolah-olah bersikeras agar Yunus harus segera memberitakannya? Di sini kita menemukan suatu jawaban yaitu bahwa masalah keselamatan tidak boleh ditunda. Ada orang yang masih suka menunda untuk percaya Yesus. Orang itu tidak sadar bahwa Tuhan belum tentu akan memberi kesempatan untuk bertobat.  Keselamatan adalah sesuatu yang tidak boleh ditunda meskipun hanya satu hari. Yunus berkotbah bahwa 40 hari Niniwe akan ditunggangbalikkan. Hal ini menyatakan bahwa masih ada batas waktu 40 hari untuk Niniwe boleh percaya. Pada saat panggilan pelayanan Yunus yang pertama mungkin ketika itu ada pada batas waktu 47 atau 50 hari sebelum Niniwe harus bertobat. Ini berarti sejak dari panggilan pertama, Tuhan sudah mendesak Yunus untuk mempertobatkan Niniwe. Itulah sebabnya pekabaran Injil adalah satu tugas yang mendesak yang tidak boleh ditunda. Mungkin esok hari saudara masih bisa melayani, tetapi orang yang bisa dilayani pada hari ini belum tentu besok masih hidup.

Beberapa minggu lagi kami akan melayani di daerah Kalimantan. Saya gemetar ketika melihat petanya karena banyak kota kecil di sekitarnya. Tidak memungkinkan untuk menggarapnya dalam beberapa minggu. Di tahun ini kita menggarap maksimal wilayah tertentu dahulu dan tidak masalah jika belum maksimal menggarap seluruh Kalimantan. Setelah mengerti medannya di tahun ini, di tahun depan kita akan menggarap lagi sampai maksimal.

Niniwe adalah kota yang besar. Untuk kota yang sebesar itu Tuhan tidak memanggil banyak orang untuk menggenapi rencana-Nya. Secara logika, untuk melayani kota yang besar diperlukan banyak tim. Tetapi untuk kasus ini Tuhan hanya memakai satu orang. Mengapa demikian? Ini karena kekuatannya bukan terletak pada manusianya tetapi pada Tuhan. Tuhan hanya ”meminjam” mulut manusia untuk mengabarkan Injil-Nya. Ada kemungkinan alasan mengapa Tuhan terus mengejar Yunus adalah karena Yunus menguasai bahasa Niniwe. Ketika saudara diberikan karunia untuk mengerti bahasa tertentu itu artinya Tuhan memiliki rencana atas diri saudara melalui bahasa tersebut. Saya bersyukur Tuhan menempatkan saya lahir di Sumatera sehingga sejak kecil saya sudah terbiasa dengan uji nyali dan menghadapi perkataan yang kasar. Akhirnya setelah besar saya memiliki mental yang tidak takut dan berani menghadapi orang segalak apapun. Karena saya dapat berbahasa Indonesia maka saya melayani orang yang dapat berbahasa Indonesia. Mungkin saudara tidak dapat berbahasa hokkien atau bahasa daerah yang lain tetapi saudara dapat berbahasa Indonesia. Berarti Tuhan mempersiapkan saudara untuk melayani orang yang juga memakai bahasa itu. Saat melarikan diri, Yunus tidak berdalih bahwa ia tidak dapat berbahasa Niniwe. Maka kemungkinan besar Yunus dapat berbahasa Niniwe.

Saat Yunus berkotbah, berita kotbahnya tidak enak di dengar. Walaupun demikian khotbahnya justru menghasilkan pertobatan yang sangat banyak. Konsep orang Kristen jaman sekarang justru terbalik: Kotbah dalam KKR harus lembut-lembut; pilihan katanya yang enak didengar; tidak boleh kotbah keras karena Tuhan sudah mengumpulkan semua. Namun kita telah melihat Alkitab mencatat bahwa kotbah yang keras menghasilkan banyak petobat yang berkualitas. Saat saya kotbah KKR di sumba, saya berkotbah dengan cukup keras dan banyak yang kaget. Saat calling, hampir seluruh kursi kosong karena mereka maju ke depan. Mereka yang maju berasal dari berbagi kalangan; ada orang penting, pejabat, hamba Tuhan, majelis gereja dan jemaat. Biasanya majelis paling tidak berani maju karena takut ketahuan memiliki dosa, dan pamornya akan turun. Setelah selesai KKR, mereka mengatakan bahwa kotbah yang keras tersebut telah membangunkan rohani mereka. Sudah puluhan tahun mereka tidak pernah dilayani dalam KKR. Begitu ada KKR, mereka langsung mendapatkan khotbah yang keras. Khotbah yang keras ini telah membangunkan rohani mereka.

Saya tidak dapat membayangkan betapa besar kuasa firman yang keluar dari mulut Yunus. Selama ini kita hanya mengerti bahwa kuasa yang besar hanya datang dari orang yang suci hatinya. Firman dianggap tidak berkuasa jika orang yang memberitakannya tidak beres hidupnya. Yunus sebelumnya adalah orang yang melarikan diri dari tugas pelayanannya. Dan setelah Niniwe bertobat pun dia masih tidak mau terima dan marah-marah. Maka selama dia dipanggil sampai selesai kotbah, hidupnya tidaklah beres. Ini berarti orang yang hidupnya tidak beres dapat memiliki kuasa dalam kalimatnya. Kuasa itu bukan dari orang yang berfirman tetapi dari firman itu sendiri. Saat saya membagikan  Injil yang menurut saya biasa terkadang ada orang yang menangis. Bagi saya kalimat saya sangat biasa, tetapi bagi orang yang mendengar kalimat tersebut adalah perkataan yang menegur hati serta dosanya. Kita mengakui bahwa orang yang memiliki rohani baik  akan memiliki kuasa dalam perkataannya. Tetapi orang yang rohaninya tidak baik pun juga dapat memiliki kuasa yang besar. Namun, tidak berarti jika demikian kita tidak perlu memiliki rohani yang baik.

Saat Yunus berkotbah ada kemungkinan hatinya berkontradiksi dengan ucapannya. Bisa dibayangkan seandainya seorang pengkhotbah mengajak pendengarnya untuk menerima Yesus dan mengangkat tangan, sementara di dalam hatinya ia berharap jangan ada yang mengangkat tangan. Inilah dilema yang terjadi dalam diri Yunus. Secara logika, tindakan seperti itu tidak mungkin dapat membuat orang lain sungguh-sungguh bertobat. Di dalam pelayanan KKR terkadang ada hamba Tuhan yang tidak memiliki kesiapan hati karena ada dosa besar. Setelah kotbah lalu diadakan calling ternyata ada banyak orang yang bertobat. Pengkhotbah tersebut seharusnya segera sadar bahwa firman Tuhan berkuasa. Ini akan membuat si pengkotbah ikut dibangunkan rohaninya. Seharusnya ia menyadari, ”Jika hidup saya yang tidak beres masih dipakai Tuhan dan masih dapat mempertobatkan orang, apalagi jika hidup saya beres.” Konsep ini tidak boleh dibalik dengan  berpikir, ”Dengan hidup saya yang tidak beres ternyata masih ada yang bertobat, maka jika demikian saya hidup tidak beres saja.” Itu respon dan konsep yang salah. Ketika ia berkotbah dan melihat bahwa banyak yang bertobat maka sebaiknya ia hidup lebih dekat dengan Tuhan. Saudara harus ingat bahwa ketika hidup saudara tidak beres tapi Tuhan masih mau pakai dan menghasilkan buah, maka itu adalah kesempatan yang Tuhan beri.

Setelah Yunus berkotbah kepada orang Niniwe, tidak dicatat bahwa ada firman Tuhan datang kepada Yunus untuk yang ketiga kalinya. Yunus tidak pernah diberikan firman lagi untuk pergi ke kampung yang lain. Jika Tuhan masih memberikan kesempatan kedua, maka berarti Tuhan masih mau memakai Yunus. Setiap orang harus menyadari bahwa dirinya memiliki dosa, tetapi ingatlah ketika Tuhan masih mau pakai bukan berarti Tuhan setuju dengan dosa yang besar itu. Tuhan ingin menyatakan bahwa kuasa-Nya melampaui apa yang manusia kerjakan. Paulus memberikan prinsip, ”Jikalau dosa makin bertambah maka kasih karunia akan semakin bertambah-tambah.” Ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak layak untuk dipakai Tuhan, sadarilah bahwa karunia Tuhan jauh melampaui itu. Tuhan dapat menutupi dan memakai kita kembali sehingga kita dapat bertobat. Yunus adalah orang yang sangat memprihatinkan karena setelah ia dipakai oleh Tuhan tetapi akhirnya marah kepada Tuhan. Semoga kita menjadi orang Kristen yang setelah dipakai Tuhan berubah menjadi semakin baik. Amin?

Ketika Tuhan mengutus saudara ke dalam ladang misi, sadarilah bahwa tempat belajar yang paling baik adalah di dalam ladang misi, ladang pelayanan Tuhan. Di tempat tersebut kita bisa menyadari kelemahan diri kita dan dapat memperbaiki menjadi lebih baik. Saat di ladang pelayanan, Tuhan melatih saya untuk peka terhadap suara-Nya. Ketika masuk ke daerah kecamatan yang terkenal sangat rawan, saya sangat bergumul. Jika saya utus tim yang wanita, saya khuatir mereka akan diperkosa. Tetapi jika saya mengirim tim yang pria, takutnya bisa dibunuh. Tuhan  mencelikkan pikiran saya dengan berpikir bahwa jika saya tidak masuk, maka selama-lamanya daerah itu akan disebut rawan. Jika Injil sudah masuk, maka ada kemungkinan perubahan terjadi di sana dan tidak lagi disebut rawan. Jika saya dan tim tidak masuk memang semua aman-aman saja, tetapi daerah yang rawan itu selama-lamanya akan dianggap rawan jika Injil tidak masuk. Akhirnya kami masuk ke daerah rawan itu. Dan saat kami masuk Tuhan menghibur lagi karena daerah yang dianggap rawan itu justru merupakan tempat yang aman. Logikanya, jika satu preman mau masuk ke daerah yang sudah dianggap rawan maka orang sudah pasti waspada lebih dahulu. Orang tidak hanya waspada tapi juga tidak berani lewat daerah rawan itu. Jika orang tidak berani lewat daerah itu, maka sang preman akan kekurangan job dan pindah ke daerah lain. Maka daerah yang disebut rawan itu sebenarnya sudah tidaklah rawan lagi. Daerah yang paling dianggap rawan justru merupakan daerah yang paling aman. Seorang maling tidak akan merasa nyaman mencopet di daerah yang sudah di beri peringatan bahwa daerah itu banyak copet. Maka ketika saya memutuskan untuk masuk ke daerah yang rawan, Tuhan justru menggerakkan kami masuk untuk mengadakan perubahan melalui Injil. Setelah Yunus masuk ke Niniwe memang ada perubahan, meskipun akhirnya 100 tahun kemudian Niniwe ditunggang balik oleh Tuhan dan hancur total.


(ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah - Timur/Dany/Sonny/Victor)


#67 - 14/11/2010
"Eksposisi Kitab Yunus: Yunus 3"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 3:1-5
Hari ini saya akan mengaitkan pembahasan mengenai 4 tokoh, yaitu Nuh, Abraham, Lot dan Yunus. Minggu lalu kita sudah membahas bahwa Tuhan memakai nabi yang tidak beres untuk menyampaikan Firman yang kudus. Yunus adalah nabi yang hidupnya tidak beres. Dari seluruh doanya yang sudah kita analisa, kita dapat melihat bahwa sampai di dalam perut ikan pun dia masih belum bertobat. Namun orang seperti inilah yang Tuhan pakai untuk mengabarkan Injil kepada orang Niniwe. Niniwe adalah sebuah kota besar, namun Yunus menolak pergi kesana. Biasanya orang lebih senang diutus pergi ke kota yang besar karena dia merasa nyaman dengan fasilitas, dibanding ke kota kecil. Dulu ada satu anak institute yang ketika ditanya terbeban ke daerah mana, ia mengatakan ingin melayani di New York. Saya kaget dan menyarankan untuk meninggalkan pikiran itu karena ia mau kesana melihat daerah yang maju dan besar. Saya lebih salut dengan orang yang memiliki beban ke daerah primitif, ke daerah pedalaman bahkan rela mati disana. Jika Yunus diberikan dua pilihan yaitu pergi ke Niniwe atau ke daerah Israel lain, maka saya percaya dia akan memilih daerah Israel. Permasalahannya, bukan mengenai kota besar ataupun kecil tetapi karena Yunus memiliki sentiment pribadi.

Dalam doanya, Yunus tidak mendoakan  Niniwe. Yunus bahkan menyalahkan bahwa orang-orang penyembah berhala adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan. Yunus tidak sadar bahwa dirinya pun sedang meninggalkan Tuhan. Ada dua poin  menarik dalam hal ini yaitu Yunus tidak mendoakan Niniwe dari jauh dan tidak mau masuk ke Niniwe untuk menyampaikan Firman Tuhan. Bagian ini akan dikaitkan dengan 4 tokoh dalam Kitab Suci, yaitu: Nuh, Abraham, Lot dan Yunus. Tokoh yang pertama, yaitu Nuh. Kejadian 5:32, “Setelah Nuh berumur 500 tahun. Ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.” Saya akan mengajak saudara menganalisa dari umur untuk melihat betapa lamanya Nuh mengabarkan Injil. Kejadian 7:10, “Setelah 7 hari datanglah air bah meliputi bumi pada waktu umur nuh 600 tahun.” Maka jarak dari Nuh memiliki tiga anak sampai air bah datang adalah 100 tahun.  Nuh tinggal di kota yang sangat rusak padahal ia berasal dari keturunan orang beriman. Keturunan orang beriman akan menurunkan iman yang sejati. Dan sebaliknya, dari keturunan orang beriman akan melahirkan keturunan orang tidak beriman yang sangat banyak. Semua anak yang baru lahir pasti belum beriman kepada Tuhan Yesus, maka jumlah populasi yang Non-Kristen pasti selalu bertambah banyak. Kejadian 6:3, “Berfirmanlah Tuhan, RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia karena manusia itu adalah daging tapi umurnya akan 120 tahun saja.”  Vonis umur manusia ini memunculkan banyak sekali perdebatan. Saat Tuhan menyatakan bahwa umur manusia hanya 120 tahun saja, ini bukan bicara mengenai umur yang dihitung sejak lahir sampai mati hanya 120 tahun. Banyak orang menyerang kekristenan dengan berkata bahwa Tuhan tidak konsisten karena faktanya banyak  manusia yang umurnya lebih dari 120 tahun. Kejadian 9:28 mengatakan bahwa Nuh masih hidup 350 tahun sesudah air bah. Air bah datang saat Nuh berumur 600 tahun, maka Nuh meninggal di umurnya ke 950 tahun. Ada komentari yang mengatakan bahwa 120 tahun ini adalah waktu yang dipakai oleh Nuh untuk mengabarkan kebenaran sampai bahtera itu selesai dibuat dan hujan turun.  Hujan turun meliputi bumi saat Nuh berumur 600 tahun, dan Nuh mengabarkan kebenaran 120 tahun lamanya. Maka Nuh menerima Firman Tuhan untuk membuat bahtera saat ia berumur 480 tahun dan dicatat ia belum memiliki anak saat itu. Kej 5:32 baru dicatat bahwa Nuh memiliki anak. Maka saat Nuh berumur 500 tahun, anaknya masih kecil dan tidak memungkinkannya untuk membuat bahtera. Maka commentary yang mengatakan bahwa Nuh memiliki waktu 120 tahun sampai air bah datang lebih mendekati kebenaran. Pembuatan bahtera adalah 120 tahun merupakan kesimpulan yang salah. Mengapa? Karena saat pembuatan bahtera, dicatat bahwa Nuh sudah memiliki anak dan istri dari anak-anaknya. Misalkan anak Nuh menikah saat umur 40 tahun, maka 500+40 tahun= 540 tahun, bahtera selesai saat Nuh umur 600 tahun maka ada selisih 60 tahun. Mungkin pembuatan bahtera 60 tahun atau beberapa puluh tahun dan bukan 120 tahun.

Saat Nuh mendapatkan pesan untuk mendirikan bahtera, pekerjaannya bukan hanya itu. Ini suatu rahasia menarik. Banyak orang yang sudah bekerja di bagian yang Tuhan tempatkan, dia hanya fokus bekerja di bagian itu. Ia lupa bahwa ada satu pekerjaan yang lebih penting yang harus dikerjakan. Membuat bahtera adalah hal yang penting tetapi diluar pembuatan bahtera ada sesuatu yang tidak diperintahkan Tuhan tetapi Nuh mengerjakannya yaitu Nuh mengabarkan Injil Tuhan. 2 Petrus 2:5, “Dan jikalau kalau Allah tidak menyanyangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu dengan tujuh orang lain ketika Dia mendatangkan air bah kepada dunia yang fasik itu.”  Dicatat bahwa Nuh adalah pemberita kebenaran, Tuhan tidak menyuruh Nuh untuk mengabarkan Injil karena tidak dicatat dalam Kejadian 6 dan 7. Kejadian 6:14-18 hanya dicatat mengenai syarat pembuatan bahtera dan orang yang layak masuk bahtera. Kejadian 6:17 menyatakan suatu vonis bahwa air bah akan meliputi bumi dan seluruh manusia akan dimusnahkan dan hanya yang keluarga Nuh yang masuk bahtera. Jika dilihat dalam PL kita hanya mengerti bahwa Nuh hanya membuat bahtera dan itu tidak salah. Namun Nuh dikenal di dalam PB sebagai pemberita kebenaran. Nuh taat mendirikan bahtera dan juga taat memberitakan kebenaran. Padahal Tuhan sudah mengatakan kepada Nuh bahwa seluruh manusia akan dibinasakan, tetapi Nuh tetap memberitakan. Yunus mengetahui bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan jikalau tidak bertobat tetapi Yunus tidak mau memberitakan kebenaran Nuh memiliki hati bahwa orang yang dibinasakan tidak boleh mati dahulu sebelum mendengarkan kebenaran dan bertobat. Nuh terus mengabarkan Injil meskipun banyak orang yang tidak bertobat. Keluarga besarnya pun tidak mempercayainya. Nuh dilahirkan dari daftar keturunan orang benar (jalur Set) maka Nuh pasti memiliki saudara dan keponakan yang lain yang seharusnya percaya kepada kata-kata Nuh. Keluarga dari keluarga jauh menolak demikian juga dengan orang yang tinggal lebih jauh lagi. Meskipun tidak ada satu jiwa yang berhasil dimenangkan, Nuh tetap setia mengabarkan Injil. Nuh dapat meyakinkan anak-anak dan menantunya untuk percaya dan membantu membuat bahtera. Banyak orang yang menjadi Majelis di gereja tetapi anak-anaknya di gereja lain karena mereka tidak dapat mengajak dan mempengaruhi mereka. Ini merupakan kegagalan dalam pendidikan dan kegagalan dalam menurunkan iman. Nuh merupakan sosok yang sangat hebat yang dapat menurunkan imannya sehingga anak-anaknya dapat percaya. Anak Nuh tidak membantah ketika harus membuat kapal di atas gunung. Sebuah kapal selayaknya dibuat di dekat pinggir laut agar mudah didorong ke laut dan bukan dibuat diatas gunung yang tinggi. Biasanya kayu untuk membuat kapal dibawa dari hutan turun ke bawah ke dekat laut, tetapi dalam hal ini mereka membawa kayu dari bawah naik ke atas dan mendirikan kapal diatas. Orang yang melihat hal tersebut berpikir bahwa sampai matipun air tidak akan dapat mencapai gunung. Nuh sangat hebat karena ia dapat mempengaruhi keluarganya dan meskipun Nuh telah mendapat visi dari Tuhan bahwa hanya keluarganya yang selamat, ia punya hati memperhatikan jiwa dan nasib orang banyak.

Orang kedua yaitu Abraham. Abraham adalah seseorang yang tidak berada di dalam kota yang hendak dimurkai Tuhan namun ia mendoakan kota tersebut. Lot yang lebih memilih kota Sodom dan Gomora akhirnya berpisah dengan Abraham. Abraham tidak  memilih Sodom dan melangkahkan kakinya ke sana karena ia tetap memegang janji Tuhan yang menyatakan bahwa keturunannya akan memiliki tanah perjanjian. Sebelumnya, Abraham pernah melakukan kesalahan dengan meninggalkan tanah perjanjian lalu pergi ke Mesir sehingga ia ditegur oleh Tuhan. Sejak saat itu Abraham jera dan tidak berani menuju ke kota lain lagi.

Di dalam Kej. 18:21-23 terdapat dialog antara Abraham dengan Tuhan mengenai kehancuran kota Sodom. Sedangkan dalam cerita Yunus, tidak ada dialog mengenai kota Niniwe karena Yunus tidak ada hati untuk menolong Niniwe. Abraham tidak pergi ke Sodom tetapi mendoakan orang di kota itu. Saya yakin bahwa sebenarnya Abraham memiliki hati pergi ke kota Sodom untuk menolong orang disana. Namun karena Abraham telah memegang janjinya, maka Abraham hanya dapat mendoakannya. Ini dilema yang dialami Abraham. Dalam negosiasinya dengan Tuhan, Abraham mengeluarkan angka pertama yaitu 50. Dia merasa terlalu optimis bahwa di dalam kota Sodom banyak orang benar. Lalu dia menurunkan 50-5=45. 45-5=40 loncat turun 10. Dari 40, 30, 20, dan akhirnya berhenti di angka 10. Lalu ada tuduhan bahwa kehancuran kota Sodom adalah karena kesalahan Abraham dalam memberi angka. Jika Abraham memberi angka yang tepat maka Tuhan tidak hancurkan. Benarkah demikian? Kota Sodom dan Gomora dihancurkan bukan karena salah Abraham dalam memberi angka. Walau Abraham menurunkan angka sampai berapapun, Tuhan akan tetap menghancurkannya. Mengapa? Karena di kota Sodom hanya ada 1 orang benar. Dari empat orang yang diselamatkan, satu menoleh ke belakang (istri Lot), 2 anak Lot “memperkosa” Lot dalam gua.  Maka hanya tersisa satu orang benar, yaitu Lot. Dalam 2 Petrus 2:7 dicatat, “Lot orang benar itu”. Mengapa Abraham berhenti di angka 10? Abraham mengetahui bahwa jika di jaman Nuh saja ada 8 orang yang selamat, tentunya terlebih lagi Lot beserta keluarganya pasti juga diselamatkan. Masakan Lot dengan keluarga serta gembalanya tidak sampai berjumlah 10 orang? Abraham pikir jika Hagar (dari bangsa kafir) dapat percaya kepada Allah Yahwe maka pasti ada gembala milik kepunyaan Lot yang telah melihat kebesaran Allah Yahwe  juga ada yang percaya.

Tokoh yang ketiga adalah Lot. Kehancuran Sodom disebabkan karena Lot yang tidak aktif mempengaruhi orang di sekelilingnya. 2 Petrus 2:7-8 menyatakan bahwa Lot pasif dalam memberitakan kebenaran. Berbeda dengan Nuh yang meskipun ditolak oleh orang sejamannya, ia tetap memberitakan kebenaran. Kehancuran orang di jaman Nuh adalah akibat salah orang sejamannya, sedangkan kehancuran kota Sodom adalah karena kesalahan Lot. Saat malaikat memberitahukan mengenai kehancuran Sodom, Lot berlambat-lambat. Ini berarti bahwa Lot sedang terbuai dengan kemewahan di Sodom. Ketika Lot memberitahu calon menantunya, yang didapat Lot justru hinaan. Ini membuktikan bahwa Lot tidak bersumbangsih apa-apa di dalam jalur keluarga. Kejadian 19:15 “Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera.” Berarti Lot malas dan berlambat-lambat. Tidak heran dengan sikapnya yang berlambat-lambat, maka calon menantunya menghina Lot.  Lot tidak aktif menjadi berkat bagi orang lain. Lot melihat kebobrokan kota Sodom dan mendengar semua keluh kesah tetapi ia tidak mengerjakan sesuatu. Saat berpisah dengan Abraham tidak dicatat bahwa Lot memiliki istri. Namun, saat keluar dari kota Sodom dikatakan bahwa Lot membawa istri dan anak-anaknya. Maka berarti istri Lot berasal dari kota Sodom. Dari 4 orang yang ditentukan Malaikat keluar dari kota Sodom, istri Lot melihat kebelakang (karena hatinya berada di kota itu) dan kedua anak Lot memperkosa Lot. Maka dari seluruh kota Sodom hanya tersisa satu orang benar yaitu Lot sendiri. Nuh, Abraham dan Lot adalah orang benar. Tiga orang dengan konteks wilayah berbeda dan menghasilkan tiga respon yang berbeda. Saudara tipe yang mana? Apakah saudara seperti Nuh yang meskipun telah mengetahui bahwa mereka akan dibinasakan Tuhan, saudara masih mencintai mereka? Apakah saudara seperti Abraham yang meskipun tidak dapat pergi ke satu kota, tetapi memiliki hati dan mendoakan untuk kota itu? Apakah saudara seperti Lot yang kehadirannya tidak menghasilkan apa-apa dan yang setelah dihina oleh anggota keluarga, saudara membiarkan mereka binasa?

Tokoh keempat yaitu Yunus. Tuhan sudah mengatakan bahwa Niniwe akan dibinasakan, dan saat itu Yunus berada jauh dari Niniwe. Yunus dapat saja beralasan bahwa ia mencintai kota Niniwe tetapi ia hanya dapat sebatas mendoakannya. Atau Yunus dapat beralasan bahwa Yunus ingin melayani di kota kecil dahulu baru kota besar. Yunus dapat saja beralasan lain untuk menunda pelayanannya tetapi Tuhan tetap mendesak Yunus. Jika sekarang saudara menunda melayani dengan alasan masih ada gangguan, maka sadarilah bahwa semakin hari gangguan akan semakin banyak. Setiap kali akan melayani maka gangguan pasti akan banyak muncul. Saat saya akan pergi melayani ke Binjai (Sumatera), pesawat yang saya naiki mengalami kerusakan mesin dan harus balik lagi sehingga sampai disana sudah sangat telat. Terkadang di tengah KKR, listriknya mati sehingga saat calling suaranya tidak terlalu terdengar. Saat KKR   di suatu tempat kami pernah mengalami suatu gangguan, yaitu speaker yang dibawa tidak berfungsi, tetapi ketika di check ternyata speakernya berfungsi. Saat KKR di Sumatera Utara, lingkungan sekitar saya cukup gelap sehingga ketika ada lampu yang terletak di atas kepala saya, banyak serangga yang mengerumuni saya. Saat diadakan calling lampu itu redup-redup lalu meledak dan terdapat percikan api. Banyak yang panik tetapi saya tidak peduli dan terus berkotbah. Akhirnya saya calling dan banyak yang maju ke depan. Gangguan terus ada hingga hari ini dan tidak dapat dihindari, tetapi kita harus tetap taat. Amin?

Saat Yunus diutus pergi ke Niniwe tidak ada gangguan yang ia alami. Saya percaya jika Yunus taat, maka pelayanan Yunus akan lancar baik pergi maupun pulangnya. Mengapa? Karena ladang Yunus cukup unik yaitu bebas dari gangguan. Gangguan yang dialami Yunus adalah akibat ulah Yunus sendiri. Terkadang ada orang yang mengalami kesusahan bukan berasal dari Tuhan tetapi karena dirinya sendiri. Yunus tidak taat maka hidupnya susah dan harus menanggung semua resiko kesusahan. Setiap kami hendak pergi KKR, kami menikmati satu sukacita yaitu bahwa sebelum kami tiba, Tuhan sudah tiba terlebih dahulu. 2 Korintus 2:12,” Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.” Sebelum manusia mempersiapkan semua, Tuhan sudah mempersiapkan semua. Tuhan yang mempersiapkan ladang dan manusia hanya perlu taat. KKR ke Kaltim ini saya cukup kesulitan mengenai transportasinya yaitu speedboat karena barang yang dibawa tidak memungkinkan kalau hanya satu speedboat yang menampungnya. Lalu saya dipertemukan dengan pemilik hotel Swissbell di Tarakan yang menawarkan hotel serta speedboatnya. Secara logika jarang ada orang yang mau meminjamkan speedboatnya. Pekerjaan Tuhan di lapangan sungguh aneh dan sangat ajaib. Nanti kami akan sampai ke daerah pedalaman dan tidak tahu hal yang akan dihadapi, tetapi satu hal yang pasti yaitu Tuhan memimpin. Setiap kami pergi, kami menyaksikan Tuhan membuka jalan untuk pelayanan disana. Ketika Yunus melihat pekerjaan Tuhan yang besar, Yunus justru memarahi Tuhan. Jika kita dapat melayani Tuhan, sadarilah bahwa kita hanya sebagai alat-Nya. Ibaratnya, Tuhan sudah menitipkan satu surat yang sudah ditulis, kita hanya tinggal membawa surat itu untuk diberikan kepada orang lain. Mirip seperti tukang pos yang mengantar surat. Jika Tuhan memerintahkan agar kami membawa surat ke Kalimantan, kami harus pergi atau tidak? Jika hanya memikirkan untung rugi saja sudah pasti kami tidak pergi, karena tinggal di rumah pasti jauh lebih nyaman. Orang Kristen yang memberitakan Injil adalah seperti pak pos yang hanya menjadi pengantar surat untuk menyampaikan pesan Tuhan. Terkadang saat mengantar surat ada catatan penting untuk kami, atau sekolah yang kami datangi sedang libur, maka kami terkadang perlu balik lagi keesokan harinya untuk menyampaikannya. Maka sesungguhnya tidak perlu banyak alasan karena kerja kita hanya taat membawa titipan Tuhan saja. Mari kita berdoa.


(ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah - Timur/Dany/Sonny/Victor)


#68 - 21/11/2010
"Ketika Badai Menerpa"
Pdt. Lim Kok Han


Matius  8:23-27, Markus 4:35-41
Di dalam perjalanan kehidupan orang Kristen sejati, kita seharusnya semakin hari semakin mengenal Tuhan.  Seharusnya kita semakin dapat mengalami realita kehidupan Tuhan, semakin diubahkan sehingga akhirnya semakin serupa  dengan Tuhan. Namun di dalam kenyataannya masih ada orang percaya yang mengalami stagnansi dan kemacetan meskipun sudah lama menjadi Kristen. Pemahaman Firman, pengalaman serta pengaruh kepada orang lain terkadang tidak berjalan signifikan. Tiga setengah tahun murid-murid mengikut Tuhan merupakan waktu belajar yang sangat istimewa. Saat itu murid-murid melihat Yesus secara personal dan mengalami hadirat Tuhan. Mereka juga mengalami transformasi hidup yang menjadi modal mereka melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus. Ini adalah satu bagian dimana murid-murid sedang dalam pembentukan Tuhan. Jika kita melihat  pasal sebelumnya, yaitu angin ribut yang diredakan, Kotbah di bukit, kotbah mengenai kerajaan Allah, maka mereka dapat menikmati bahwa Yesus berkotbah seperti orang yang berkuasa. Yesus berkotbah tidak seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Setelah itu Yesus banyak melakukan mujizat dan kesembuhan sehingga banyak yang terkesan dengan tindakan Tuhan dan semakin banyak pula orang yang mengikut Yesus. Semakin hari semakin banyak orang yang berbondong mengikut Tuhan untuk belajar mengenal kebenaran dan dilayani oleh Tuhan. 

Yesus memakai perahu dan mengajak murid-muridnya menyebrang danau menuju ke Gadara untuk melanjutkan pelayanan di sana. Sesungguhnya Yesus dapat menggunakan jalur darat tetapi Yesus lebih memilih lewat jalur laut. Mengapa? Karena ada maksud dan rencana Tuhan di dalam pembentukan rohani murid Tuhan Yesus. Anak Tuhan yang sudah menikmati hidup yang lancar, nyaman dan diberkati anugrah Tuhan cenderung  sulit dibentuk Tuhan. Tuhan mengijinkan orang Kristen mengalami hal di luar yang diharapkannya seperti yang murid-murid Yesus alami saat itu. Setelah sekian waktu mereka melayani, mereka berharap dapat beristirahat dan tidur di kapal. Ternyata apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena perahu yang mereka tumpangi dihantam ombak dan taufan yang sangat besar. Sama seperti di dalam kehidupan kita, banyak hal terjadi yang tidak sesuai dengan harapan dan rencana yang telah kita atur sebelumnya.


Jika kita melihat setting hidup kita, maka hidup kita minimal ada 3 setting. Pertama, setting masa lampau. Pengalaman masa lampau tidak pernah dapat diubah karena waktu sudah menghempasnya. Namun dari pengalaman masa lalu kita dapat belajar dan bergumul serta melakukan hal yang terbaik di masa selanjutnya. Tidak ada yang mengetahui umur manusia dan tidak ada yang dapat memprediksi secara jelas apa yang akan terjadi. Namun pada umumnya orang berharap dapat menikmati hidup yang enak dan lancar. Sadarilah saudara bahwa “Jalan-Ku bukanlah Jalanmu, pikiranKu bukan pikiranmu. Setinggi langit dari bumi demikian jalan Tuhan daripada jalan kita”.

Ketika menghadapi laut yang mengamuk, murid Yesus sangat kaget. Mereka hanya terbiasa melihat kebesaran, pengajaran serta mujizat Tuhan. Mereka merasa takut dan cemas ketika melihat ombak dan angin topan yang sangat  besar hampir menenggelamkan kapal. Mengapa mereka takut? Karena ombak itu dapat merenggut nyawa mereka. Di dalam bahasa inggris, ketakutan atau kecemasan disebut Anxiety yang berarti bukan ketakutan biasa atau imajiner belaka. Murid mengalami kecemasan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Tuhan sengaja mengijinkan hal demikian terjadi dengan suatu maksud yaitu membentuk kehidupan para murid.  Laut dan kapal bukan hal yang asing bagi para murid karena latar belakang mereka adalah nelayan. Jika mereka sampai merasa cemas dan takut, berarti ombak dan angin besar itu sangat besar. Sebelum mereka berteriak kepada Tuhan, mereka berusaha mendayung kapal, mengeluarkan air dari kapal dan berusaha merapat ke pantai. Setelah kehabisan tenaga dan akal mereka baru memanggil Tuhan.  Ketika Tuhan mendidik kita, terkadang Tuhan memperhadapkan kita dengan situasi di mana kita menjadi hopeless. Bagi kita itu adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, tetapi melalui pengalaman itu dapat membuat kita mengalami pertemuan eskistensialis bersama dengan Tuhan (encountering with God).

Murid Tuhan Yesus sangat cemas saat angin sakal itu datang menerpa. Mereka adalah orang yang sudah mengenal Tuhan, melihat serta menyaksikan sendiri mujizat Tuhan. Kita telah mengetahui tentang kekuatan Allah dan melihat mujizat Tuhan. Tetapi terkadang pengetahuan itu masih diluar hidup kita. Mengetahui mengenai Tuhan adalah satu hal dan mengalami  Tuhan adalah hal yang lain.  Biasanya orang baru merenungkan Tuhan ketika kondisi hidup tidak lancar. Tuhan mengajak murid-muridNya ke dalam situasi yang membuat mereka bergumul. Ketika mereka menghadapi tantangan yang sulit, mereka baru berteriak dan datang kepada Tuhan lalu menemukan pertolongan Tuhan.

Saat murid membangunkan Tuhan, Tuhan mulai menyatakan kuasanya. Saat Tuhan berkata diam, danau itu menjadi tenang. Dalam hal ini ada 2 hal yang penting yaitu bahwa Yesus menyatakan kemanusiaan-Nya ketika Yesus tidur, merasa lelah karena pelayanan sepanjang hari. setelah Yesus bangun, Ia menyatakan kuasa-Nya dan membuat danau menjadi tenang. Ini memperlihatkan keilahian Tuhan yaitu bahwa Allah berdaulat atas angin yang besar sekalipun. Biasanya murid Yesus hanya melihat dan menyaksikan Tuhan tetapi saat itu mereka berhadapan langsung dengan suatu realita yaitu kuasa dan kemuliaan Tuhan. Biarlah saudara tidak hanya mengagumi Tuhan di dalam dunia ide atau sekedar teori. Biarlah saudara mengalami langsung bagaimana Allah dapat bekerja dalam hidup saudara. Sejak peristiwa di atas perahu itu para murid mengalami suatu perubahan dalam hidup khususnya konsep mengenai Tuhan. Yesus bukan hanya sekedar menjadi guru atau nabi tetapi juga Allah yang berdaulat dan Maha Kuasa. Selama saudara mengikut Tuhan, apakah engkau semakin mengenal, melihat kebesaran Tuhan dan semakin kagum? Tuhan Yesus ingin melihat murid-murid-Nya melihat kebesaran Tuhan di tengah kesulitan itu. Paulus pernah bergumul mengenai duri dalam daging atau seperti ada utusan Iblis yang mengacau hidupnya. Paulus berdoa agar utusan Iblis itu ditarik dan disingkirkan. Tuhan tidak menjawab doanya. Jika Paulus berdoa untuk hal itu sampai tiga kali, maka pasti pergumulan itu bukan hal yang sepele. Tuhan menjawab “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu. Justru dalam kelemahanlah kuasaKu jadi sempurna” Setelah Tuhan berkata demikian, Paulus tidak lagi berdoa untuk hal itu dan mengaminkan perkataan Tuhan. Tuhan dapat memakai kesulitan dan penderitaan menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk membentuk kita.

Dalam pencobaan Tuhan ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama, pencobaan yang dialami adalah pencobaan yang biasa yang tidak melebihi kekuatan kita. Saat pencobaan datang, Tuhan akan memberikan kekuatan sehingga kita sanggup menanggungnya (1Kor. 10:13). Mungkin ketika mengalami pencobaan, kita mengeluh dan merasa tidak fair, kecewa. Namun sesungguhnya Allah setia dan tidak membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Hal kedua, Alkitab mengatakan bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya” (Rom. 8:28). Ketika kesulitan datang, kita harus belajar melihat hal positif yang sedang Tuhan kerjakan. Ketiga, melalui kesulitan itu kita boleh menyaksikan bahwa Allah itu adalah Allah yang setia. Allah memakai kesulitan itu untuk menyatakan kebesaranNya dalam hidup kita. Tidak ada mahkota tanpa ada salib. Jika kita tidak pernah mengalami penderitaan bersama Kristus, kita tidak akan mengalami kebesaran Tuhan. Kesulitan demi kesulitan yang datang mempersiapkan kita melihat pekerjaan Tuhan yang besar. Maka kita harus sadar bahwa semua yang terjadi berasal dalam control Tuhan dan ada maksud baik sehingga pada akhirnya nama Tuhan yang dipermuliakan.

Di dalam Markus dikatakan bahwa ada perahu lain yang menyertai perahu Yesus. Mereka pasti juga ikut mengalami peristiwa itu, dan ikut melihat bagaimana cara murid-murid berespon di tengah kekacauan itu, serta ikut melihat mujizat yang dilakukan Yesus. Ketika kita mengalami pergumulan, orang-orang di sekitar kita melihat bagaimana respon kita. Ketika orang ingin melihat sikap orang Kristen maka sebenarnya saat itu adalah kesempatan bagi kita untuk bersaksi kepada mereka. Seharusnya ketika menghadapi suatu pergumulan kita memiliki respon yang berbeda dengan respon dunia. Terkadang kita melihat sikap orang non-Kristen lebih tegar dalam menghadapi kesulitan. Yesus melatih para murid selama tiga setengah tahun untuk dilatih oleh Tuhan agar mereka dapat menjadi orang yang tegar dan rela mati bagi Kristus. Saat KKR di Ambon, saya menyaksikan bagaimana Pak Tong dengan sekuat tenaga di tengah hujan meresponi pekerjaan Tuhan. Ia tidak memikirkan kesehatan pribadinya. Untuk dapat menjadi seperti itu tidak mudah. Proses didikan Tuhan yang dialaminya sangat berat. Pak Tong pernah berkata bahwa jika ia dapat menampung air mata mungkin air matanya sudah satu kolam dan jika ia dapat stroke mungkin ia sudah mengalami puluhan kali stroke. Ia dapat tegar sampai hari ini hanya karena kekuatan Tuhan yang menopang hamba-Nya yang setia. Amin?

Murid  yang dilatih Tuhan Yesus dengan sedemikian rupa satu per satu mati syahid untuk menggenapi rencana Tuhan. Paulus mengatakan bahwa ia tidak menghiraukan nyawanya sedikitpun jika ia dapat mencapai garis akhir untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya untuk memberitakan Injil kasih karunia Allah. Bagaimana dengan saudara? Selama saudara mengikut Tuhan, sudahkah saudara mengalami pengalaman rohani yang membuat hidup saudara bertumbuh semakin kuat dan semakin serupa dengan Kristus? Atau justru saudara mengalami stagnan di dalam kerohanian saudara?

Saat itu murid yang bersama Yesus dan murid-murid yang berada di perahu yang lain dapat saja menolak untuk pergi dengan perahu.  Jika murid menolak untuk ikut Yesus naik perahu maka mereka tidak akan mengalami pengalaman kehadiran Tuhan di dalam kehidupan mereka. Dalam kehidupan kita, terkadang kita menjadi orang yang tidak mau mengambil resiko dan tidak mau lepas dari comfort zone kita. Kita harus mau belajar untuk memberanikan diri melangkah mengikut Tuhan. Adalah suatu yang lumrah jika saudara mengalami banyak kesulitan dan tantangan karena mengikut Tuhan. Karena begitulah cara Tuhan membuat saudara bertumbuh dalam anugrah-Nya. Sedangkan orang Kristen atau gereja yang tidak mengalami kesulitan dan yang tidak mengalami tantangan maka lambat laun ia menjadi dingin, statis, dan bahkan mati. Dalam kurun waktu 100 tahun Afirka mengalami peningkatan rohani yang besar secara kuantitas maupun secara kualitas. Mereka prihatin atas kemerosotan kekristenan di Amerika. Mereka terbeban menginjil tanah mereka dan ke seluruh dunia. Berbeda dengan daerah Kristen di Indonesia seperti di Papua, yang mana persentasi orang Kristennya semakin kecil. Orang Kristen di Papua sudah merasa terlalu enak karena ada otonomi daerah serta aliran uang yang sangat besar yang secara mental mereka belum siap menerimanya. Pdt. Stephen Tong pernah berkotbah di Papua dan menasihati  agar mereka tidak kecil hati dan tetap bergantung serta berharap kepada Tuhan. Ketika hidup kita lancar dan enak, kita perlu waspada karena akan muncul hal yang tidak kita duga. Ketika itu terjadi, saat itu kita tidak siap menghadapinya. Tuhan Yesus mengijinkan para murid mengalami badai yang sangat besar agar mereka belajar bergantung kepada Tuhan.

Dalam menghadapi situasi yang tidak kita harapkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kita harus siap senantiasa ketika situasi sulit itu muncul. Caranya yaitu dengan berjaga-jaga dalam doa serta bergaul dengan Tuhan. Kedua, situasi yang menimpa kita tetap berada dalam pengaturan dan kedaulatan Tuhan; ada maksud Tuhan yang indah di dalam kehidupan kita. Mungkin kita hanya melihat masalah itu sebagai suatu bagian kecil yang sangat mengganggu hidup kita dan perlu segera disingkirkan. Tetapi Tuhan melihat situasi sulit itu sebagai keseluruhan gambar yang sedang direncanakan-Nya. Rencana Tuhan bukan rencana kita dan pikiran kita bukan pikiran Tuhan. Perjalanan yang dibutuhkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir sampai ke tanah Kanaan sebenarnya hanya membutuhkan waktu beberapa waktu saja. Namun Tuhan mengijinkan mereka berkeliling selama 40 tahun. Mengapa? Karena ada cara Tuhan mendidik mereka. Kita harus belajar mensinkronkan hidup kita dalam kehendak Tuhan sehingga kita dapat melihat hal yang indah dalam hidup kita. Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa segala sesuatu indah pada waktunya. Dalam hidup bermasyarakat kita perlu peduli dengan kehidupan orang lain. Kita perlu belajar memperhatikan ketika melihat saudara yang sedang letih lesu dan berbeban berat. Kita perlu belajar memperhatikan untuk dapat menguatkan satu sama lain. Amin?

Di dalam lingkungan atau di gereja, terkadang kita kurang berkomunikasi dan kurang berelasi. Masing-masing kita bergumul sendiri-sendiri. Gereja sebagai keluarga Allah sudah seharusnya menjadi tempat saling menopang dan mendoakan serta saling menguatkan. Terkadang kita tidak mau mengetahui masalah atau pergumulan orang yang duduk di sebelah kita sehingga akhirnya kita tidak pernah mendoakannya. Biarlah kita sebagai anak Tuhan dapat peduli kepada orang lain yang sedang kehilangan harapan serta memberinya harapan. Biarlah melalui pelayanan kita, orang lan dapat melihat realita kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Biarlah lewat kehadiran kita, orang dapat berjumpa dengan Tuhan serta hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Jika setiap orang Kristen saling memperhatikan maka pengalaman dan pengenalan kita akan Tuhan bukan lagi terfokus kepada diri sendiri. Setelah kita mengenal Tuhan dan menikmati berkat-Nya sadarilah bahwa di dunia ini masih banyak orang yang belum mengenal Tuhan. Masih banyak orang yang belum mengalami realita Tuhan dalam hidupnya. Melalui perubahan yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita, diharapkan hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Biarlah hidup kita dapat mempengaruhi orang lain untuk mengenal Tuhan dan mengalami realita kehadiran Tuhan. Di manapun kita berada, kita dapat menyaksikan Tuhan beserta dengan kita karena Tuhan memakai kita. Amin? Mari kita berdoa.


(Ringkasan ini BELUM diperiksa oleh pengkhotbah - Timur/Dany/Sonny/Victor)


#69 - 28/11/2010
"Eksposisi Kitab Yunus #19: Yunus 3 (#3)"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 3:4
Hari ini kita masuk ke dalam Eksposisi Yunus pasal 3 kotbah yang ke-3. Niniwe merupakan kota yang besar dan berbeda dengan kota Israel. Bahasa yang digunakan pun berbeda dengan bahasa asli Israel (Bahasa Ibrani). Maka saya menduga ada kemungkinan Yunus mengerti bahasa Niniwe dan dia berkhotbah dalam bahasa Niniwe, “40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikan”. Alkitab mencatat bahwa Yunus tidak menggunakan transportasi atau pergi bersama tim saat masuk ke kota Niniwe melainkan Yunus berjalan kaki, “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya.” (Yun. 3:4). Yunus seorang diri melangkah ke sebuah kota yang terkenal sangat jahat dan seluruh penduduk kotanya sangat melawan Tuhan. Ketika Yunus masuk ke kota Niniwe, ia seolah-olah seperti domba yang berada di tengah serigala yang siap untuk diterkam. Di dalam pelayanan terkadang seseorang merasa sangat tersendiri tetapi sebenarnya Tuhan tetap menyertainya. Tuhan memimpin pelayanan Yunus dan akhirnya terjadilah mujizat penginjilan. Orang Niniwe yang pada awalnya seperti serigala yang siap untuk menerkam domba, tetapi akhirnya domba tidak jadi diterkam dan bahkan semua serigala berubah menjadi domba. Ini adalah mujizat penginjilan. Mujizat bukan hanya berbicara mengenai kesembuhan fisik. Mujizat yang paling besar adalah ketika serigala yang buas dapat berubah menjadi domba yang jinak (taat) kepada Gembala yang Agung, yaitu Tuhan Yesus.

Perjalanan Yunus menuju ke Niniwe adalah perjalanan yang sangat jauh. Yunus pergi sendirian tanpa ada teman ataupun orang yang mendukungnya dalam doa. Yunus pergi dengan hati yang tidak rela. Biasanya, hamba-hamba Tuhan yang malas dan tidak rela melayani selalu menghitung untung rugi sebelum dia diutus ke ladang pelayanan. Mental hamba Tuhan yang demikian dapat menjadi batu sandungan. Seorang hamba Tuhan senior di pedalaman pernah mengatakan kepada saya bahwa tempat yang saya datangi untuk KKR adalah tempat yang sangat ia hindari sejak dahulu. Ia jujur mengakui bahwa tiap tahun biasanya ada pertukaran mimbar dan hamba-hamba Tuhan akan dikirim ke cabang-cabang yang jauh, dan yang jauh dikirim ke yang kota. Ketika proses pengaturan penentuan siapa-siapa hamba Tuhan yang akan diutus ke pedalaman, dia selalu mengusulkan jangan diutus ke tempat yang dia sudah tentukan tidak akan pergi kesana, karena terlalu jauh dan perjalanan terlalu berbahaya, lagipula tempat tersebut sangat gersang dan sulit air. Dia memakai cara nepotisme untuk menghindari tempat tersebut. Tetapi ada juga banyak hamba Tuhan yang tidak pilih-pilih daerah pelayanan, dan mereka siap diutus kemana saja. Bagi mereka yang penting di sana terdapat kaum pilihan dan domba-domba yang harus dilayani.

Pekerjaan Tuhan tidak akan berjalan dengan baik jika semua orang hanya memikirkan untung rugi pribadi. Pelayanan KKR Regional merupakan pelayanan yang sangat menyita waktu dan energi. Setiap hari harus melakukan pengaturan tim dan pengaturan sekolah-sekolah yang harus dijangkau (per-kabupatan dan per-kecamatan). Kadang-kadang rapat sampai malam untuk pengaturan tim tersebut, dan pagi-pagi sekali tim harus sudah siap berpencar menuju ke sekolah-sekolah yang letaknya sangat jauh dan masuk ke pelosok-pelosok pedalaman. Seringkali kami dijanjikan akan ditemani oleh orang lokal, tapi kadang-kadang, orang yang katanya siap mendampingi ternyata pagi itu tidak datang sehingga semua pengaturan harus diubah lagi. Setelah semua diatur, semua harus bergegas berangkat memulai KKR ke sekolah-sekolah yang dituju. Setelah semua sudah pergi ke lokasi masing-masing, saya pergi ke kecamatan yang paling jauh dan sulit untuk dijangkau untuk mempelajari medan di sana untuk supaya malam harinya bisa diatur tim pergi ke lokasi tersebut keesokan harinya.

Yunus pergi ke kota Niniwe yang cukup sulit dengan hati yang tidak rela. Kesulitan di dalam pelayanan akan dirasa berkurang bahkan diganti dengan sukacita apabila ada kerelaan hati dalam melakukannya. Jika Yunus menyadari hal itu dan melayani dengan rela, maka ia akan dapat merasakan sukacita pelayanan di ladang yang sulit. Saat di Niniwe, tentunya semua orang mengetahui bahwa Yunus berasal dari bangsa Yahudi. Dari penampilannya, cara berpakaiannya dan logatnya, orang Niniwe akan mengetahui Yunus adalah orang Yahudi. Yunus menjadi seorang asing di negeri yang asing. Namun Yunus tetap melangkah meski hatinya tidak rela untuk mempertobatkan orang-orang Niniwe. Dengan berat hati, Yunus tetap harus menyampaikan apa yang Tuhan sudah suruh dia sampaikan. Ketika Yunus menyampaikan bahwa 40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan, lalu seluruh orang Niniwe bertobat dan berbalik kembali kepada Tuhan, itu bukan karena jasa Yunus. Kuasa yang membuat orang bertobat bukanlah berasal dari diri Yunus tetapi dari Tuhan. ALLAH sendiri yang berintervensi memberi kuasa dalam pemberitaan Firman Tuhan tersebut. Di sini melihat perjumpaan antara isi berita yang Tuhan suruh sampaikan dan timing-nya Tuhan. Ketika dua point ini bertemu, kita melihat kuasa Tuhan menggetarkan dan mempertobatkan hati orang yang mendengar pesan Tuhan tersebut. Ketika seseorang akan menyampaikan Firman Tuhan hendaknya ia bergumul di hadapan Tuhan untuk memahami kebutuhan rohani orang-orang yang akan mendengar Firman dan timing Tuhan. Isi kotbah yang sesuai dengan kehendak Tuhan pasti kuasa Tuhan akan dinyatakan. Maka biarlah isi kotbah bukan berasal dari kehendak orang yang menyampaikan tetapi sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak Tuhan. Seandainya kotbah Yunus berbeda dengan yang Tuhan kehendaki maka khotbahnya pasti tidak berkuasa. Misalkan: Yunus berkotbah tentang Nuh atau Abraham atau kisah lain yang walaupun juga berasal dari Alkitab, tetapi kotbah Yunus tidak akan berkuasa karena bukan itu yang Tuhan mau Yunus beritakan untuk konteks orang-orang Niniwe. Satu kotbah yang dikotbahkan jika isi khotbahnya seperti yang Tuhan mau dan pas pada timing Tuhan, maka kuasa Tuhan akan double menyertai kotbah tersebut. Kuasa pertama, kuasa karena ia mengkotbahkan Firman Tuhan seperti yang Tuhan mau. Alkitab mengatakan bahwa setiap Firman Tuhan yang ditabur, tidak akan kembali dengan sia-sia. Kuasa kedua, kuasa karena seseorang mengkotbahkan sesuai dengan apa yang Tuhan ingin ia sampaikan di waktu yang tepat, di tempat yang tepat serta kepada orang yang tepat. Di dalam kotbahnya, Yunus berkata, ”40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Isi khotbah tersebut sangat singkat, tetapi kotbah itulah justru yang Tuhan kehendaki untuk mempertobatkan satu bangsa. Manusia tidak memiliki kuasa untuk menarik dan mengubah orang.

Ada satu orang peserta katekisasi GRII Pusat, waktu retreat katekisasi di Kapel Agape GRII Pusat di dalam sesi tanya jawab bertanya kepada saya: “Bagaimana caranya Pdt. Stephen Tong menarik orang-orang datang ikut hadir KKR beliau?” Saya menjawab: “Bukan pak Tong yang menarik orang-orang datang ikut KKR, karena dia tidak berkuasa menarik orang-orang datang ikut hadir KKR beliau. Namun Tuhan-lah yang menarik orang datang untuk hadir di KKR beliau.” Alkitab mengatakan, “Jika bukan Bapa yang menarik maka tidak mungkin orang datang kepada Yesus.” Jadi orang-orang yang mendengar kotbah datang karena ditarik oleh Tuhan. Ada yang tidak mengenal pengkotbahnya lalu tetap datang dan ada pula orang yang meski sudah mengenal pengkotbahnya tetap tidak datang. Namun semuanya itu mesti dilihat dari cara Tuhan melihat: jika bukan Tuhan yang tarik mereka datang, maka tidak akan satu orang pun yang akan datang mendengarkan Firman Tuhan.

Ketika Yunus berkotbah, Tuhanlah yang mempersiapkan ladang yang siap dituai. Jika bukan Tuhan yang mempersiapkan ladang maka  tidak mungkin ada ladang yang dapat dituai. Ketika Tuhan sudah menggerakkan seseorang untuk mengabarkan Injil di suatu tempat lalu orang itu mengerjakan dengan serius, maka kadang-kadang kita langsung bisa melihat ada umat pilihan yang Tuhan akan nyatakan. Dua minggu yang lalu telah dibahas mengenai satu mitos yang dipercaya dalam pelayanan yaitu anggapan bahwa jika seorang Kristen masih hidup dalam dosa dan belum membereskan dosa-dosanya, maka orang itu tidak layak / tidak bisa melayani Tuhan. Itu merupakan anggapan yang keliru. Alkitab memberikan pandangan yang berbeda dengan mitos tersebut. Contohnya Yunus. Yunus adlaah orang yang tidak taat, tidak rela melayani bahkan melarikan diri dari panggilan Tuhan tetapi Tuhan tetap memakai orang seperti ini. Yunus memiliki satu sentimen pribadi dan menyimpan kebencian kepada bangsa Niniwe. Yunus memiliki hati yang selalu ingin lari dari panggilan Tuhan (meski pada akhirnya Yunus pergi ke Niniwe). Pada akhirnya Yunus ke Niniwe bukan karena kerelaan hati, melainkan karena ia sudah habis akal dan habis daya setelah mencoba lari dari hadapan Tuhan. Yunus adalah nabi yang tidak beres di hadapan Tuhan, namun tetap dipakai Tuhan. Tetapi HATI-HATI, bukan berarti mari kita hidup berdosa, karena toh nanti Tuhan tetap bisa pakai kita. Saudara tidak boleh membalikkan logika menjadi demikian. Mengapa? Karena jika Tuhan ternyata tidak lagi memberi anugerah pelayanan kepada saudara, saudara akan menyesal seumur hidup. Oleh sebab itu jangan main-main sama Tuhan.

Ketika Tuhan masih memakai Yunus yang tidak beres bukan berarti bahwa Tuhan merestui ketidakberesan hati Yunus. Tuhan hanya mau memakai mulut Yunus untuk menyuarakan Injil Tuhan. Melalui satu orang yang tidak beres akhirnya kita mengetahui bahwa seluruh Niniwe diselamatkan. Sekali lagi logika ini jangan dibalik. Seharusnya kita berpikir kalau Yunus yang tidak beres begitu dipakai Tuhan, apalagi kalau Yunus hatinya tulus di hadapan Tuhan. Yunus pasti akan memiliki kuasa lebih besar jika hidupnya beres di hadapan Tuhan. Kisah Yunus ini masih sangat relevan sampai hari ini. Waktu saya mengajak orang-orang ikut penginjilan ke pedalaman, saya tahu hidup mereka tidak semuanya beres, namun saya percaya Tuhan akan memproses hidup mereka di ladang pelayanan. Kalau kita hanya mau mencari dan menunggu seseorang hingga beres, maka sampai matipun orang seperti itu tidak kita temui, karena di hadapan Tuhan kita semua tidak beres. Orang-orang yang terpilih jadi majelis atau pengurus Gereja, juga tidak semuanya adalah orang beres, namun mereka tetap dipercayakan pelayanan yang mulia. Mereka dipilih melayani bukan karena mereka layak dipilih tetapi karena anugerah Tuhan. Tidak ada seorangpun yang cukup layak untuk melayani Tuhan, tetapi Tuhan mau mengubah orang-orang yang tidak layak ini di ladang misi Tuhan. Setelah di proses di ladang misi Tuhan, maka kelak Tuhan akan percayakan orang-orang seperti itu melayani di ladang Tuhan yang lebih luas lagi di masa yang akan datang.

Hidup Yunus ketika dipanggil masih belum beres tetapi Tuhan memakainya untuk menghasilkan buah yang sangat banyak. Nabi Yesaya pada awalnya memiliki kehidupan yang tidak beres lalu akhirnya diubah Tuhan sehingga menjadi beres. Ketika Tuhan bertanya, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Yesaya menjawab, "Ini aku, utuslah aku!" (Yes. 6:8). Pada akhirnya, Yesaya sangat rela dipakai Tuhan serta tidak melarikan diri dari panggilan Tuhan. Apakah sekedar taat sudah cukup? TIDAK. Tuhan lalu membukakan ladang yang kelak Yesaya akan layani seperti apa, "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh" (Yes. 6:9-10). Ketika Nabi Yesaya yang hidupnya sudah beres dan dirubah Tuhan, namun kotbahnya tidak menghasilkan petobat-petobat. Sedangkan nabi Yunus yang hidupnya tidak beres berkhotbah malah banyak jiwa yang bertobat melalui kotbahnya. Perbandingan hasil pelayanan tersebut sebaiknya bukan satu alasan kita untuk menyimpulkan, “Jika demikian, maka percuma saya memiliki hidup benar seperti Yesaya karena hasilnya tidak ada satu jiwapun yang bertobat.” Dan saudara juga tidak boleh memakai alasan ketidakberesan hidup untuk dijadikan sebagai alasan untuk tidak mau melayani Tuhan. Jika saudara mengatakan tunggu 2 tahun lagi saya akan membereskan dosa-dosa saudara baru mau melayani Tuhan, apakah saudara berani menjamin setelah 2 tahun saudara pasti diperkenan Tuhan? Marilah kita setiap hari minta ampun dosa di hadapan Tuhan dan terus memurnikan motivasi kita melayani Tuhan sehingga meskipun di hadapan Tuhan kita masih ada yang tidak beres, namun kita berjanji akan menjadi anak Tuhan yang baik. Sambil melayani sambil dibentuk dan disucikan Tuhan.

Yunus 3:4, “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’" Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan. Ini merupakan tema kotbah Yunus ketika berada di Niniwe. Yunus tidak mengkotbahkan tema kotbah yang lain. Setiap kali ketemu orang-orang Niniwe, Yunus pasti mengkotbahkan kotbah yang sama. Ada orang yang ikut saya pergi KKR ke pedalaman dan waktu dia sudah berkotbah berkali-kali dia berkotbah tema yang sama terus, lalu dia bertanya kepada saya, bolehkan seperti itu? Saya tahu orang tersebut baru permulaan memberanikan diri berkotbah di pedalaman. Lalu saya menjawab: “BOLEH”. Saya kasih contoh kita semua tahu inti berita Injil dari dulu sampai sekarang selalu sama (Yesus lahir, mati, bangkit, naik ke sorga dan akan datang kembali), namun tidak berarti kita tidak boleh kotbahkan tema tersebut berkali-kali. Tetapi hal tersebut jangan dijadikan alasan untuk berkotbah ribuan kali dengan tema dan isinya sama terus. Adalah lebih baik jika dalam penyampaiannya ada perkembangan variasi dengan tetap berfokus pada inti Injil. Mengapa? Karena orang yang mendampingi saudara berkotbah dapat merasa bosan mendengarkan saudara khotbah itu-itu saja, jadi usahakan kotbah saudara juga bisa menguatkan orang-orang yang terus mendampingin saudara. Saya selalu mengusahakan untuk mengkotbahkan tema yang berbeda di setiap seminar atau setiap sesi dalam KKR Regional agar tim yang ikut dapat juga belajar sesuatu dari setiap kotbah. Tim yang lelah dapat dikuatkan lagi ketika mendengar setiap kotbah yang berbeda sehingga pada akhirnya kebangunan rohani tidak hanya terjadi bagi yang dilayani tetapi juga yang melayani. Bagi saudara yang pernah berkotbah dengan tema yang sama, jangan merasa minder karena tema kotbah yang sama jika memang waktunya Tuhan dan Tuhan berkenan, maka Tuhan pasti akan berkati. Tuhan mengetahui kelemahan saudara dan dapat mengerti selama saudara terus mau belajar menjadi lebih baik. Seperti halnya Yunus yang hanya terus mengkotbahkan tema yang sama kepada orang-orang Niniwe yang dia temui.

Ada dua respon yang sangat penting ketika Yunus pergi ke Niniwe. Respon pertama, Tuhan tidak ingin Yunus menunda-nunda waktu untuk berkotbah. Respon kedua, Tuhan menggerakkan orang yang telah mendengar kotbah untuk tidak menunda meresponi Firman Tuhan. Dalam setiap calling usahakan ada satu urgenitas atau semacam desakan agar yang mendengar tidak menunda-nunda dalam meresponi panggilan Tuhan. Desakan diperlukan karena mereka sendiri tidak tahu kelanjutan hidup mereka di hari esok. Ada dua tahap desakan dalam cerita Yunus, desakan pertama adalah desakan kepada si pengkotbah dan desakan kedua adalah desakan kepada orang yang mendengarkan kotbah. Setelah dua desakan ini terjadi, kita akan dengan sukacita melihat orang yang bertobat menerima Tuhan Yesus. Ketika kita berlambat-lambat terhadap satu pelayanan dengan berpikir nanti saja atau besok saja, maka sadarilah bahwa saudara sedang membiarkan satu kesempatan lewat. Setiap kesempatan adalah anugerah Tuhan. Ketika sebuah kesempatan lewat maka saudara tidak dapat memutar waktu kembali untuk menikmati sukacita pelayanan. Jika menunggu gangguan pergi barulah saudara mengambil pelayanan, maka saya justru memberitahu bahwa ketika akan melayani pekerjaan Tuhan yang besar, justru gangguan yang datang akan banyak sekali. Pernah saya bergumul untuk menunda KKR Regional nanti atau tahun depan saja, tetapi saya berpikir lagi bahwa ini merupakan satu kesempatan yang harus ditangkap. Akhirnya setelah pergi KKR dengan membawa tim akhirnya bisa melayani > 141.000 siswa di seluruh Sumba di dalam waktu 13 hari dan > 20.000 siswa dapat dilayani di Kalimantan Timur di 5 Kabupaten (Tarakan, Malinau, Bulungan, Tana Tidung, Nunukan) dalam 5 hari. Seandainya pelayanan ini ditunda sampai tahun depan maka ratusan ribu jiwa tersebut sekarang dimana?. Mungkin ada yang sudah putus sekolah, ada yang sakit, atau meninggal. Awalnya Tuhan memimpin pelayanan KKR Regional ini dengan desakan kepada kami. Lalu terbentuklah tim KKR yang cukup banyak dan puji Tuhan beberapa waktu lalu baru menyelesaikan KKR Kaltim. Jika saudara baru berkata ingin ikut melayani KKR tersebut di tahun ini, saudara sudah terlambat. Tahun ini sudah tidak ada lagi kota yang dapat dilayani karena siswa-siswa sudah mulai ulangan dan akan liburan.

Tahun depan kesempatan masih ada dan jika saudara masih menolak, maka mungkin kesempatan di tahun berikutnya sudah tidak ada lagi. Setiap ada penginjilan pasti setan tidak senang dan akan mempersulit  semua pelayanan Tuhan. Maka biarlah Tuhan mendesak kita untuk terlibat di dalam ladang misi Tuhan. Dalam cerita Yunus, Tuhan mendesak Yunus terlebih dahulu. Setelah Tuhan mendesak Yunus, Yunus pergi berkotbah. Setelah selesai berkotbah, Tuhan mendesak para pendengar untuk meninggalkan dosa mereka sehingga mereka berpuasa. Desakan kedua baru terjadi setelah desakan yang pertama dilakukan. Jika saudara berlambat-lambat atau menunda-nunda, maka saudara sedang menghambat orang kedua untuk menerima Injil. Jika dahulu kami menunda mengusahakan KKR Kaltim tahun ini berarti kami sedang berdosa karena telah menunda > 20.000 jiwa menerima Injil. Maka setiap desakan muncul, saudara harus menggenapinya meskipun banyak rintangan. Biarlah kita menyerahkan setiap kesulitan baik kesulitan keluarga, tempat kerja, dll ke dalam tangan Tuhan, karena tidak ada orang yang memberitakan Injil yang tidak mengalami tantangan, kesulitan, dan ujian dari Tuhan. Tuhan menguji iman kita dengan memberi rintangan. Ketika Tuhan mendesak kita, marilah kita membuang segala keegoisan kita. Mari kita berdoa.


(Ringkasan ini SUDAH diperiksa oleh pengkhotbah-- Tim/Dan/Son/Vic)


#70 - 5/12/2010
"Eksposisi Kitab Yunus #20: Yunus 3 (#4)"
Pdt. Aiter, M.Div.


Yunus 3:1-10
Setelah firman Tuhan yang kedua datang kepada Yunus akhirnya ia pergi ke Niniwe. Firman Tuhan pertama yang diterima oleh Yunus  diresponinya dengan melarikan diri dari panggilan Tuhan. Pesan firman Tuhan yang pertama sama dengan firman yang kedua. Tetapi respon Yunus terhadap firman yang kedua seolah berbeda dengan responnya yang pertama. Di respon yang kedua, seolah Yunus sedang mentaati firman Tuhan dengan pergi ke Niniwe. Namun, sebenarnya diresponnya yang kedua ini Yunus juga sedang melarikan diri. Maka sebenarnya respon Yunus terhadap firman Tuhan yang pertama adalah sama dengan responnya terhadap firman Tuhan kedua, yaitu sama-sama melarikan diri. Tuhan memberikan rahasia menarik dalam bagian cerita ini. Melarikan diri berarti melawan apa yang Tuhan sedang perintahkan. Melarikan diri dalam pandangan Tuhan bukan hanya sebatas persoalan fisik yang menjauh dari Tuhan tetapi juga mengenai motivasi dan kerelaan hati. Yunus sedang melarikan diri di balik ketaatannya pergi ke Niniwe. Jikalau ia terus melarikan diri dengan cara melawan perintah Tuhan maka akhirnya ia akan kelelahan dikarenkan terus-menerus menghindari kejaran Tuhan. Maka tempat yang paling aman baginya adalah melarikan diri dengan cara seolah-olah ia sedang menjalankan ketaatan. Dari fenomena yang kelihatan seolah-olah ia taat, tetapi hatinya melawan Allah.


Hal ini masih relevan sampai hari ini. Mungkin kita berpikir bahwa orang yang terhilang hanya orang yang berada di luar gereja. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang terhilang berada di dalam gereja. Orang yang terhilang di gereja lebih sulit diketahui karena orang mengira bahwa dia sedang giat melayani Tuhan. Seringkali orang yang di dalam gereja justru adalah orang yang sedang terhilang dan sedang bersembunyi dibalik aktivitas keagamaan mereka. Karena dia sudah datang ke gereja, beribadah, melayani, maka dia merasa sudah menyenangkan hati Tuhan. Padahal dia adalah orang yang sedang terhilang dan sedang sembunyi di dalam gereja Tuhan. Hal tersebut seumpama penyebaran narkoba di penjara. Penyebaran narkoba yang paling lancar justru terjadi di dalam penjara. Mengapa? Karena tidak diincar oleh polisi. Dan polisi tidak menduga jika seorang tahanan dapat melakukan transaksi narkoba. Transaksi narkoba membutuhkan modal yang besar dan biasanya seorang tahanan dianggap tidak memiliki modal itu.

Ketika manusia melakukan suatu tindakan  ketaatan (misalnya: melakukan pelayanan), jangan kita kira bahwa hatinya juga sungguh-sungguh taat. Terkadang orang melakukan pelayanan dilandasi karena keterpaksaan, sekedar memenuhi kewajiban, dan bukan karena kerelaan. Sedangkan orang yang sungguh-sungguh taat melayani, ketika ia melihat kesusahan besar, ia tidak akan mundur. Ia akan terus mengerjakan tugasnya hingga akhir. Dalam sebuah peperangan, ketika seorang prajurit diutus oleh komandannya maju ke medan peperangan, maka ia harus pergi meskipun medannya sangat berat. Setelah misinya selesai, musuh berhasil ditaklukkan, ia kembali ke kekomandannya dan melaporkan hasil peperangan. Jika mereka menang, prajurit itu mungkin hanya mendapat pujian dan sebuah tanda jasa dari sang komandan. Hal ini seolah-olah tidak seimbang dengan pengorbanan yang di berikan. Padahal di dalam pertempuran tersebut para prajurit harus mempertaruhkan nyawa mereka. Tetapi sesungguhnya seorang prajurit rela mati bukan sekedar untuk menggenapkan misi komandannya,  tetapi lebih dari itu, yaitu demi menjaga kedaulatan suatu bangsa. Mereka menggenapkan misi bangsa dan negara. Seperti tentara itu, demikian pula dengan kita sebagai orang Kristen. Kita harus menyadari bahwa kita hanya pelayan yang terlibat di dalam misi Tuhan dan melayani demi kepentingan kerajaan Tuhan.
Pada akhirnya Yunus menyadari bahwa merupakan hal yang percuma jika ia terus melarikan diri secara fisik karena Tuhan berada di segala tempat dan memperhatikannya. Setelah habis akal dan habis daya melarikan diri, Yunus akhirnya pergi ke Niniwe.

Di dalam pelayanannya sesungguhnya Yunus sedang tidak taat. Namun, saat Yunus yang tidak taat berkotbah, dicatat bahwa bukan hanya orang dan raja yang berpuasa, tetapi binatangpun diharuskan berpuasa. Seandainya Yunus taat, maka kuasanya pasti akan sangat besar. Ketika Yunus berkotbah, dapat dipastikan bahwa isi kotbahnya sama dan hanya jumlah angkanya yang berbeda. Isi kotbah Yunus “40 hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Angka “40” pasti berubah menjadi  39, 38, 37 dan seterusnya sesuai dengan selisih antara waktu Yunus berkotbah dengan waktu ketetapan Tuhan. Ketika Yunus berkotbah, ia tidak menambahkan hal lain dalam kotbahnya. Yunus juga tidak mengganti kotbah yang Tuhan perintahkan dengan kotbah lain atau dengan eskposisi suatu kitab atau dengan menceritakan tokoh Alkitab lain. Yunus hanya menyampaikan apa yang Tuhan perintahkan tidak kurang dan tidak lebih. Namun, kotbah yang sangat singkat tersebut justru sangat berkuasa. Yunus tidak ada kuasa karena ia sedang tidak taat. Orang yang taat dan sedang melayani Tuhan akan dimampukan dan diberi kuasa menyampaikan firman Tuhan selemah apapun kondisi fisiknya. Tuhan akan merubah orang tersebut saat itu juga dan memberi hal yang diluar kemampuan dirinya. Mungkin saudara bukan orang yang fasih atau cakap berbicara tetapi ketika saudara taat, maka kemampuan itu akan diberikan Tuhan ketika saudara melayani. Semua orang harus berani melayani Tuhan. Di dalam Kitab Kisah para Rasul ada kalimat, “Doakanlah kami supaya Tuhan memberikan kekuatan untuk menyampaikan Injil.” Saudara juga perlu berdoa agar Tuhan memberi keberanian menyampaikan Injil Tuhan. Mungkin pada  awalnya masih ada perasaan takut, tetapi setahap demi setahap Tuhan melatih saudara sehingga rasa takut hilang, dan semakin berani berhadapan dengan orang lain.

Ketika Yunus menyampaikan kotbah, maka orang yang sudah mendengar juga ikut menyampaikan kotbah itu ke orang lain. Niniwe merupakan bangsa yang besar maka Yunus tidak mungkin menyampaikan pesan kepada satu per satu orang. Orang yang sudah mendengar kotbah Yunus digerakkan Tuhan untuk menyampaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Penyebaran Injil terjadi dari mulut Yunus kemudian menyebar di antara masyarakat. Isi berita tersebut terus tersebar hingga sampai ke telinga raja Niniwe. Alkitab mencatat bahwa pada akhirnya seluruh Niniwe mendengar Injil dan raja mengumumkan perkabungan. (Yun. 3:6-9). Injil pertama berasal dari mulut seseorang, lalu Tuhan menyatakan kuasa-Nya dan menggerakkan orang lain untuk menyampaikannya. Saudara tidak perlu takut jika saudara tidak fasih menginjili atau kotbah saudara sangat singkat. Khotbah Yunus merupakan kotbah yang sangat singkat. Jika dihitung secara durasi, maka paling lama kotbah Yunus diucapkan hanya sampai setengah menit. “40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan Tuhan”. Namun, kalimat yang singkat tersebut dilipatgandakan kuasanya oleh Tuhan.

Ketika penyebaran berita itu terjadi, Yunus bukan lagi sebagai pengkotbah utama. Tuhan membangkitkan pengkotbah yang lain yang ikut menyebarkan firman Tuhan. Ketika saudara memberitakan Injil kepada satu orang, tidak menutup kemungkinan orang tersebut memberitakan injil kepada orang sekitar di lingkungannya. Oleh karena itu, harus ada orang pertama yang membagikan Injil. Ketika saudara menutup mulut saudara maka saudara sedang menutup penyebaran Injil. Ketika Yesus memberi makan 5000 orang, ada seorang anak kecil yang menyerahkan 5 roti dan 2 ikan yang dimilikinya. Anak kecil itu bisa saja diam dan merasa minder karena berpikir bahwa ikan yang dipegangnya tidak segar atau rotinya tidak enak. Namun anak kecil itu tidak rendah diri (minder) dan tidak banyak pertimbangan. Ia menyerahkan dengan tulus apa yang dimilikinya.

Ketika saudara menginjil, mungkin saudara merasa perkataan saudara sangat sedikit sehingga waktunya sangat singkat. Jangan pernah merasa malu karena menggunakan waktu hanya sedikit. Waktu yang sedikit jika isinya kental mungkin sudah mewakili satu kotbah yang panjang yang tidak berarah. Jika saudara sungguh-sungguh dipakai oleh Tuhan maka Tuhan akan memberkati sehingga pekerjaan saudara dapat menjadi suatu hal yang direnungkan dan diulang oleh orang lain. Mungkin bagi saudara kalimat yang saudara katakan adalah kalimat sederhana, tetapi bagi orang lain kalimat tersebut luar biasa.

Setiap orang memiliki kelemahan dan Allah mengetahui kelemahan kita. Ketika saudara taat, Allah akan memperlengkapi kelemahan saudara dan membuka jalan dalam pelayanan saudara. Di dalam ladang pelayanan, seringkali Tuhan mempersiapkan orang lain untuk membantu. Orang tersebut terkadang tidak pernah terpikir dalam pikiran kita dan baru Tuhan singkapkan saat di ladang misi Tuhan. Di dalam pelayanan mungkin kita sendiri, tetapi percayalah bahwa Tuhan memimpin. Tuhan pasti memimpin kita setahap demi setahap asal saudara taat.

Pimpinan Tuhan baru dapat dirasakan ketika kita berani melangkah terlebih dahulu. Jika Yunus tidak mencoba melangkah ke Niniwe maka tidak akan terjadi penyebaran Injil di Niniwe. Setelah Yunus taat maka Tuhan munculkan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah Yunus kenal untuk membantu penyebaran Injil. Orang tersebut adalah orang lokal yang tinggal di Niniwe. Lalu Tuhan menggerakkan raja untuk bertobat sehingga pekerjaan Yunus dapat lebih ringan. Setelah raja mendengar maka raja itu langsung bertobat dan memerintahkan bangsa untuk bertobat juga. Ini merupakan pertobatan yang sangat unik yang pernah terjadi. Mengapa unik? Karena biasanya orang yang telah bertobat hatinya akan sukacita dan merespon dengan mengadakan pesta. Niniwe sudah mendengar berita Injil dan hati menjadi sukacita tetapi sukacitanya diwujudkan dengan melakukan puasa. Raja Niniwe meninggalkan semua kemegahan-nya dan mengenakan kain kabung. Yunus harus mulai melangkah lebih dahulu kemudian raja juga ikut melangkah mendahului rakyatnya. Dua tahap tersebut mengemukakan prinsip Tuhan yang penting yaitu jika seseorang tidak menjalankan lebih dulu maka tidak mungkin akan dapat mempengaruhi orang lain. Jika sang raja hanya memerintahkan untuk berpuasa sedangkan ia sendiri makan, maka bangsanya akan segan berpuasa dan raja itu kelak akan dihina.

Dalam cerita Yunus, raja turun dari singgasana dan memakai pakaian seperti rakyat sehingga seluruh rakyat mengikutinya. Keunikan gerakan ini adalah karena pendiri atau gembalanya sudah menjalankan lebih dahulu. Pdt. Stephen Tong menjalankan misi penginjilan dengan sangat giat di masa mudanya. Hal itulah yang menjadi kekuatan besar yang mendorong semua jemaat berani mengerjakan pekerjaan Tuhan. Seorang anak tidak akan mengerjakan hal yang ayahnya tidak lakukan meskipun ayahnya menyuruh untuk melakukannya.  Jika dari kecil orangtua suka mengajak anaknya ke toko buku, maka anak itu akan suka ke toko buku ketika dewasa. Anak-anak akan meniru hal yang orangtuanya lakukan. Demikian dalam pelayanan, jika sebuah jabatan atau status tetap dipertahankan oleh pendeta maka ia akan sulit menjadi berkat bagi banyak orang. Jika Yesus mempertahankan statusnya bahwa Ia adalah Anak Allah maka Yesus tidak akan membasuh kaki murid-muridnya. Yesus tidak menganggap bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang harus menerima sembah sujud murid-murid-Nya. Yesus seolah tunduk merendahkan diri seperti budak yang membersihkan kaki tuannya. Tindakan ini akhirnya mempengaruhi seluruh murid untuk berani menjadi hamba Tuhan dan mati bagi Tuhan.

“Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkan-nya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.” (Yun. 3:6). Setelah raja Niniwe turun dari singgasana, ia mengenakan pakaian kabung. Raja melakukan pembauran dengan rakyat sehingga semua tampak seragam. Seorang raja memiliki kuasa yang besar sehingga hampir tidak ada yang dapat menurunkan ia dari singgasananya (kecuali jika rakyat memberontak). Raja Niniwe dicatat turun dari singgasana, bertobat serta memakai pakaian sederhana. Jika seorang raja yang baru bertobat dapat bertindak demikian maka seharusnya kita juga meneladaninya. Seharusnya kita mulai belajar untuk hidup sederhana. Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat praktis. Rasa gengsi dan kenyamanan membuat hal yang sederhana menjadi rumit. Untuk mengisi perut yang lapar sebenarnya dapat diisi dengan singkong tapi terkadang orang tidak bisa terima dan lebih memilih makan di restoran mewah. Mau hidup sederhana atau tidak hanya merupakan pilihan manusia. Ketika orangtua menciptakan kenyamanan kepada anak, maka setelah besarnya sang anak akan sulit beradaptasi hidup di lingkungan yang kurang fasilitas. Saat di Kalimantan barat, saya mandi dari air tampungan hujan di dalam satu gentong. Air itu terasa sangat segar dibanding air keran di perkotaan. Terkadang saya harus mandi di kamar mandi yang licin serta airnya banyak cacing tetapi tidak masalah. Saudara harus mulai belajar melatih diri untuk hidup sederhana sehingga kita menjadi orang yang tidak terikat oleh fasilitas mewah dan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda-beda.

Yunus termasuk orang yang mudah beradaptasi tinggal di mana saja. Sejak Tuhan memanggilnya Yunus tidak pernah meributkan mengenai makan atau tempat tinggalnya. Yunus tidak pernah khawatir mengenai hidupnya sendiri. Tetapi sayangnya pikirannya difokuskan untuk membenci Niniwe. Jaman sekarang hal yang menjadi momok dalam penginjilan adalah mengenai tempat tinggal, makanan serta kamar mandi. Banyak pelayan Tuhan merasa keberatan kalau harus menginap di rumah penduduk, terutama kalau kamar mandinya kotor, licin, dan berlumut. Fokus untuk menyelamatkan orang yang tinggal di sana akhirnya bergeser. Fokusnya bukan lagi memikirkan bagaimana menjalankan misi penyelamatan jiwa melainkan memikirkan kenyamanan hidup.  Tetapi cinta kasih yang besar akan mengalahkan sifat egois. Jika ada unsur cinta maka ketidaknyamanan akan perlahan-lahan dikikis. Kita tidak lagi mempermasalahkan rumah yang jorok ketika kita menyadari bahwa orang yang dicintai oleh Tuhan tinggal di rumah itu. Kita disadarkan bahwa kita harus datang ketempat itu untuk mengabarkan Injil.

Ketika kita ditampung untuk tinggal dirumah seorang hamba Tuhan, kita musti sadar bahwa Tuhan mencintai dia, dan Tuhan mengijinkan dia untuk menjalani hidup yang seperti itu. Masakan kita tidak bisa mencoba menjalani hidup yang sesederhana itu barang satu atau dua hari saja, sementara hamba Tuhan itu telah menjalaninya selama berpuluh-puluh tahun? Tuhan yang telah mengasihi hamba Tuhan tersebut dan telah memberinya kekuatan tentunya juga akan memberi kita kekuatan untuk menjalani hidup yang serba sederhana. Saya pernah tidur di kasur yang banyak semut angkrangnya. Nyamuknya banyak sekali. Serangga berterbangan. Tetapi hati saya menerima dengan tenang keadaan seperti itu karena kondisi kamar tidur orang yang punya rumah juga sama seperti itu. Akhirnya saya tidur di sana berhari-hari. Kita bersyukur Tuhan memimpin dan memberi kekuatan.

Yun. 3:10 “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” Di dalam cerita Yunus muncul tema mengenai Allah menyesal. Allah menyesal merupakan tema yang sangat sulit di dalam Kitab Suci. Minggu selanjutnya saya akan membahas mengenai hal tersebut. Mari kita berdoa.


(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah -- Tim/Dan/Son/Vic)


#71 - 12/12/2010
"Eksposisi Kitab Yunus #21: Yunus 3 (#5)"
Pdt. Aiter, M.Div


Yunus 3:4-10
Penginjilan yang dilakukan Yunus di Niniwe merupakan penginjilan yang bertahan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yunus mengabarkan Injil hanya satu kali dan akhirnya terjadi ledakan penginjilan. Setelah itu tidak ada pengabaran Injil yang kedua kali atau ketiga kalinya. Benih Injil yang pernah tiba di Niniwe pada awalnya bertumbuh tetapi hal itu hanya bertahan kira-kira seratus tahun. Jika dilihat secara periode jaman, maka waktu 100 tahun terasa sangat lama. Namun, jika dilihat secara keseluruhan jaman maka waktu 100 tahun merupakan waktu yang pendek. Jika satu periode jaman terdapat 110 tahun lalu kita hidup di dalamnya selama 100 tahun maka kita akan merasa bahwa satu periode jaman itu panjang sekali. Benih injil di Niniwe tumbuh dan bertahan kira-kira hanya 100 tahun.

Setelah jaman Yunus berakhir, lalu masuklah ke jaman Nahum. Pada jaman Nahum, Tuhan menghancurkan seluruh Niniwe. Alkitab LAI memberi judul perikop dalam kitab Nahum antara lain: “Firman Tuhan kepada Yehuda dan Niniwe”, “Musuh merusakkan Niniwe”, “hukuman atas Niniwe”. Seluruh kitab Nahum berbicara mengenai penghakiman kepada Niniwe.  Di dalam kitab Yunus dicatat bahwa awalnya Tuhan akan menunggangbalikkan Niniwe, tetapi tidak jadi karena Niniwe bertobat. Injil sudah tiba di Niniwe, berbuah tetapi hanya bertahan kira-kira 100 tahun. Maka kotbah Yunus sebenarnya tidak bertahan dalam waktu yang terlalu panjang.

Awalnya Niniwe akan ditunggangbalikkan oleh Tuhan, tetapi karena telah terjadi pertobatan maka Tuhan tidak jadi menunggangbalikkan Niniwe. Namun, benih Injil hanya bertahan selama 100 tahun dan setelah itu Tuhan menghancurkan Niniwe. Selama 100 tahun tersebut terjadi pertobatan dan agama “Kristen” menjadi agama mayoritas. Niniwe sudah “Kristen” dari raja sampai rakyat bawah. Mungkin kita berpikir jika satu bangsa sudah bebas dan nyaman beribadah maka bangsa itu akan diberkati oleh Tuhan dan menjadi berkat. Namun, Tuhan memberikan konsep yang lebih mendalam kepada kita. Ketika kekristenan sudah menjadi agama mayoritas di suatu kawasan atau di suatu negara, maka sesungguhnya itu merupakan awal hancurnya kekristenan. Jika Indonesia memberi keleluasaan kepada orang Kristen untuk beribadah maka dalam kondisi yang seperti itu kekristenan lebih mudah hancur. Misal: orang Kristen boleh memblokir jalan secara besar-besaran saat ibadah, boleh mendirikan gereja di setiap gang atau kotbah dengan memakai speaker sekeras-kerasnya di malam hari di tengah pemukiman. Jika semua kelancaran tersebut diberikan, maka kekristenan justru sedang menunggu kehancurannya. Kekristenan dapat bertahan sampai hari ini justru karena ada penganiayaan. Sejak pentakosta atau hari Roh Kudus turun, Tuhan telah memberikan satu prinsip yaitu munculkan penganiayaan. Tuhan mengijinkan penganiayaan muncul karena melalui penganiayaan itu justru kekristenan akan bertahan sangat kuat. Kita bersyukur saat kita memakai gedung ini gangguan langsung datang dari pihak non-Kristen. Dengan adanya larangan beribadah memakai tempat ini kita berdoa lebih giat. Kita berdoa agar Tuhan memberi kekuatan dan berbelas kasihan kepada kita. Puji Tuhan, satu per satu doa kita akhirnya dijawab oleh Tuhan dan kita dapat memakai tempat ini untuk beribadah lagi. Jika tidak ada pengujian tersebut, maka kita akan merasa nyaman beribadah di mana saja dan tidak dapat peka merasakan anugrah Tuhan. Ketika kita tidak peka terhadap anugrah Tuhan maka anugrah Tuhan akan dianggap hal yang sepele sehingga kita tidak memiliki rasa tanggung jawab meresponi anugrah Tuhan tersebut. Sebaliknya, di mana ada orang Kristen yang dianiaya, maka kekristenan di tempat tersebut pasti tidak akan mati.

Jika setan memakai cara memberikan kelegaan kepada orang Kristen untuk beribadah maka ini merupakan cara yang mengerikan. Di perkotaan besar cara seperti ini sudah terjadi. Kotbah dari hamba Tuhan yang menyenangkan telinga terus di dengungkan dari atas mimbar. Kotbah yang mengajarkan bahwa jika kita percaya Tuhan Yesus maka tidak akan ada sakit, hidup selalu lancar, diberkati berlipat ganda merupakan tawaran yang tidak ada bedanya dengan tawaran yang dijanjikan oleh setan. Semua orang Kristen sedang dibuai dengan kalimat yang menyenangkan telinga. Setan sedang membutakan pengertian orang yang mendengar kotbah. Misal: “Kamu akan diberkati Tuhan, berkat Abraham akan turun kepada kamu“, akhirnya orang yang mendengar kalimat yang seperti itu merasa senang tanpa merasa perlu mengerti siapa Abraham dan bagaimana kehidupan seutuhnya bersama Tuhan. Orang Kristen yang mendengar hal itu seringkali tidak sadar imannya akan dibawa menuju kepada jalan yang sesat. Jika penginjilan hanya difokuskan pada mujizat, yakni bahwa siapa yang percaya Yesus akan mendapat mujizat, maka penginjilan demikian tidak dapat mempertobatkan Ponari (dukun cilik) dan ustad yang ahli menyembuhkan. Mengapa? karena tidak ada bedanya antara apa yang bisa dia lakukan dengan yang orang Kristen lakukan. Jika Injil hanya sebatas bicara mengenai mujizat seperti itu, maka Injil tidak dapat mempertobatkan mereka. Kekristenan sekarang sudah diturunkan levelnya menuju kepada kekristenan yang sangat rendah.

Niniwe hanya bertahan 100 tahun dan kemudian hancur. Ini berarti apa yang sudah dikerjakan di awal penginjilan perlu ada orang yang mengulangi dan meneruskan kembali (regenerasi). Ini merupakan satu strategi yang sangat penting. Di dalam kitab Perjanjian Baru pernah terjadi kasus demikian yaitu ketika Yesus di Samaria dan ketika Filipus masuk ke tanah Samaria. Yesus mulai melayani kira-kira saat berumur 30 tahun dan melayani selama 3 ½ tahun. Di tengah waktu pelayanan tersebut, Yesus masuk ke tanah Samaria. Saat itu Samaria belum pernah terjamah oleh Injil dan orang pertama yang mendengar Injil dari Yesus adalah seorang perempuan Samaria. Perempuan Samaria itu mengabarkan ke orang-orang di kota itu, dan Yesuspun meluangkan waktu melayani orang-orang di sana. Pada akhirnya orang-orang di Samaria mengaku bahwa mereka percaya kepada Yesus bukan lagi karena perkataan peremupan itu tetapi karena mereka sungguh-sungguh melihat bahwa Yesus adalah Juruselamat. Pengakuan yang demikiran mengkonfirmasi bahwa pertobatan orang di Samaria saat itu adalah pertobatan yang sungguh-sungguh.

Setelah dari Samaria, Yesus harus segera kembali ke Israel untuk meneruskan misi-Nya. Tanah Samaria diberikan tugas kepada perempuan Samaria dan sekelompok orang yang telah bertobat. Setelah masuk jaman Pentakosta, Alkitab mencatat bahwa Filipus pergi memberitakan Injil ke tanah Samaria. Selisih waktu kedatangan Yesus dengan kedatangan Filipus ke tanah Samaria kira-kira 4 tahun. Saat Filipus masuk ke tanah Samaria, dicatat bahwa Samaria sedang dipengaruhi oleh suatu mistik, yaitu mistik dari Simon si tukang sihir. Ketika Injil tidak berkembang maka akan mudah bagi ajaran palsu untuk masuk dan berkembang. Ini berarti tidak terjadi perkembangan Injil setelah Yesus meninggalkan daerah Samaria. Filipus meneruskan Injil yang pernah Yesus kerjakan. Tuhan mencintai Samaria dengan mengutus Filipus ke sana sehingga Samaria memiliki pengharapan. Yesus sudah mengerjakan yang menjadi bagian-Nya lalu diteruskan oleh Filipus. Ini berarti ketika Tuhan membebankan tugas penginjilan kepada satu orang maka harus ada orang lain yang meneruskannya. Amin? Tidak mungkin Samaria hanya berharap dari pelayanan Yesus karena Yesus harus menyelesaikan semua tugas pelayanan yang dibebankan berdasarkan kitab Perjanjian Lama, serta karena waktu yang dimiliki Yesus tidaklah panjang. Maka tugas berikutnya adalah dari orang yang percaya kepada Dia dan yang telah mendengar amanat agung. Amanat agung Tuhan Yesus merupakan pesan yang perlu dikerjakan sepanjang generasi. Jika amanat agung tidak dikerjakan maka sia-sialah semua yang pernah dikerjakan oleh Yesus di dunia.

Setelah Yunus masuk ke Niniwe dan terjadi ledakan penginjilan, tidak ada lagi nabi yang masuk ke sana. Yunus berkotbah tetapi di dalam kotbahnya tidak ada panggilan (calling) kepada mereka yang tergerak hatinya untuk menjadi hamba Tuhan. Jika tidak ada panggilan (calling) menjadi hamba Tuhan, maka tidak ada yang berkomitmen menjadi hamba Tuhan. Jika tidak ada yang mau menjadi hamba Tuhan, maka di masa depan tidak ada orang yang meneruskan pekerjaan Tuhan. Hamba Tuhan yang pernah berkotbah di awal suatu kebangunan rohani lambat laun ia akan menjadi tua dan akhirnya meninggal dunia. Jika tidak ada calon hamba Tuhan yang dibangkitkan maka gereja akan kosong karena tidak ada pendeta yang kotbah. Jika tidak ada panggilan menjadi hamba Tuhan maka wadah kegiatan di gereja (seperti sekolah minggu dan komisi wanita) akan tidak ada yang melayani.

Momen yang paling pas untuk mendesak panggilan tersebut adalah di dalam KKR. Maka dalam setiap KKR, sudah seharusnya menciptakan panggilan untuk orang yang bersedia menjadi hamba Tuhan. Kotbah Yunus di Niniwe tidak ada panggilan tersebut maka Niniwe tidak terjadi regenerasi. Seharusnya tugas untuk menggembalakan Niniwe diberikan kepada sang perintis yaitu Yunus. Setelah Yunus masuk dan berkotbah seharusnya ia terbeban melayani dan meneruskan penginjilan, tetapi Yunus tidak mau peduli. Ini merupakan sikap yang egois dan tidak boleh ditiru. Benih Injil yang sudah ditabur perlu dirawat dan dijaga agar iman mereka dapat bertumbuh ke arah yang benar. Setiap melayani dalam KKR, seharusnya setiap pelayan memiliki kerinduan untuk terus menjaga jiwa yang telah dilayani serta berdoa agar Tuhan mengirim orang untuk meneruskan penginjilan. Namun, fakta di lapangan adalah pekerja terlalu sedikit. Yesus sudah memberikan satu fakta bahwa pekerja Tuhan terlalu sedikit sehingga kita harus berdoa agar Tuhan sebagai empunya tuaian untuk mengirim para pekerja. Setelah pulang dari pelayanan di daerah terpencil, saudara jangan langsung puas tetapi berdoalah minta kepada Tuhan untuk mengirim hamba Tuhan yang melayani disana.

Ladang terlalu luas dan pekerja terlalu sedikit. Orang yang berada di pinggir laut akan berpikir bahwa laut sangat kecil. Namun ketika ia berada di lautan bebas maka ia baru menyadari bahwa laut itu sangat luas dan dirinya sangatlah kecil. Semakin menjauh dari darat, maka ia akan semakin menyadari bahwa laut sangat luas. Ketika ia melihat perahu lain, ia melihatnya seperti melihat satu titik karena jaraknya sangat berjauhan. Lalu iapun baru menyadari bahwa manusia di atas laut terlalu sedikit. Ilustrasi itu sama dengan ketika kita berpikir di dalam memandang ladang Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa di dalam suatu gereja sudah banyak pelayan, pekerja, dan hamba Tuhan yang melayani. Namun, jika dilihat dari scope yang lebih luas, scope Kerajaan Allah, maka saudara akan kaget karena menyadari bahwa pekerjanya terlalu sedikit. Siapakah yang terbeban untuk ladang yang begitu luas jikalau bukan orang Kristen sendiri? Dan siapakah yang akan berdoa meminta kepada Tuhan untuk mengirim banyak pekerja jika bukan kita?

Banyak orang yang berdoa agar Tuhan mengirim pekerja, tetapi ia tidak merelakan diri sendiri atau anaknya untuk dipakai oleh Tuhan. Ini merupakan hal yang egois dan sudah sering terjadi. Tidak jarang di dalam pelayanan terdapat sesama pekerja yang ribut. Sungguh disayangkan karena pekerja yang sudah sedikit itu masih juga bertengkar. Fakta ini sudah ada sejak jaman Yesus (Mar. 10:35-45). Yakobus dan Yohanes pernah bertengkar karena memperebutkan posisi di kanan dan kiri Yesus. Sepuluh rasul yang lain ikut marah dan terjadi pertengkaran di antara kelompok rasul. Saudara bayangkan, pekerja sudah sedikit (12 orang) lalu satu tereliminasi (Yudas), tetapi masih juga meributkan posisi dan harga diri. Jika hal demikian terus berlanjut dan tidak diselesaikan maka kerajaan Tuhan akan sulit berkembang. Gereja Tuhan memiliki misi yang sangat besar dan sangat disayangkan jika harus meributkan hal yang kecil. Sebagai sesama pekerja Tuhan, sudah seharusnya kita saling merangkul dan bersatu hati menggenapkan misi Tuhan. Ketika kita melihat pekerja Tuhan yang masih memiliki tanduk atau kuku, maka biarlah Tuhan yang mengikis kuku dan tanduknya di dalam pelayanan. Biarlah kuku dan tanduk mereka tersebut tidak mempengaruhi kita untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Amin?

 Ketika saya melihat seluruh jaman, saya kadang kagum ketika melihat adanya suatu regenerasi. Orang yang memikirkan regenerasi di dalam jamannya adalah orang yang memikirkan kerajaan Allah yang tidak diikat oleh local. Ia berjiwa internasional. Maka selama pelayanan, kita harus mencari dan membimbing orang untuk dapat meneruskan pekerjaan Tuhan yang besar. Ini merupakan prinsip yang menarik. Cabang yang sudah dibuka gereja reformed tidak boleh ditutup semaunya. Sekali buka maka selamanya tetap buka. Jika hamba Tuhan yang melayani di tempat itu ingin melayani tempat lain, maka ia harus memikirkan penerusnya. Kita jangan berpikir gereja maju karena jasa kita atau tanpa kita maka gereja akan hancur. Pernah saya bertemu dengan seseorang yang berpikir bahwa kalau tidak ada dia maka gerejanya akan hancur. Dan saya menjawab, ”Justru karena ada bapak, maka gereja menjadi tidak maju. Bapak terlalu memegang erat posisi bapak sehingga orang lain tidak diberi kesempatan melayani di posisi itu.”

Tuhan memberi kita keseluruhan cerita Niniwe dari pertobatan (Yunus) hingga masa kehancurannya (Nahum). Tidak ada seorangpun yang dapat menerka kejadian di masa depan. Generasi sekarang yang kita lihat belum tentu sama dengan generasi yang akan datang. Mungkin kita melihat bahwa generasi sekarang adalah generasi yang cinta Tuhan, tetapi mungkin generasi yang akan datang sudah menjadi generasi pelawan Tuhan. Sejarah sudah memberi pelajaran yang sama di dalam Kitab Keluaran dan Kitab Kejadian. Di dalam kitab Kejadian, seluruh Mesir kagum dengan sosok Yusuf. Bahkan Firaun mengaku bahwa Yusuf memiliki roh Allah. Firaun yang menjabat di masa itu mengaku bahwa Allah Yusuf adalah Allah yang hebat. Setelah itu Firaun pada jaman Kejadian mati dan diganti dengan Firaun di jaman Keluaran. Akan tetapi, Firaun di jaman Keluaran tidak mengenal Yusuf dan Allah Yusuf. Oleh karena itu perlakuan orang Mesir terhadap bangsa Israel di Mesir mengalami perubahan yang drastis. Orang Israel di Mesir yang awalnya sudah nyaman mulai merasakan penganiayaan. Tuhan mengijinkan penganiayaan terjadi untuk menghukum bangsa Israel yang tidak mau pergi ke tanah Kanaan karena sudah nyaman di Mesir. Di dalam Keluaran diceritakan bahwa Firaun menindas habis orang-orang Israel. Setelah itu akhirnya Orang Israel berdoa memohon agar Tuhan melepaskan mereka dari penganiayaan itu. Di Kej. 46, Tuhan mengatakan “Aku akan menuntun kamu ke Mesir dan akan menuntun kamu kembali dari Mesir.”

Pada awalnya orang Israel adalah keturunan Abraham, bapak orang beriman. Namun sampai ke jaman Musa kita melihat bahwa seluruh generasi Israel hanyalah orang yang memberontak kepada Tuhan. Inilah fakta yang terjadi hingga sekarang. Tidak ada yang dapat menebak nasib generasi selanjutnya. Mungkin sekarang kita masih dapat menikmati kekristenan tetapi masa berikutnya tidak ada yang tahu. Pada jaman pencerahan, kekristenan di Eropa sangat maju tetapi sekarang kondisi kekristenan di sana sudah sangat menyedihkan. Jika teologi sukses terus berkembang dan pendeta masih memanjakan jemaat dengan kotbah yang meninabobokan jemaatnya lewat janji-janji palsu, maka kekristenan sedang menuju kepada kehancuran. Maka kita bersyukur karena masih ada kebangunan rohani. Biarlah kita berdoa agar setiap orang Kristen dapat dibangunkan kembali imannya melalui kebangunan rohani yang sejati. Amin


(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah -- Tim/Dan/Son/Vic)


#72 - 19/12/2010
"Firman Allah Kepada Zakharia"
Pdt. Benyamin F. Intan, Ph.D.


Lukas 1:5-25
Kelahiran Tuhan Yesus dicatat di dalam kitab Injil yang sebelumnya dilatarbelakangi dengan berakhirnya Kitab Maleakhi. Tuhan bersikap diam selama masa transisi tersebut (+/-400 tahun). Bagi bangsa Israel, jaman itu merupakan jaman yang sangat kelam karena tidak ada satu pimpinan, nubuatan atau hukuman Tuhan yang dinyatakan. Selama 400 tahun mereka tidak mendengar suara Firman apapun. Merupakan hal yang jauh lebih baik jika Tuhan berbicara secara negatif atau menghukum mereka. Mengapa? Karena mereka dapat mengetahui seperti apa kehendak Tuhan melalui bangsa Israel. Faktanya, tidak ada pimpinan Tuhan baik yang positif maupun negatif pada masa itu. Selama kurun waktu tersebut bangsa Israel sedang berada dalam kegelapan total. Hal ini juga berlaku kepada kita sebagai umat yang telah dipilih Tuhan. Ketika tidak ada lagi peringatan, janji, teguran atau hukuman Tuhan yang menyentuh hati saudara maka hidup saudara akan sangat menyedihkan. Hidup yang tidak ada Firman dan melakukan sesuatu menurut kemauan sendiri sesungguhnya hidup yang mengenaskan. Maka, sebelum saudara datang ke gereja perlu minta pimpinan Tuhan agar dibuka hatinya dan Roh Kudus bekerja menuntun hidup kita. Tidak cukup jika saudara hanya mendengar Firman di gereja setiap hari minggu. Setiap hari perlu ada perenungan Firman, sempatkan diri mengikuti PA atau seminar karena di sana kita dapat mengetahui pesan Tuhan  terhadap diri kita. Celakanya gereja pada jaman sekarang lebih banyak mengisi waktunya dengan sharing pribadi sehingga waktu untuk Firman Tuhan sangat sedikit. Kita bersyukur berada di gereja yang liturginya memberi porsi yang banyak untuk penyampaian firman Tuhan (minimal 45 menit).

Bangsa Israel hidup di dalam jaman kefasikan selama 400 tahun tersebut. Mengapa Tuhan diam? Jawabannya karena Tuhan sudah muak dengan bangsa yang tegar tengkuk tersebut. Walaupun Tuhan sudah menegur dan sudah menghukum agar mereka taat tetapi mereka tetap tidak taat. Kesabaran Tuhan seolah-olah hampir habis terhadap mereka. Tuhan seolah mengatakan “enough is enough” sehingga Tuhan membiarkan bangsa Israel untuk berjalan menurut kehendak sendiri. Tuhan yang memimpin atau Tuhan yang mengijinkan merupakan kehendak Tuhan dan kedaulatan Tuhan yang paling tinggi. Namun jika sampai Tuhan membiarkan maka itu merupakan level yang paling rendah. Jika Tuhan sampai kepada tahap membiarkan maka hidup akan menjadi sangat mengerikan. Hal ini seperti perumpamaan tentang anak yang hilang. Dikatakan bahwa ada seorang bapak yang memiliki dua anak laki-laki. Anak yang bungsu suatu kali meminta warisan yang menjadi haknya. Biasanya sebuah warisan diberikan ketika orang tua sudah meninggal tetapi pada saat itu ayahnya masih hidup. Permintaan si bungsu yang menuntut harta warisan selagi ayahnya masih hidup adalah permintaan yang sangat kurang ajar. Ini berarti ia menganggap orangtuanya sudah meninggal. Atau jika orangtuanya belum meninggal, maka ia berharap agar orangtuanya cepat meninggal. Ketika anak bungsu yang kurang ajar ini meminta hal itu, ayahnya memberikannya. Sang ayah memberikan warisan bukan dengan hati yang senang tetapi dengan hati yang sudah lelah menasihati sang anak. Sang ayah sudah tidak lagi memberi peringatan sebagaimana layaknya seorang ayah. Sang ayah sudah sampai ke tahap, “Silahkan kamu mau ngapain, saya sudah tidak mau tahu. Silahkan kamu mau berbuat dosa seperti apapun saya sudah tidak peduli.” Sang ayah yang digambarkan dalam perumpamaan itu menggambarkan Tuhan Allah. Dan anak bungsu itu menggambarkan diri kita yang sering menyakiti hati-Nya dan tidak taat. Pada akhirnya sang anak pergi dan menghabiskan warisan dengan hidup foya-foya. Setelah warisannya habis, hidupnya menjadi menderita. Akhirnya ia menyesali perbuatannya. Sekilas kita berpikir bahwa hidup yang bebas tanpa aturan yang mengikat merupakan hal yang sangat indah. Namun, Kitab Suci menegaskan bahwa hidup demikian adalah hidup yang menyedihkan. Mungkin Tuhan sudah dalam tahap seperti ini kepada saudara di mana semua Firman dan teguran tidak lagi menyentuh hati saudara. Maka ketika saudara sudah menyadari kekeringan seperti demikian, berbaliklah dan mintalah pimpinan Tuhan menyertai setiap kita. Amin?

Ketika bangsa Israel menjalani masa kekelaman tersebut, Injil diawali dengan cerita sepasang suami istri. “Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” (Lukas 1:5-6). Dikatakan bahwa mereka berdua adalah orang benar di hadapan Tuhan. Alkitab mengungkapkan bahwa di tempat yang paling gelap sekalipun, di sana pasti ada umat pilihan Tuhan. Secemar apapun  kota Sodom dan Gomora, masih terdapat keluarga yang percaya Tuhan yaitu keluarga Lot. Tempat yang paling membenci kekristenan dan sangat sekuler sekalipun pasti terdapat umat pilihan Allah di dalamnya. Zakharia dan Elizabeth benar di hadapan Tuhan bukan karena tidak pernah melakukan dosa tetapi karena mereka memiliki kepekaan akan dosa. Meskipun Zakharia adalah seorang imam tetapi ia sama juga dengan orang Yahudi lainnya yang masih dapat melakukan dosa. Namun bedanya, setelah ia melakukan dosa maka ia datang meminta pengampunan kepada Tuhan. Seringkali orang non-Kristen dan orang Kristen melakukan dosa yang sama. Bahkan tak jarang orang non-Kristen memiliki hidup yang lebih suci, lebih bermoral dan lebih humanis dari pada orang Kristen. Namun, orang Kristen memiliki kepekaan akan dosa, sadar akan dosanya, lalu minta pengampunan kepada Tuhan serta bertobat tidak melakukan lagi. John Calvin mengatakan bahwa orang Kristen adalah orang kudus, artinya orang yang mempunyai kepekaan yang sangat besar terhadap dosa yang paling kecil.

Luk. 1:6 mencatat bahwa Zakharia dan Elisabeth memiliki kehidupan yang benar di hadapan Tuhan. Lalu di Luk. 1:7 diawali dengan kata “tetapi”. Kata “tetapi” mengindikasikan bahwa kalimat sebelumnya antitesis dengan kalimat selanjutnya. “Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.”(Luk. 1:7) Saat itu Zakharia sudah terlalu tua dan tidak produktif lagi, Elisabeth sudah mati haid sehingga mereka tidak dapat memiliki anak. Dalam tradisi Yahudi, tidak memiliki anak itu seperti memiliki sakit lepra/kusta yang dianggap kutukan. Tidak memiliki anak dianggap seperti sedang menerima hukuman dari Tuhan sehingga harus diekskomunikasi. Ekskomunikasi ditujukan kepada orang Yahudi yang tidak menikah dan orang yang sudah menikah tetapi tidak memiliki anak. Zakharia dan Elisabeth mandul bukan akibat dosa mereka. Ketika kita melihat kelemahan orang lain, janganlah kita cepat menghakimi.

Dalam Yoh. 9 diceritakan Yesus dan muridnya bertemu dengan orang yang buta sejak lahir muridnya bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Luk. 9:2). Yesus menjawab, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Fanny J Crosby ketika lahir tidak buta. Ia memiliki infeksi dimatanya saat berumur beberapa bulan. Kemudian ayahnya mencarikan dokter tetapi dokternya sedang tidak ada. Ayahnya lalu bertemu dengan seseorang yang mengaku dokter yang dapat menyembuhkan infeksi mata anaknya. Sang dokterpun mengoleskan semacam pasta ke mata Fanny. Infeksinya sembuh tetapi zat kimia dalam pasta itu membuat mata Fanny hampir buta total. Musibah ini bukan karena dosa Fanny Crosby atau dosa orang tuanya tetapi karena Tuhan ingin memakai hidup Fanny Crosby menjadi instrument kemuliannya. Setelah besar, Fanny Crosby berkenalan dengan laki-laki, menikah serta memiliki anak. Namun karena kebutaannya, ia sulit mengasuh bayi dan bayinya pun meninggal. Setelah itu ia menulis lagu hymn yang menyatakan bahwa di tengah penderitaan sekalipun tangan Tuhan tetap setia menyertainya. Ini pula yang dialami Zakharia dan Elizabeth. Kemandulan mereka yang dianggap begitu lemah dipakai Tuhan untuk melahirkan seorang nabi bernama Yohanes.
Zakharia dan istrinya terus bergumul di hadapan Tuhan. Pada suatu hari Zakharia kena undi untuk memimpin pembakaran ukupan. Pada saat itu semua keturunan Harun dianggap imam. Saat itu terdapat 24.000 imam yang dibagi ke dalam 24 grup sehingga satu grup memiliki kira-kira 1000 orang. Zakharia berada di grup yang bernama Abia. Saat itu pembakaran ukupan dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu saat pagi dan siang hari, maka dalam setahun terdapat 730 kali pembakaran ukupan. Dibutuhkan 730 imam yang memimpin pembakaran ukupan dari 24.000 imam yang ada. Tuhan memimpin setiap pemilihan imam sehingga imam yang terpilih bukanlah suatu kebetulan. Masing-masing imam saat itu memiliki keinginan yang besar agar terpilih memimpin pembakaran ukupan. Mengapa? Karena itulah kesempatan mereka dapat masuk ke Bait Allah yang paling dalam dan menyampaikan semua isi hatinya kepada Tuhan.

Ketika Zakharia terpilih dan masuk ke dalam bait Allah, ia berdoa menyampaikan isi hatinya. Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri dan berkata, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan. Dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.”(Luk. 1:13)  Dari pernyataan Malaikat tersebut mengindikasikan bahwa Zakharia memanjatkan dua pokok doa. Pokok doa yang pertama, Zakharia menyalurkan kerinduan bangsanya untuk kembali dipimpin oleh Allah. Zakharia kira-kira akan berdoa, “Tuhan sudah 400 Tuhan diam, damaikanlah kami dengan diri-Mu. Pimpinlah kami sekalipun itu berupa hukuman.” Pokok doa selanjutnya, Zakharia akan mengeluarkan semua isi hati dan pergumulan hidupnya kepada Tuhan. Zakharia kira-kira akan berdoa, ”Tuhan, Engkau yang maha mengetahui seluruh hidupku. Engkau mengetahui bagaimana hidupku di hadapanMu. Aku terus mendapat cemar tentang kemandulan ini. Jika dapat, biarlah aku jangan sampai di ekskomunikasi dari imam. Namun jika memang hal itu harus terjadi, berilah kami kekuatan menghadapinya.” Dua pokok doa inilah yang dipanjatkan Zakharia saat itu.

Setelah selesai berdoa, Malaikat Tuhan muncul di sebelah kanan pembakaran ukupan. Tuhan tidak lagi mengutus nabi untuk menyampaikan isi hatinya tetapi Tuhan memakai malaikat-Nya. Penampakkan malaikat Tuhan tersebut merupakan pertama kalinya Tuhan berbicara setelah 400 tahun Tuhan diam. Saat melihat malaikat itu, Zakharia bersukacita sekaligus takut. Ia merasa takut karena berpikir mungkin Malaikat datang untuk menghukum dirinya atau kepada bangsa Israel. Itulah sebabnya malaikat mengawali pembicaraan dengan kalimat, ”Jangan takut”. Malaikat mengatakan bahwa akan datang seorang nabi dan melalui nabi itu, orang Israel akan kembali kepada Tuhan. “Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka. Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya” (Luk. 1:14-17). Ketika mendengar berita itu maka Zakharia pasti bersukacita. Mengapa? karena Mesias yang dinantikan bangsa Israel selama ribuan tahun akhirnya akan datang. Nubuat yang diproklamirkan pertama kali di Taman Eden mengenai kedatangan Mesias (Kej. 3:15) akhirnya akan digenapi. Mendengar berita sukacita tersebut seharusnya Zakharia bersukacita, tapi responnya justru mempertanyakan seolah tidak percaya dengan perkataan Malaikat. “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” (Luk. 1:18) Pertanyaan tersebut cukup kontradiksi dengan doa yang baru saja ia panjatkan. Seringkali kita bersikap seperti Zakharia yang tidak siap dengan jawaban Tuhan. Bapak gereja Agustinus pernah ditanya, ”Mengapa kita berdoa? Bukankah Tuhan sudah mengetahui semua kebutuhan kita, lalu mengapa harus meminta lagi?” Agustinus menjawab, ”Kita berdoa agar kita mempersiapkan hati menerima jawaban Tuhan.” Saya memberikan contoh ketika saya kuliah. Kami berasal dari keluarga menengah ke bawah sehingga papa saya jarang menelepon. Selama saya kuliah  di Amerika, papa saya hanya menelepon dua kali. Pertama saat kerusuhan saat Januari 1999 dan yang kedua adalah saat beliau mengidap penyakit kanker. Papa saya baru mengetahui ketika kankernya sudah di stadium akhir sehingga dalam waktu satu bulan ia meninggal. Malamnya saya berdoa kira-kira tiga jam yang isi doanya hanya satu yaitu agar Tuhan menyembuhkan ayah saya. Semua keluh kesah dan klaim atas janji Tuhan sudah saya lontarkan. Tiga hari berturut-turut saya berdoa seperti itu. Di hari yang keempat Tuhan saya membuka hati dan berdoa, “Tuhan saya menerima apapun yang menjadi kedaulatan dan kehendak Tuhan atas papa saya.” Masalah dengan doa bukan pada jawaban Tuhan tetapi kita yang tidak siap menerima jawaban Tuhan. Zakharia tidak siap menerima jawaban Tuhan yang diberikan dalam bentuk lain selain yang dipikirnya. Ia tetap berpikir bahwa pimpinan Tuhan kepada bangsa Israel sama seperti pimpinan Tuhan  terdahulu yang dalam bentuk penghukuman atau suara dari seorang Nabi.

Setelah itu malaikat mengatakan bahwa akan ada nabi yang lahir melalui Zakharia dan melalui kandungan Elizabeth. Zakharia berat untuk mempercayai  bahwa rencana penggenapan Tuhan terjadi melalui dirinya Kita pun sering demikian. Ketika kita berdoa untuk pengutusan hamba Tuhan ke daerah A seringkali hati kita menolak ketika doa dijawab Tuhan dengan kita yang harus pergi. Maka saudara yang berdoa juga harus mau dipakai menjadi jawaban doa. Amin? Tuhan menjawab doa Zakharia bukan dengan apa yang Zakharia pikir. Ketika Zakharia berdoa agar aibnya dapat dihapus, Tuhan menjawab doanya dan membuka kandungan Elizabeth. Bahkan lebih daripada itu, anaknya kelak akan menjadi nabi besar yang akan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Zakharia bergumul dan menjawab, “How can i be sure of this.” Zakharia masih tetap tidak percaya bahwa hal itu akan terjadi melalui ia dan Elizabeth. Jika ditelusuri maka sesungguhnya Zakharia tidak memiliki alasan untuk tidak percaya. Mengapa? Alasan pertama yaitu karena ia baru saja menyaksikan mujizat terbesar. Allah tidak lagi datang dengan penghukuman tetapi akan mengutus nabi bahkan Mesias. Mujizat terbesar yaitu Allah datang menjadi manusia dan mengampuni dosa manusia. Mujizat tersebut lebih besar dibanding dengan mujizat bahwa Elizabeth akan melahirkan anak. Alasan kedua yaitu dari Kitab Kejadian yang pernah dibacanya maka seharusnya Zakharia percaya bahwa Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada, Barah, out of nothing. Semua benda yang dicipta pasti ada materi dasarnya, (dari ada menjadi ada). Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada sehingga bukan hal yang sulit bagi Allah untuk menghidupkan rahim yang sudah mati. Alasan ketiga yaitu dari kisah Abraham dan Sarah maka seharusnya Zakharia dapat percaya serta mengaminkannya. Kisah Abraham dan Sarah mirip dengan keadaan ia dan Elizabeth. Sarah sudah mati haid dan Abraham sudah lanjut umur tetapi Tuhan dapat membuat Sarah melahirkan anak. Zakharia seharusnya percaya bahwa Tuhan yang pernah melakukan mujizat kepada Abraham dan Sarah adalah Tuhan yang sama yang dapat melakukan mujizat kepada ia dan Elizabeth.


“Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya” (Luk. 1:19) Malaikat yang diutus Tuhan adalah malaikat Gabriel. Dalam Alkitab hanya dicatat dua nama malaikat yaitu Gabriel dan Mikael. Zakharia tidak percaya dengan perkataan malaikat yang Tuhan utus maka akibatnya ia dihukum menjadi bisu. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu (Luk 1:22) Alkitab mencatat bahwa Zakharia memakai bahasa isyarat. Orang yang bisu dapat berkomunikasi dengan tulisan. Zakharia dapat menjelaskan kepada orang banyak melalui tulisan tetapi ia memberi bahasa isyarat. Ini berarti Zakharia bukan hanya bisu tetapi juga tuli. Ini yang disebut unenecesarry suffering, penderitaan yang tidak seharusnya. Penderitaan yang dialami akibat ketidakpercayaan dan dosa. Penderitaan yang dialami Zakharia yang mandul dan tidak dapat punya anak merupakan necessary suffering. Meskipun Tuhan memberi hukuman tetapi Tuhan masih memberikan anugrah. Zakharia bisu hanya sampai anaknya lahir. “Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." (Lukas 1:20) Biarlah Firman Tuhan ini dapat menjadi berkat bagi setiap kita. Mari kita berdoa.


(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah -- Tim/Dan/Son/Vic)


#73 - 26/12/2010
"Rencanaku Dalam KehendakNya"
Pdt. Aiter, M.Div


Yakobus 4: 13-17
Saat Tuhan menciptakan manusia, Tuhan memberikan pikiran kepada manusia; pikiran untuk menyusun suatu rencana. Tuhan menghendaki manusia memiliki rencana di dalam hidupnya, sama seperti Tuhan yang juga mempunyai rencana. Hal ini dikarenakan manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Jika manusia dapat diberi Tuhan pikiran untuk menyusun rencana, maka terlebih dengan Tuhan sang pencipta manusia itu sendiri. Tuhan memiliki rencana untuk manusia supaya manusia dapat merencanakan hidupnya seturut yang Tuhan kehendaki. Dalam hal ini terdapat dua pribadi yang berbeda, yaitu pribadi Allah dan pribadi manusia. Kedua pribadi ini memiliki masing-masing rencana. Di dalam ketetapan Tuhan Allah terdapat rencana yang sangat agung untuk manusia. Tuhan menginginkan manusia yang adalah makhluk yang fana dapat mendeteksi rencana Tuhan yang agung tersebut. Namun, pikiran manusia yang sudah created, limited dan polluted membuat manusia tidak dapat menangkap dan memahami keagungan rencana Tuhan. Bukanlah hal yang mudah untuk mensinkronkan dua rencana dari dua pribadi. Supaya manusia dapat memahami rencana Tuhan, maka Tuhan mencelikkan pikiran manusia sehingga manusia dapat mengerti  rencana-Nya.

Pada awalnya semua manusia tidak mengetahui rencana Tuhan Allah untuk dirinya. Saat seorang anak mulai tumbuh besar dan sudah dapat mengerti, orangtua memberi arahan agar si anak memiliki rencana setelah ia besar. Rencana orangtua terhadap anaknya tentunya bertujuan demi kebaikan si anak kelak. Misal seorang ayah berkata, “Papa besarkan kamu supaya kamu melanjutkan usaha papa.” Setelah tumbuh besar, si anak hidup bersosialisasi dengan masyarakat. Pada masa itu ia mulai menerima masukan dari lingkungan sekitarnya mengenai rencana untuk dirinya. Rencana ini kita sebut sebagai rencana masyarakat. Saat ia tumbuh semakin dewasa, rencana hidupnya mulai dipengaruhi oleh masukan dari orang terdekat yang mengenal kemampuan dan sifatnya. Itulah sebabnya orang hidup di dalam berbagai rencana yang sangat banyak. Rencana orangtua, rencana teman dan rencana masyarakat secara umum. Tetapi dari semua itu, setiap manusia memiliki rencananya sendiri. Rencana sendiri terkadang lebih kuat dan mengalahkan pengaruh rencana dari pihak lain. Rencana dari pihak lain dapat dengan mudah disaring ketika rencana pribadi sudah sangat kuat. Ketika seseorang sudah mendapat informasi yang dia rasa Tuhan memimpin hidupnya, maka dia mencari dukungan dan berkawan dengan orang yang memiliki konsep yang sama. Akhirnya banyak orang yang hanya mengumpulkan semacam konklusi yang sesuai dengan apa yang dia pikir dan dia mau. Maka rencana yang paling sulit ditaklukkan adalah rencana dari diri sendiri.

Di dalam jaman sekarang, orang yang bekerja terkadang masih terikat dalam satu naungan perusahaan. Rencana diri seolah-olah disinkronkan dengan rencana perusahaan. Rencana diri biasanya diredam dahulu karena kekuasaan dan kedaulatan perusahaan lebih kuat. Setelah ia mengumpulkan modal dan memiliki kemampuan maka rencana perusahaan akan ditinggalkan untuk mewujudkan rencana dirinya sendiri. Adalah hal yang baik ketika mendapat perusahaan yang dapat membentuk pikirannya lebih benar dan membuatnya bertobat. Sikap demikian tidak hanya terjadi dalam dunia bisnis tetapi juga di dalam dunia rohani. Banyak mahasiswa theology yang berpikir instant dengan memilih tempat kuliah yang cepat lulus dan tugas yang tidak berat. Setelah menjalani proses panjang, akhirnya masuk ke gereja besar. Ia seolah taat tetapi sebenarnya hanya mengejar ambisi pribadinya yaitu menduduki posisi penting dalam gereja.

Di dalam Yak. 4:13Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung". Orang tersebut tidak hanya memiliki rencana tetapi juga dalam keadaan bebas, serta memiliki kemampuan dan kapasitas untuk melakukan yang diinginkan. Orang itu memiliki kekuatan, kapasitas, uang, bebas menentukan waktu berangkat, tujuan keberangkatan dan lamanya. Orang ini memiliki fasilitas dan rencana yang sangat baik dan sedang tidak terikat oleh suatu perusahaan. Orang yang tidak memiliki modal dan sedang bekerja di satu perusahaan maka dia akan menahan rencananya sampai modalnya cukup.

Orang yang disinggung di dalam surat Yakobus ini merupakan orang yang memiliki rencana untuk berdagang. Ia sudah menantikan kota yang cukup strategis agar kelak dia akan tinggal disana. Untuk tinggal di tempat yang baru maka diperlukan investasi. Orang yang diceritakan dalam Yakobus ini memperhatikan untung rugi dari omzet yang akan di dapatnya. Di dalam akhir tahun, biasanya banyak perusahaan yang melakukan meeting tutup tahun. Salah satu hal yang dibicarakan adalah evaluasi mengenai omset di tahun yang sudah berlangsung dan planning di tahun depan. Planning di tahun depan pastinya lebih baik dari tahun sebelumnya. Tidak hanya itu tetapi target omset juga akan ditingkatkan dari tahun sebelumnya. Semua itu dilakukan agar keuntungan perusahaan lebih besar lagi dari tahun sebelumnya. Tidak ada perusahaan yang menurunkan target pencapaiannya untuk di tahun depan. Ironisnya, hal demikian tidak ditemui di dalam dunia rohani. Jarang saya menemui ada evaluasi kinerja pelayanan dalam satu tahun. Biasanya yang ada hanyalah program dan planning untuk di tahun berikutnya. Semua program kebaktian disusun minggu demi minggu hingga satu tahun. Perencanaan adalah hal yang baik tetapi jika rencana itu menjadi rutinitas dan membuyarkan visi maka itu menjadi hal yang harus diwaspadai. Biarlah dalam setiap rencana ada satu beban untuk memikirkan jumlah jiwa yang sudah dilayani dan yang masih akan terus dilayani.


Pdt Dr. Stephen Tong terus mengingatkan agar kita fokus kepada visi utama. Setiap tahun target untuk KKR Regional selalu dinaikkan. Saat Pdt. Dr. Stephen Tong KKR di Bandung, ia mengatakan bahwa tahun 2011 target KKR Regional adalah satu juta jiwa. Dua tahun lalu saya sudah menyadari bahwa jika seluruh cabang GRII mengerjakan KKR regional maka untuk mendapat satu juta jiwa bukanlah hal yang sulit. Amin? Jika tidak percaya mari kita buktikan. Mari ikut ambil bagian dalam pelayanan ini. Jika setiap cabang GRII, semua pendeta dan penginjil serta pengkotbah awam ikut turun tangan maka target satu juta jiwa akan tercapai. Yang penting adalah kita taat menjalankan misi ini dan jangan mengkuatirkan apakah target itu akan tercapai atau tidak. Setelah dijalankan maka hasil yang Tuhan nyatakan terkadang lebih besar. Ketika target dinaikkan maka kita harus bekerja lebih banyak lagi. Amin? Jika kita semakin giat bekerja maka rencana diri dan renca dalam gereja akan sinkron. Seringkali orang lebih tunduk kepada rencana pimpinan di kantornya atau perusahaannya dibandingkan dengan rencana Allah yang dinyatakan di dalam gereja. Ketika saudara diperhadapkan kepada dua pilihan antara rencana perusahaan dengan rencana gereja, rencana manakah yang lebih saudara diikuti?  Saudara lebih senang ketika mendengar Pak Tong menargetkan dari 700.000 jiwa menjadi 1.000.000 jiwa atau dengan perusahaan menargetkan omset dari 700 juta menjadi 1 miliar? Mungkin ketika komisaris perusahaan yang mengatakan itu akan langsung disambut baik dan ditepuki tangan oleh anak buah. Seolah untuk merealisasikannya akan dikerjakannya dengan sekuat tenaga. Lembur bekerja, panas terik tetap akan dilaluinya. Namun ketika seorang hamba Tuhan menaikkan target jiwa yang akan di diinjili maka ia disambut dengan keluhan dan dianggap kejam bahkan dianggap tidak ada Roh Kudus. Terlalu kejam dianggap tidak ada roh kudus dan terlalu lemah dianggap menginjak-injak roh kudus.

Dulu, di awal KKR Regional, pak Tong memberikan target hanya beberapa puluh ribu. Saat itu kami gemetar mendengarnya. Namun, seiring berjalannya waktu akhirnya kita dapat menembus angka itu. Dan kemudian dinaikkan lagi menjadi lebih dari 100.000. Lalu setelah target dinaikkan, kami berpikir lagi bahwa angka itu terlalu besar. Namun, akhirnya target tersebut tercapai juga. Kemudian target yang dicanangkan pada tahun 2010 adalah 300.000 jiwa. Puji Tuhan! Ternyata orang yang kita injili menembus angka hampir 700.000. Maka jika Pak Tong menaikkan target menjadi 1.000.000 jiwa, angka tersebut bukan hal yang sulit. Itu merupakan angka yang realistis. Mengapa? Karena target demi target sudah terlewati. Setelah dilewati maka target yang telah diberikan dahulu merupakan target yang kecil. Sebelum dilewati, angka tersebut terkesan sangat besar. Seharusnya angka 1 juta ini dapat ditembus sejak dahulu. KKR Regional baru dijalankan beberapa tahun terakhir ini, sedangkan GRII sudah berdiri puluhan tahun. Maka seharusnya angka satu juta sudah dapat dijangkau dari dulu. Kita sudah terlalu lambat dan harus segera mengejar ketertinggalan tersebut. Apakah Saudara mau ikut ambil bagian dalam pelayanan ini? Biarlah saudara lebih takluk kepada rencana Tuhan dari pada takluk kepada rencana manusia. Amin?

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung" (Yak. 4:13). Orang yang diceritakan dalam Yakobus 4 ini tidak mau peduli dengan apa yang Tuhan mau. Ia hanya memikirkan usaha dan untung-rugi bagi dirinya sendiri. Jika dalam kalkulasi perhitungannya ia akan mendapat untung bagi dirinya, maka barulah ia akan pergi menjalankannya. Ini adalah sifat dari rencana manusia yang telah jatuh ke dalam dosa yang berbeda dengan sifat rencana Tuhan. Rencana Tuhan berbeda dengan rencana manusia. Mengerjakan rencana Tuhan merupakan proyek yang selalu rugi. Tidak ada tim KKR yang pulang dari KKR berat badannya naik. Semua kurang tidur, kurang makan, tubuh letih sehingga mudah terkena sakit. Saat seseorang menggenapkan rencana yang yang ditetapkan oleh kantor atau perusahaan, sudah pasti itu adalah proyek untung. Saat kita menggenapkan rencana Tuhan, maka itu pasti proyek rugi. Namun kita tidak seharusnya memikirkan untung-rugi saat menggenapkan pekerjaan Tuhan. Amin?

Untuk dapat menggenapkan kehendak Tuhan maka kehendak diri harus ditaklukkan dahulu. Perhatikan Yak. 4:13-14, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",   sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Yakobus menceritakan bahwa hidup manusia hanya sementara.  Hidup manusia terlalu singkat seperti kembang atau bayangan atau uap yang hanya terlihat sementara kemudian menghilang. Dulu saya dan teman-teman masih bisa kumpul bersama-sama. Tetapi bertahun-tahun kemudian, ketika diadakan reuni, satu per satu dari teman-teman kami sudah tidak ada lagi. Beberapa dari antara mereka telah meninggal dunia. Ini merupakan hal yang seharusnya kita perhatikan. Yakobus mengingatkan bahwa di tengah perencanaan yang dibuat manusia untuk kepentingannya, ingatlah bahwa hidupnya hanya sementara. “Silahkan Anda tentukan berapa omset yang hendak dicapat. Tetapi apakah Anda tahu bahwa hidupmu begitu singkat sama seperti uap yang dalam sekejab akan lenyap? Maka sekarang seharusnya kamu lebih memperhatikan “Boss”mu yang lebih besar yang telah menetapkan target untuk kau capai. Tetapi sampai saat ini target tersebut masih juga belum kau capai. Manusia jangan hanya menjadi boss yang menetapkan rencana bagi dirinya sendiri. Setiap kita jangan melupakan rencana dan perintah dari boss kita yang terbesar.

Yak. 4:15, ”Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Ayat ini sering dikutip oleh banyak orang untuk seolah-olah menunggu jawaban Tuhan dari suatu pergumulan. Jika seseorang tidak baik-baik bergumul mengenai kehendak Tuhan dalam hidupnya maka berakibat salah dalam menjawab panggilan Tuhan, salah melangkah dalam hidup, dan berdosa kepada Tuhan. Lalu bagaimanakah saudara dapat peka membedakan antara kehendak Tuhan dengan yang bukan kehendak Tuhan? Pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita ada kalanya menimbulkan kerugian bagi diri kita sendiri. Jika ada suatu pekerjaan yang kita rasa adalah pekerjaan yang dikehendaki oleh Tuhan, dan pekerjaan itu dapat menimbulkan kerugian bagi diri kita yang menjalankannya, maka kemungkinan besar itu memang adalah pekerjaan yang Tuhan kehendaki. Setelah kita mengetahui bahwa kedepannya kita akan rugi, tetapi masih tetap mengerjakan tugas tersebut, maka Tuhan akan membukakan berkat-Nya kepada orang yang telah setia melaksanakan pekerjaan Tuhan. Ini merupakan cara Tuhan yang harus kita sadari dan sudah terjadi sejak Perjanjian Lama.

Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk menyebrangi laut merah maka Musa harus melalui proyek rugi dahulu. Musa harus berani melangkah dan menekan rasa malu jika laut ternyata tidak terbelah. Musa tetap melangkah dan Tuhan membelah laut serta mengeringkan laut sehingga jutaan orang dapat melewatinya. Tuhan membukakan jalan di depan setelah Musa melangkah melewati “proyek rugi”nya. Sebelum Musa mengetahui ada daratan yang dapat diinjak di depan, dia mesti menginjak proyek rugi dahulu.


(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah -- Tim/Dan/Son/Vic)

No comments:

Post a Comment